Dipimpin Duet Srikandi Muda, Putri Sinuhun PB XIII
SURAKARTA, iMNews.id – Kerjabhakti “resik-resik” kawasan Alun-alun Kidul atau Alkid mulai dari pintu Kori Brajanala Kidul atau Lawang Gapit Kidul sampai di ujung selatan batas kawasan Kraton Mataram Surakarta, dilakukan bersama-sama oleh berbagai elemen dari dalam maupun dari luar masyarakat adat yang melibatkan sekitar 400-an orang, Minggu pagi hingga siang (16/7) tadi. Selain membersihkan dan menata lingkungan di saat akan ada momentum kirab pusaka di malam 1 Sura, kerjabhakti itu juga untuk menertibkan kembali berbagai sarana jualan yang tidak sesuai dengan kesepakatan, bahkan dinilai melanggar ketentuan.
“Karena, kesepakatannya dulu tidak boleh merubah atau membuat bangunan baru di kawasan Alun-alun Kidul yang merupakan bagian dari kawasan cagar budaya Kraton Surakarta. Di antara tempat jualan yang kami tertibkan bersama ini tadi, ada yang sudah mengarah ke bentuk permanen. Ada yang sudah tidak indah dipandang. Ada yang limbahnya ditumpuk dan menjadi pemandangan tidak indah. Ada yang merambah di atas rumput alun-alun, padahal kesepakatannya tidak boleh. Tadi, para pemiliknya membongkar sendiri. Sebagian ada yang dibakar, karena sudah tidak layak,” ujar GRAy Devi Lelyana Dewi.

Salah seorang putri Sinuhun PB XIII yang dipercaya menjabat Wakil Pengageng Museum dan Pariwisata itu, ditunjuk menjadi koordinator lapangan bersama sang kakak, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani dalam gerakan kerjabhakti resik-resik kawasan Alkid, Minggu pagi-siang tadi. Duet “Srikandi muda” kakak-beradik dari lain ibu, putri Sinuhun PB XIII itu, menurut GKR Timoer mendapat kesempatan penuh untuk tampil memimpin kegiatan bersih-bersih lingkungan Alkid untuk berbagai keperluan dan tujuan mendesak, yang salah satunya untuk menjaga view di ujung selatan kraton itu tetap bersih, indah dan nyaman.
“Tadi saya menegaskan, kegiatan bersih-bersih seperti ini akan kita lakukan bersama-sama secara periodik ke depan. Karena, semua yang memanfaatkan Alkid untuk mencari nafkah sudah bersepakat dengan kami sebagai utusan yang mendapat kepercayaan dari kraton, bahwa lingkungan kawasan Alkid harus dijaga tetap bersih, nyaman dan indah serta dijauhkan dari praktik-praktik yang melanggar etika dan peraturan hukum. Oleh sebab itu, kami menegaskan kembali, kalau ada yang melanggar kesepakatan pasti akan menerima sanksinya,” ujar GRAy Devi yang didampingi BRM Yudistira saat menghampiri para peserta yang sedang menebang pohon.

Seperti diketahui, kawasan Alkid pernah menjadi tempat prostitusi “tiban” menjelang dan setelah kawasan Resosialisasi Silir ditutup Pemkot Surakarta awal tahun 2000-an. Sejak itu, kawasan Alkid banyak bermunculan bedeng-bedeng “tempat praktik” dan lapak-lapak yang berkamuflase sebagai angkring wedangan. Karena, dukungan warga sekitar Alkid dan keinginan dari internal Kraton Mataram Surakarta yang terus-menerus menuai citra buruk, akhirnya bersepakat dengan berbagai pihak dan elemen masyarakat sekitar untuk bersama-sama menutup Alkid dari praktik prostitusi serta membersihkan segala macam bangunan baru yang berdiri di situ.
Memasuki era “Bebadan Kabinet 2004” bersamaan dengan jumenengnya KGPH Hangabehi menjadi Sinuhun PB XIII, renovasi juga sudah banyak dilakukan kemudian di kawasan Alkid, termasuk memajang dua gerbong yang masing-masing pernah digunakan untuk kegiatan wisata dan gerbong jenazah Sinuhun PB X menjadi hiasan permanen di sisi utara Alkid. Setelah itu, kawasan tersebut tumbuh berkembang menjadi kawasan wisata kuliner dan tempat santai menikmati malam Minggu bagi warga sekitar, karena di antaranya ada dua titik lokasi yang menjadi kandang kawanan satwa kagungan-dalem mahesa Kiai Slamet yang sampai belasan ekor jumlahnya.

Namun, dalam perjalanan waktu tidak membuat seluruh kawasan Kraton Mataram Surakarta menjadi semakin baik, indah dan nyaman serta membanggakan bagi publik secara luas, khususnya bagi masyarakat Surakarta, karena sejak 2004 kraton terkesan ditempatkan sebagai “musuh” bagi Pemkot sampai jajaran tertinggi di negara ini. Apalagi friksi internal memuncak di tahun 2017 hingga lima tahun, kraton nyaris tak punya progres apa-apa dalam usaha perbaikan, padahal proposal perencanaan revitalisasi sudah disiapkan KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab perencanaan, bahkan sudah dikirim ke Kemen PUPR.
Dinamika yang terus berubah, juga membawa Kraton Mataram Surakarta memasuki babak baru dengan peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” pada 17 Desember 2022. Peristiwa “perdamaian” antara Sinuhun PB XIII dengan adik kandungnya, GKR Wandansari Koes Moertiyah pada 3 Januari 2023 yang mewarnai kemudian, juga mulai merubah peta “konstalasi politik” di internal kraton, yang berimbas juga ke luar kraton. Karenanya, Wali Kota Surakarta kemudian melakukan audiensi dengan “dua pihak yang berdamai”, untuk menjelaskan soal rencana bantuan revitalisasi dari pemerintah pusat, walau akhirnya ditunda di tahun 2024.

Menyikapi itu, KPH Edy Wirabhumi selaku penanggungjawab perencanaan reviltalisasi menyatakan agak pesismistik dengan rencana bantuan revitalisasi itu, mengingat tahun 2024 yang disebut akan dianggarkan di APBN bantuan itu, sangat kecil kemungkinannya bisa terwujud karena pemerintah dengan ketersediaan anggarannya diyakini akan terkonsentrasi ke tahun politik atau untuk keperluan Pilpres dan Pileg. Meski belakangan disebut ada dana bantuan hibah dari pemerintah Arab Saudi, namun kraton memilih bersikap relistis, cepat bertindak melakukan renovasi di beberapa titik bangunan yang butuh diselamatkan secepatnya .
Salah satu yang bisa diselamatkan, adalah bangunan Pendapa Sitinggil Kidul dengan mengganti beberapa titik konstruksi atap yang remuk dan patah. Dalam waktu sekitar sebulan, renovasi dilakukan dan bahan bakunya utamanya diambil dari Pesanggrahan Langenharjo. Untuk memulihkan lingkungan sekitarnya termasuk kawasan Alkid agar menjadi destinasi wisata indah, dimulai dengan kerjabhakti yang melibatkan berbagai elemen, mulai dari Pakasa cabang, pesantren, berbagai kelompok relawan seperti #Safe Kraton, ormas, warga Baluwarti, para pedagang anggota paguyuban PKL di Alkid, juru parkir dan sebagainya. (won-i1)