Pakasa Pati Dukung Kirab Grebeg Suro, Pakasa Jepara Kirab Haul di Mayong

  • Post author:
  • Post published:July 30, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Pakasa Pati Dukung Kirab Grebeg Suro, Pakasa Jepara Kirab Haul di Mayong
MENGARAK UBA-RAMPE : Barisan para abdi-dalem yang berada di depan, tampak berarak membawa uba-rampe dari "patenggan" (transit) kompleks Astana Pajimatan Imogiri, menuju lokasi pusara gKR Sekar Kencana. Di situ, ritual "Nyewu" almarhumah kakak kandungnya, digelar Minggu (30/7) siang tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Kraton Gelar “Nyewu” di Makam GKR Sekar Kencana di Astana Pajimatan Imogiri

BANTUL, iMNews.id – Rombongan besar dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pengageng Lembaga Dewan Adat, Minggu (30/7) siang tadi menggelar ritual peringatan seribu hari atau “Nyewu” meninggalnya GKR Sekar Kencana. Ritual ziarah di pusara almarhumah yang disemayamkan di Astana Pajimatan makam raja-raja Dinasti Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY itu, merupakan kelanjutan dari doa, dzikir dan tahlil untuk keperluan yang sama yang digelar keluarga besar dari KRAy Pradapaningrum (istri Sinuhun PB XII) di ndalem Kayonan, Baluwarti, Kamis (27/7).

Ritual di Astana Pajimatan Imogiri di bulan Sura, memang bukan termasuk agenda rutin tahunan, tetapi peringatan wafat kakak kandung Pengageng Sasana Wilapa yang akrab disapa Gusti Moeng itu, dalam hitungan sudah masuk bulan Sura dan harus digelar saat sudah genap seribu hari dalam kalender Jawa. Oleh sebab itu, ada ratusan orang yang sebagian keluarga besar dari garwa-dalem KRAy Pradapaningrum yang datang ke astana, menggelar ritual religi peringatan ‘Nyewu” di pusara almarhumah sang kakak yang akrab disapa Gusti Sekar atau Gusti Ndari itu.

SELALU HADIR : Peneliti sejarah dari Lokantara Pusat (Jogja), Dr Purwadi, selalu hadir hampir setiap Kraton Mataram Surakarta menggelar ritual di Astana Pajimatan Dinasti Mataram Imogiri, Bantul DIY. Misalnya seperti saat digelar ritual “Nyewu” GKR Sekar Kencana, Minggu (30/7) siang tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Almarhumah Gusti Sekar yang di akhir hayatnya menjabat Pengageng Mandra Budaya Kraton Mataram Surakarta, adalah satu di antara lima kakak-beradik yang semuanya perempuan, atau satu di antara 10 putra-putri Sinuhun PB XII yang terlahir dari garwa-dalem KRAy Pradapaningrum. Almarhumah sangat dekat dengan keempat saudara perempuan dari “Enam Perempuan Pendekar Penegak Paugeran Adat”, yang selalu mendukung langkah Gusti Moeng yang memimpin langkah-langkah penyelamatan kraton, untuk pengembalian kewibawaan, harkat dan martabat Kraton Mataram Surakarta.

Dari enam “wanita pendekar” itu, lima adalah putri Sinuhun PB XII dan satu lagi adalah GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani yang merupakan putri tertua Sinuhun PB XIII. Namun, dari keenam wanita pendekar itu, satu demisatu berguguran yaitu GKR Galuh Kencana selaku kakak perempuan tertua, GKR Sekar Kencana dan GKR Retno Dumilah. Kini tinggal Gusti Moeng dan adik bungsunya, GKR Ayu Koes Indriyah dan sang kemenakan, GKR Timoer Rumbai. Belakangan, muncul GRAy Devi Lelyana Dewi yang juga adik GKR Timoer dan seorang kemenakan dari KGPH Madu Kusumanagoro yaitu BRAy Arum, mulai memperkuat barisan “wanita pendekar kraton”.

MANGGALA KIRAB : KRA Bambang S Adiningrat, selain mendukung penuh dan menginisiasi jalannya kirab budaya dalam rangka haul dan buka luwur makam Nyi Mas Ratu Semangkin di Astana Pajimatan Desa Mayong Lor, Kecamatan Mayong, Jepara, Sabtu siang (29/7), juga tampil memimpin sebagai “manggala” kirab. (foto : iMNews.id/dok)

Kalau acara kraton di bulan Sura berlanjut ritual “Nyewu” di Astana Pajimatan Imogiri, kalangan masyarakat adat yang terwadahi dalam Pakasa-pakasa cabang di beberapa daerah juga memaknai bulan Sura dengan menginisiasi dan mendukung berbagai acara bernuansa tradisi, spiritual kebatinan dan religi di daerah masing-masing. Ketua Pakasa Cabang Jepara, KRA Bambang S Adiningrat yang dihubungi iMNews.id siang tadi menuturkan, ada dua agenda kegiatan di tempat terpisah yang didukung dan bahkan dilakukan sepenuhnya oleh Pakasa cabang.

