Selasa Besok Prajurit Kraton Pimpin Kirab Haul Eyang Jayengrono di Ponorogo

  • Post author:
  • Post published:August 7, 2023
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Selasa Besok Prajurit Kraton Pimpin Kirab Haul Eyang Jayengrono di Ponorogo
GAPURA MAKAM : Gapura makam Eyang Jayengrono di Astana Pajimatan Desa Pulung Merdika, punya ciri khusus yang beda dari makam-makam leluhur Dinasti Mataram di berbagai tempat lain. Besok siang, tokoh ini akan diperingati wafatnya dalam ritual haul dengan melibatkan prajurit kraton untuk memimpin kirab. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sabtu Malam, Gusti Moeng “Nglarab” Singep dan Songsong Pusara Sri Makurung  

SURAKARTA, iMNews.id – Selasa (8/8/2023) siang besok, Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) menggelar haul Eyang Jayengrono, seorang tokoh leluhur Dinasti Mataram dari garis Bathara Katong yang masih generasi terdekat Prabu Brawijaya V, Raja Kraton Majapahit (abad 14). Untuk menyemarakkan ritual itu, Kraton Mataram Surakarta akan mendukung dengan mengirim sejumlah prajurit plus korp musik untuk memimpin kirab yang direncanakan mengambil start dari kantor Kecamatan Pulung dan finish di kompleks makam yang ada di Desa Pulung Merdika, dengan jarak tempuh sekitar 2 KM.

“Ada Korsik Bregada Prajurit Tamtama sekitar 20 orang dan beberapa bregada lagi yang jumlahnya 50-an orang. Ini kali pertama prajurit kraton dilibatkan dalam haul eyang Jayengrono di makam Desa Pulung Merdika. Bahkan, yang pertama bagi masyarakat pengelola kompleks makam, mengadakan haul dengan kirab dan prajurit kraton. Di luar haul, Kabupaten Ponorogo sudah sering melibatkan kraton. Event Grebeg Suro dalam dua tahun terakhir, bahkan tidak hanya prajurit kraton. Pakasa cabang dari daerah lain juga ikut. Pakasa Trenggalek juga sudah melibatkan kraton. Juga Pemkab Madiun,” papar KRT Arwanto Darpodiprojo.

SUASANA NYADRAN : Suasana saat berlangsung ritual “Nyadran” yang dilakukan rombogan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng bersama warga Pakasa Cabang Ponorogo, di makam Eyang Jayengrono, di Astana Pajimatan Desa Pulung Merdika, Maret 2023 lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menjawab pertanyaan iMNews.id, pagi tadi, koordinator lapangan penugasan prajurit Kraton Mataram Surakarta di Kabupaten Ponorogo, Selasa besok itu, juga menyebutkan bahwa keterlibatan kraton karena bersinergi melalui Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) yang dipimpin KRAA MN Gendut Wreksodiningrat. Pakasa cabang Kabupaten Ponorogo itu bahkan sangat sering mendukung berbagai upacara adat yang digelar di Kraton Mataram Surakarta, dengan mengerahkan sejumlah unit kesenian Reog, Jathilan dan Kethek Ogleng, misalnya saat menggelar ritual Mahesa Lawung, wilujengan nagari 17 Sura dan haul para tokoh Dinasti Mataram.

Mengirim prajurit untuk memeriahkan haul Eyang Jayengrono di Kabupaten Ponorogo, adalah bagian dari agenda yang disusun Kraton Mataram Surakarta, baik yang berkait langsung dengan upacara adat yang dilakukan kraton maupun bersinergi dengan Pakasa cabang-cabang yang menggelar ritual di bulan Sura atau berkait dengan momentum lain, misalnya peringatan Kemerdekaan RI. Sehubungan dengan agenda kegiatan di bulan Sura itu, setelah ritual kirab pusaka 1 Sura yang jatuh Kamis (20/7), pentas wayang kulit 10 Sura yang jatuh Jumat malam (28/7) dan wilujengan nagari “Jenang Suran” 17 Sura yang jatuh Sabtu (5/8).

TAMPAK INDAH : Suasana ruang terbuka tempat pusara Adipati Sri Makurung Handayaningrat bersama istri bersemayam di Astana Pajimatan Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali, masih tampak indah sebelum “singeb” dan songsongnya diganti Gusti Moeng dalam sebuah ritual, Sabtu malam (5/8). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Melanjutkan agenda kegiatan di bulan Sura itu, Sabtu malam (5/8) itu, Gusti Moeng memimpin rombongan kraton untuk mengganti selubung pusara dan payung atau “larab Singep” dan songsong kompleks makam Sri Makurung Handayaningrat di Astana Pajimatan Pengging, Banyudono, Boyolali. Ada seratusan kerabat di antaranya abdi-dalem Pakasa Boyolali, bahkan Pakasa cabang Jepara yang dipimpin ketuanya, KRA Bambang S Adiningrat, ikut bergabung dalam ritual yang didahului doa, dzikir dan tahlil itu. Peneliti sejarah dari Lokantara Pusat (Jogja) Dr Purwadi, juga ikut bergabung dalam ritual yang dimulai pukul 21.00 WIB itu.

