Balok Dudur untuk Atap Sayap Timur Pendapa Sitinggil Juga Sudah Terpasang

  • Post author:
  • Post published:July 6, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Balok Dudur untuk Atap Sayap Timur Pendapa Sitinggil Juga Sudah Terpasang
SEBELUM DIBONGKAR : Sayap timur atap Pendapa Sitinggil Kidul bagian utara sebelum dibongkar, masih tampak disangga beberapa batang bambu, karena balok kayu "dudurnya" keropos dan patah, sekitar seminggu lalu. Di sisi luarnya, kandang sepasang kagungan-dalem mahesa, yang segera akan dievakuasi ke tempat lain.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Akan Diteruskan Menggarap Ruang di Bawahnya, Kagungan-dalem Mahesa Dicarikan Tempat

SURAKARTA, iMNews.id – Balok kayu jati sepanjang 10 meter yang fungsinya sebagai “dudur” atau penyangga beban sayap timur  konstruksi atap Pendapa Sitinggil Kidul, setelah dinaikkan enam orang empat hari lalu kini sudah terpasang bersama sayap-sayap penghubung/penguatnya. Enam pekerja yang dipimpin Kiki Aryanto selaku koordinator, sejak pagi tadi merampungkan menggarap pemasangan pasak dan jenis pekerjaan penguatan lainnya, sebelum kembali ditutup dengan lembaran seng lama sebagai pelindungnya.

Kiki Aryanto yang dimintaio konfirmasi iMNews.id, pagi tadi membenarkan proses pemasangan balok kayu jati baru pengganti yang patah dan keropos sudah lengkap, baik untuk saya barat dan timur. Menurutnya, di sayap timur tinggal proses penyelesaian pemasangan pasak dan menambah paku untuk memperkuat sambungan/pertemuan antara dua bagian, setelah itu akan mengambil kembali lembaran seng gelombang bekas penutup atap untuk dipasang sesuai posisi seperti semula.

MENAIKKAN BALOK : Dengan cara manual, enam pekerja bangunan yang dikoordinasi Kiki Aryanto, berusaha menaikkan balok sepanjang 10 meter seberat 300-an kg secara manual, beberapa hari lalu, untuk mengganti “dudur” konstruksi kayu sayap timur Pendapa Sitinggil Kidul yang sudah keropos dan patah. (foto : iMNews.id/dok)

“Iya pak. Tinggal pekerjaan kecil penguatan dan penyempurnaan. Habis itu pasang seng atau mengembalikan penutup atapnya pada posisi seperti semula. Hari Sabtu (8/7) besok sudah bisa selesai. Setelah itu, belum tahu tugas perbaikan selanjutnya di mana. Sekarang sedang menunggu dawuh dari Kanjeng Wira (KPH Edy Wirabhumi/Penanggungjawab Perencanaan Revitalisasi Kraton),” ujar Kiki Aryanto saat dihubungi sedang menunggu hendak menhghadap KPH Edy Wirabhumi, pagi tadi.

Di tempat terpisah, KPH Edy Wirabhumi selaku Penanggungjawab Perencanaan Revitalisasi Kraton Mataram Surakarta yang dimintai konfirmasi iMNews.id menyatakan, renovasi konstruksi atap Pendapa Sitinggil Kidul sudah sesuai dengan hasil keputusan rapat bersama dan dinilai sudah cukup. Bagian-bagian lain dari konsturksi atap lama, diperkirakan masih cukup kuat untuk bertahan beberapa waktu, sambil berupaya mencari sumber-sumber pembiayaan yang bisa mencukupi seluruh kebutuhan revitalisasi total, ketika bantuan dari pemerintah pusat yang dijanjikan APBN 2024 ternyata meleset akibat tersedot segala urusan di tahun politik.

SUDAH TERPASANG : Balok kayu jati baru pengganti “dudur” yang keropos dan patah, sudah terpasang di atas, beberapa hari lali, dan tinggal menguatkan dengan pasak dan paku serta menutup kembali dengan lembaran seng gelombang bekas atap, sesuai posisi semula yang diharapkan, Sabtu besok (8/7/2023) bisa selesai. (foto : iMNews.id/dok)

Menurutnya, setelah mengganti dua balok “dududr” di sayap barat dan timur Pendapa Sitinggil Kidul, akan diteruskan dengan merenovasi seluruh bagian ruang pendapanya, baik menambal semua “saka” penyangga utama yang cuil, dinding tembok lantai, lantainya sendiri maupun balok kayu “saka” di tengah pendapa. Seperti diketahui, bangunan pendapa ini ada sejumlah “saka” yang disusun dari pasangan batu bata berlapis campuran material lama, tanpa semen dan tanpa konstruksi beton baja sebagai otot penguatnya. Lantainya sebagian juga masih dari batu alam dan tegel biasa bukan keramik.

