Saat Tanah Kompleks Makam Ki Ageng Penjawi Sudah “Nyaris Habis”
PATI, iMNews.id – Rabu petang menjelang magrib (26/7), serombongan utusan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani berziarah ke makam Ki Ageng Penjawi di Astana Pajimatan yang ada di tengah kampung padat penduduk, Dukuh (Kampung-Red) Kaborongan, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Kota, Kabupaten Pati. Kedatangan utusan dari kraton itu selisih 4 hari setelah berlangsung kegiatan “Pawai Kirab Napak-Tilas Ki Ageng Penjawi; Kebangkitan Pati” yang digelar Pemkab setempat bersama berbagai elemen di antaranya Pakasa cabang Pati, Minggu (23/7).
Karena sore sudah mulai gelap dan sudah terdengar adzan magrib, ritual ziarah yang dilakukan Gusti Timoer (GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani) yang mendapat tugas dari Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat), tidak berlama-lama dilakukan dalam cungkup makam tiga pusara yang berukuran sekitar 3×5 meter itu. Doa, dzikir dan tahlil dipimpin Teguh Jumadiyanto selaku juru kunci makam, diikuti rombongan dari kraton dan beberapa pengurus Pakasa Cabang Pati yang banyak melibatkan para abdi-dalem juru kunci makam se-Kabupaten Pati, dipimpin KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang.
Acara ritual ziarah yang dilakukan Gusti Timoer ditutup dengan tabur bunga di pusata Ki Ageng Penjawi dan dua pusara lain yang salah satunya adalah makam Danurwenda, seorang cucu Ki Ageng Penjawi, yang berada dalam satu cungkup makam berukuran sekitar 3×5 meter itu. Selain yang ada di dalam cungkup termasuk berukuran kecil itu, tidak tampak tanda-tanda bekas pusara atau makam yang berhubungan dengan ketokohan Ki Ageng Penjawi. Di depan cungkup ada sebidang tanah kosong, di sisi selatan ada langgar atau mushola kecil konstruksi kayu, dan selain itu rumah-rumah warga, rapat “mengepung” cungkup makam.
Dari gang yang diberi nama Jalan dr Susanto itu, untuk sampai kompleks makam terlebih dulu memasuki lorong kecil selebar 1,5 meter dan sepanjang 15 meter. Di depan lorong, ada petunjuk arah makam ke selatan. Tiga mobil pengangkut rombongan yang dipimpin Gusti Timur, terpaksa diparkir di halaman rumah warga, karena tidak ada fasilitas parkir khusus pendukung makam. Meskipun, Teguh Jumadiyanto menyebutkan, selalu ada orang yang datang berziarah ke makam Ki Ageng Penjawi tak terbatas bulan tertentu, tetapi di bulan Sura seperti sekarang ini termasuk mulai banyak dikunjungi peziarah.
“Bulan Sura niki tambah kathah ingkang sami ziarah mriki. Nggih termasuk meningkat jumlah ingkang ziarah. Nanging duka, menika saksampunipun wonten pemberitaan pawai kirab menapa wonten faktor sanesipun, kula mboten patos ngertos. Kula kalian warga sekitar makam remen sanget dipun rawuhi Gusti Timoer kalian rombongan kraton. Sakderengipun, sampaun radi dangu, Gusti Moeng nate rawuh mriki, berziarah. La, kala wingi kok wonten pawai kirab, Pakasa cabang ingkang dipun pimpin Kanjeng Mulyadi (KRAT Mulyadi Puspopustoko-Red) inggih nderek mriki, nggih nembe sepindah menika wonten kirab,” ujar Teguh.
Menjawab pertanyaan iMNews.id yang datang bersama rombongan dari Kraton Mataram Surakarta, juru-kunci makam Teguh Jumadiyanto sedikit mengisahkan adanya kegiatan ziarah yang dilakukan peserta pawai kirab yang digelar Pemkab Pati, dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-700 Kabupaten Pati. Dalam baliho kecil yang dipasang di depan lorong masuk kompleks makam, disebutkan ada denah rute kirab dan beberapa agenda dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-700 Kabupaten Pati digelar Pemkab, mulai dari kirab dan ziarah (23/7), jamasan pusaka (26-27/7), buka luwur/larap selambu (27/7) pagi, pengajian dan majlis shalawat (27/7) malam.
Selesai berziarah, Gusti Timoer mengajak rombongan dan warga Pakasa cabang termasuk para juru kunci untuk berfoto bersama di di teras cungkup makam dan beberapa saat kemudian berpamitan kepada juru kunci dan KRAT Mulyadi Puspopustoko beserta pengurus Pakasa cabang selaku rumah. Dalam penjelasannya menjawab pertanyaan iMNews.id di sela-sela mengantar rombongan Gusti Timoer berziarah, KRAT Mulyadi menyebutkan bahwa dirinya baru beberapa kali datang di makam itu sejak dipercaya menjabat Ketua Pakasa Cabang Pati, sekitar 2 tahun lalu, salah satunya mengantar Gusti Moeng yang ingin melihat makam dan menziarahi.
Ziarah yang dilakukan Gusti Moeng beberapa tahun lalu, menurut KRAT Mulyadi sudah memberi kesan khusus, baik kepadanya selaku ketua Pakasa cabang yang juga masih mengurus makam tokoh leluhur Dinasti Mataram di Kabupaten Pati. Kesan khusus yang didapatnya, disebutkan juga hampir sama dengan yang dilihat Gusti Moeng saat dua kali menziarahi makam Ki Ageng Penjawi. Mengingat, tokoh yang disemayamkan di tengah kota yang masuk wilayah Kelurahan Pati, Kecamatan Kota Kabupaten Pati itu, adalah tokoh penting dari keluarga besar yang melatar-belakangi sejarah terbentuknya wilayah Kabupaten Pati, 6 Agustus tahun 1323.
“Ya, saya hanya prihatin saja menyaksikan kompleks makam Ki Ageng Penjawi itu. Karena saya juga mengurus makam Ki Ageng Ngerang, yang begitu luas karena ada makam-makam keluarga besar di samping juga ada makam warga. Jadi, ya bisa membandingkan apa yang tampak, lalu dalam hati saya banyak bertanya-tanya. Sebagai pengurus Pakasa cabang, saya juga melihat banyak lokasi makam tokoh-tokoh leluhur Dinasti Mataram di wilayah Kabupaten Pati ini, rata-rata lingkungan kompleks makam sangat longgar dan bisa dilengkapi fasilitas pendukung ketika dijadikan objek wisata spiritual religi,” jelas KRAT Mulyadi.
Sebagai contoh, kompleks makam Nyi Ageng Rara Kuning di Desa Maitan, Kecamatan Tambakromo yang diziarahi Gusti Timoer dan rombongan siang sebelum ke makam Ki Ageng Penjawi. Kompleks makam itu begitu luas, baik untuk memakamkan keluarga besar ada warga sekitar yang dimakamkan di situ, dan cungkup makamnyapun lumayan besar, bisa menampung ratusan orang yang berziarah dengan menggelar ritual haul di situ. Begitu juga makam Pangeran Benawa I yang ada di puncak bukit Dukuh Morotoko, Desa Wateshaji, Kecamatan Wirosari yang begitu luas kompleks dan bangunannya, serta banyak makam keluarga besarnya. (won-i1)