Sri Makurung Handayaningrat adalah salah seorang menantu Prabu Brawijaya V, Raja Kraton Majapahit, karena memperistri anaknya yang bernama Kanjeng Ratu Retno Pembayun, dan dipercaya menjadi Bupati Pengging dan diberi gelar Adipati pada era Raja Raden Patah memimpin Kraton Demak Bintara (abad 14-15). Dalam hasil penelitian Dr Purwadi, Adipati Bathara Katong yang menjadi Bupati pertama di Kabupaten Ponorogo, ketika masa muda bernama Jaka Piturun, diasuh oleh paman dan bibinya pasangan Adipati Sri Makurung Handayaningrat-Kanjeng Ratu Retno Pembayun.

MEMBUKA SINGEP : Gusti Moeng dibantu beberapa orang di antaranya KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara), hendak memasang “singep” baru pada pusara Adipati Sri Makurung Handyaningrat, dalam sebuah ritual yang diadakan di Astana Pajimatan Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Sabtu malam (5/8). (foto : iMNews.id/dok)

Kini, makam dua tokoh besar leluhur Dinasti Mataram itu ada di dua lokasi yang jaraknya lumayan jauh, yaitu Jateng dan Jatim. Makam Bathara Katong berada di Desa Setono, Kecamatan Jenangan yang selalu diperingati ketokohannya dalam ritual “Grebeg Suro” hari jadi oleh masyarakat Kabupaten Ponorogo (Jatim). Sementara, makam kedua “orang tua” pengganti atau orang-tua angkatnya itu, berada di Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Makam tokoh ini mendapat perhatian khusus dari Gusti Moeng, selain lokasinya dekat dari Surakarta, punya hubungan darah dengan sang ibu, KRAy Pradapaningrum.  

“Iya, singeb dan songsongnya kami ganti. Sudah lama tidak diganti. Apalagi kompleks makam juga habis direnovasi setelah musibah pohon ambruk, tahun lalu,” jelas Gusti Moeng saat dimintai konfirmasi iMNews.id, kemarin. Suasana di kompleks makam Sri Makurung Handyaningrat, tidak seperti penampilan di kompleks-kompleks makam tokoh leluhur Dinasti Mataram di sejumlah tempat lain. Kompleks makam di Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono itu, terbuka atau tidak ditutup bangunan cungkup, bahkan dihiasi batang pohon “Kepuh” sisa yang mabruk tahun lalu, menjadi hiasan kompleks makam.

SONGSONG BARU : Gusti Moeng tampak berusaha membuka songsong (payung) baru untuk mengganti yang lama, sebagai peneduh pusara Adipati Sri Makurung Handayaningrat dalam sebuah ritual yang diadakan di Astana Pajimatan Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Sabtu malam (5/8). (foto : iMNews.id/dok)

Agenda kegiatan berikutnya, adalah khataman Alqur’an di bulan Sura yang dijadwalkan Rabu malam (9/8) yang sudah diumumkan Gusti Moeng saat memimpin ritual wilujengan nagari adeging Mataram Surakarta, 17 Sura di Bangsal Smarakata, Sabtu siang 5 Agustus lalu (iMNews.id, 5/8). Kalau ritual wilujengan nagari itu simbolnya jenang gurih berlauk, tetapi khataman Alqur’an Rabu malam (9/8), disajikan bubur sungsum. Setelah ini, agenda berikut adalah “larab langse” makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Paseban, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal, Minggu (13/8/2023).

Upacara adat berikutnya yang sudah diagendakan dan diumumkan pada ritual wilujengan nagari 17 Sura, adalah ritual haul atau khol Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma yang akan digelar Minggu (20/8/2023) di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Dalam ritual itu masyarakat adat yang teradahi dalam Pakasa cabang dari berbagai daerah di Jateng, Jatim dan DIY diharapkan bisa hadir, karena Pendapa Pagelaran bisa menampung 5 ribuan orang. Menurut Gusti Moeng, pada wilujengan 17 Sura kalangan Pakasa cabang tak diharuskan hadir, karena Bangsal Smarakata daya tampungnya sangat terbatas. (won-i1)