Kemarin, (Sabtu, 29/7), Pakasa cabang mendukung kirab budaya untuk ritual haul wafatnya Nyi Mas Ratu Semangkin sekaligus ritual ganti selambu atau buka luwur di Astana Pajimatan di Desa Mayong Lor, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Tokoh itu adalah adik tokoh “pahlawan nasional” Ratu Kalinyamat. Barisan kirab yang diperkuat ratusan personel Bregada Prajurit Nguntara Praja dan Korsik Sura Praja Pakasa Jepara, dipimpin langsung KRA Bambang S Adiningrat selaku “manggala” (komandan kirab), ditambah 25 orang dari Pakasa Cabang Pati yang dipimpin KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku ketua dan 25 orang dari Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin ketuanya.

“JAMASAN KOLOSAL” : Mungkin hanya ritual jamasan yang digelar KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) yang pantas disebut “jamasan kolosal”. Karena, koleksi pribadi keris dan lainnya yang dijamas, sejumlah 600-an bilah yang dilakukan bersama sejumlah pengurus Pakasa cabang, Minggu (30/7) dari pagi pukul 10.00 WIB hingga selesai. (foto : iMNews.id/dok)

“Kirabnya sejauh 2 KM dari rumah pak Modin Kasturi menuju Balai Desa Mayong Lor. Di sana barisan kirab disambut Kades Mayong Lor, Budi Agus Trianto. Lalu meneruskan perjalanan menuju lokasi ritual haul, makam Nyai Mas Ratu Semangkin. Kami juga mendapat dukungan 20-an orang dari Pakasa Cabang Pati yang dipimpin ketuanya, Kanjeng (KRAT) Mulyadi (Puspopustoko) dan 20-an orang dari Pakasa Cabang Kudus yang juga dipimpin ketuanya. Ini sungguh membahagiakan, baik bagi Pakasa Jepara, masyarakat Kabupaten Jepara pada umumnya, khususnya warga Kecamatan Mayong dan darii sekitar lokasi haul,” tandas KRA Bambang S Adiningrat.

Agenda acara Pakasa Jepara di bulan Sura, berlanjut Minggu (30/7) sejak pagi tadi di kediaman KRA Bambang S Adiningrat yang juga pemilik Padepokan Joglo Hadipuran yang juga menjadi markas Sanggar Seni Loka Budaya yang ia pimpin di Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Agenda kegiatan berupa jamasan pusaka koleksi pribadi Ketua Pakasa Jepara itu sebanyak 600-an bilah keris dan tombak, ditambah dari para pengurus Pakasa cabang yang hadir dan bersama-sama “memandikan” pusaka. Tuan rumah bercita-cita, kelak akan membangun galeri sekaligus museum keris pribadi untuk tujuan mengedukasi publik.

PENAMPILAN BERBEDA : Penampilan KRAT Mulyadi Puspopustoko dalam kirab di Kecamatan Juwana, Sabtu (29/7) malam, sangat berbeda dari tugas kesehariannya sebagai Ketua Pakasa Cabang Pati. Busana kebesaran “Bupati Juwana” pada masa “Mataram Surakarta” (1745-1945) itu membuatnya tampak sangat berwibawa, meskipun merasa agak takut. (foto : iMNews.id/dok)

Di tempat terpisah, KRAT Mulyadi Puspopustoko yang dihubungi iMNews.id di tempat tugas di makam tokoh bupati pertama Juwana di kawasan di Astana Pajimatan Jatisari, Desa Growong Kidul, Kecamatan Juwana menyebutkan, dirinya harus menghadiri pentas wayang kulit yang digelar masyarakat setempat bersama Pakasa Cabang Pati di kawasan makam, malam ini. Pentas wayang kulit dalam event “Grebeg Suro 2023” itu, mengambil lakon cukup menarik, yaitu “Baladewa Gugur” yang disajikan dalang Ki Rama Aditya. Sebelum digelar pentas wayang kulit sebagai puncak event “Grebeg Suro”, Sabtu (29/7) kemarin didahului dengan kirab budaya di jalan raya dekat kantor eks Bupati Juwana.

“Kemarin itu, Sabtu (29/7) ada dua acara di lokasi terpisah. Paginya menempuh perjalanan 70-an KM  untuk mendukung kirab haul di Mayong, Jepara. Sore pulang, shalat magrib lalu berangkat lagi untuk mengikuti kirab di Juwana. Luar biasa, panjang kirab yang didukung 50-an warga dan pengurus Pakasa cabang, sampai membentuk barisan panjang karena pesertanya mencapai 800-an orang. Dan yang luar biasa, saya harus memperagakan seorang tokoh Bupati pada zaman itu. Harus mengenakan busana kebesaran ‘Bupati Manca’ yang notabene aparat pemerintah nagari Mataram Surakarta. Saya sebetulnya takut. Tapi ini hanya memperagakan saja,” tutur KRAT Mulyadi yang dituakan di situ karena posisinya sebagai Ketua Pakasa cabang Pati. (won-i1)