Kirab Budaya Ditiadakan, Karena Cuaca Buruk
JEPARA, iMNews.id – Di sela-sela mempersiapkan diri untuk melakukan misi seni budaya memeriahkan Milad ke-215 Kraton Kacirebonan, 9-13 Maret ini, Pakasa Cabang Jepara memanfaatkan waktu luang untuk berpartisipasi memeriahkan upaya menghidupkan kembali ritual tradisi panen padi kali pertama yang diberi tajuk “Umbul Donga Wiwit Pari” di Desa Teluk Awur, Kecamatan Tahunan, Kamis Pahing (2/3) kemarin. Tradisi peninggalan leluhur yang telah lama ditiadakan warga peradaban Jawa itu, kembali diadakan dan diinisiasi pamong desa setempat bekerjasama dengan Pakasa cabang dan berbagai pihak lain dengan kemasan acara sangat menari dan mengedukasi publik secara luas.
Event yang diadakan mulai pukul 07.00 WIB kemarin, berlangsung di jalan pinggir areal sawah yang pemandangannya sudah memperlihatkan kombinasi warna kuning dan hijau, bahkan didominasi warna kuning karena buah padinya rata-rata sudah siap dipanen. Oleh sebab itu, ritual memetik padi kali pertama yang diberi judul “Umbul Donga Wiwit Pari” dan dialamnya ada Festival Kenduri Tani 2023, sangat mengesankan sebagai ungkapan rasa syukur para petani atas limpahan rahmat Allah SWT karea tanaman padi yang menjadi rezeki sekaligus bahan pangan utama masyarakat di Nusantara ini, siap dipetik atau dipanen.
“Tentu saja, kami juga sangat bersyukur karena masyarakat tani di wilayah kami dan Kabupaten Jepara, bahkan di seluruh wilayah Nusantara ini, memulai panen raya bahan pangan utama kita. Dan karena izin dan ridho Allah SWT, panen raya yang melimpah akan dinikmati masyarakat Desa Teluk Awur, Kecamatan Tahunan, mewakili masyarakat tani secara luas. Sebagai ungkapan rasa kebahagiaan dan rasa syukur, kami Pakasa Cabang ikut memeriahkan ritual memetik padi kali pertama, yang sudah lama ditinggalkan masyarakat. Kini, ritual itu diadakan kembali, dan kami mendukung sepenuhnya, ungkap KRA Bambang Setiawan Adiningrat yang dihubungi iMNews.id, kemarin.
Di jalan Desa Teluk Awur dekat areal persawahan, event ritual memetik padi kali pertama itu diawali dengan doa bersama “Festival Kenduri Tani 2023” yang dilanjutkan dengan sajian tari Dewi Sri dari Sanggar Selendang Kemuning, desa setempat, yang dipimpin nyonya Dwi. Tarian itu jelas melukiskan kehidupan para petani yang menghasilkan padi, pangan yang disimbolkan “Dewi Sri”, yang di berbagai daerah lain juga diekspresikan dalam berbagai kesenian, misalnya pergelaran wayang kulit dengan lakon “Sri Mulih” yang banyak dilakukan masyarakat petani di wilayah Solo Raya, sekitar 30 tahun lalu.
Di Desa Teluk Awur itu, prosesi “Umbul Donga Wiwit Pari” dimulai dengan doa oleh sesepuh desa, dilanjutkan dengan potong padi “pengantin” yang dipimpin oleh Petinggi Desa (Kades) Teluk Awur, Nur Rohman. Jalannya potong padi “pengantin” yang dilakukan bersama kalangan pamong desa, Forkopimcam, utusan Dinas Pariwisata dan Budaya diiringi gending-gending karawitan dari Sanggar Seni Loka Budaya Padepokan Joglo Hadipuran dan Sanggar Priyogo Laras. Sedangkan rencana kirab yang didukung penuh Bregada Prajurit dan Korsip Sura Praja Pakasa Cabang Jepara, dibatalkan karena cuaca tidak mendukung.
“Mudah-mudahan, event ritual Umbul Donga Wiwit Pari ini bisa menggugah semua elemen masyarakat Jepara. Juga mengetuk hati para pamong dari tingkat desa ke wilayah kabupaten, untuk mengajak masyarakat kembali mencitai budaya Jawa. Karena ritual itu adalah bagian dari budaya Jawa, peninggalan leluhur. Semoga, awal yang baik ini menjadi teladan bagi desa-desa lain untuk kembali memperlihatkan keindahan kehidupan masyarakat tani, selain kekuatan industri ukir. Dan yang jelas, Pakasa cabang terus menggelar latihan untuk misi seni budaya di Milad ke-215 Kraton Kacirebonan. Kami siap tampil membawa nama harum Pakasa dan Kraton Mataram Surakarta,” sebut Ketua Pakasa cabang yang juga pemilik Sanggar Loka Budaya itu. (won-i1)