“Intinya, Pendapa Sitinggil Kidul jangan dibiarkan seperti itu terus. Sebelumnya hanya sebagai tempat darurat untuk memisahkan kagungan-dalem mahesa Kiai Slamet. Padahal, tempat itu bisa digunakan untuk ajang pertunjukan seni kraton untuk hiburan masyarakat. Halamannya juga bisa untuk ajang seni dan bisa dimanfaatkan masyarakat. Sekarang sudah saatnya dibenahi sedikit demi sedikit. Nantinya harus bersih. Kagungan-dalem mahesa akan dicarikan tempat di luar. Kami akan berunding dulu,” ujar pimpinan Lembaga Hukum Kraton Surakarta (LHKS) itu.

KANDANG MAHESA : Sayap barat kompleks Pendapa Sitinggil Kidul saat mulai dibongkar untuk mengganti “dudurnya” yang keropos dan patah, sekitar dua minggu lalu, di dekatnya tampak seekor kagungan-dalem mahesa keturunan Kiai Slamet, kompleks itu sampai kini difungsikan sebagai kandang satwa jinak pusaka kraton itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebab itu, lanjutnya, setelah konstruksi atap selesai, ruang pendapa juga kembali enak dipandang dan nyaman untuk berkegiatan, giliran berikutnya dalah menggarap halaman lingkungan pendapa agar bersih, rata dan tampak asri, juga nyaman untuk menikmati suasana santai serta berbagai kegiatan yang bisa digelar di situ. Sebagai pengganti kandang beberapa ekor kagungan-dalem mahesa yang tersisa di situ, akan dicarikan tempat lain yang bisa ditempatkan bersebelahan dengan penyekat, di kompleks kandang sisi selatan Alun-alun Kidul (Alkid).

Seperti diketahui, kompleks Pendapa Sitinggil Kidul terpaksa digunakan untuk menampung kawanan kagungan-dalem mahesa keturunan Kiai Slamet yang diserahkan seorang abdi-dalem asal Kabupaten Madiun (Jatim) yang sebelumnya memelihara sampai beranak-pinak, sekitar tahun 2010. Tak lama kemudian, mahesa yang sudah berjumlah 9 ekor dititipkan pada seorang abdi-dalem di Banyudono, Boyolali yang bersedia memelihara. Setelah meninggal, kawanan mahesa ganti dipelihara abdi-dalem lain yang masih satu kecamatan di Pengging, Banyudono.

PENTAS PERTUNJUKAN : Bila kompleks Pendapa Sitinggil Kidul kelak sudah selesai direnovasi dan kembali indah dan nyaman, bisa dimanfaatkan sebagai ajang pentas pertunjukan seperti pergelaran wayang kulit pendukung ritual Sekaten Garebeg Mulud atau Maleman Sekaten seperti peristiwa di tahun 2016 ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Namun, di antara kawanan mahesa yang beranak-pinak di kandang sisi selatan Alkid, terpaksa harus dipisahkan karena antara beberapa kelompok di situ selalu bertengkar dan dua pasang di antaranya harus dipisahkan di kompleks Pendapa Sitinggil Kidul. Riwayat Kraton Mataram Surakarta bisa memiliki kawanan mahesa yang diberi nama Kiai Slamet, karena berhasil merebut kembali Ibu Kota Kartasura dari tangan pemberontak (Mas Garendi dkk), dan saat pindah ke Ibu Kota ke Surakarta Hadiningrat, Sinuhun PB II (1727-1749) dibekali pisungsung sepasang mahesa bule oleh Tumenggung Suronagoro, Bupati Ponorogo waktu itu.

Sedangkan mengenai Pendapa Sitinggil Kidul yang kini sedang digarap renovasinya secara swadaya itu, saat tidak digunakan sebagai kandang mahesa sempat menjadi ajang kegiatan pentas wayang kulit yang diinisiasi Pengageng Sasana Wilapa. KGPH Puger selaku Pengageng Museum dan Pariwisata/Sasana Pustaka, menjadi pengelola seni pertunjukan wayang kulit untuk mewarnai ritual Sekaten atau perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW dengan “Maleman Sekaten” yang digelar di Alun-alun Lor selama sebulan itu. (won-i1)