DI TERAS : Gusti Moeng dan beberapa kerabat serta abdidalem tampak duduk di teras bangunan dekat Pendapa Sasana Sewaka, semalam, sambil beristirahat setelah sibuk karena sejak sore ikut memeriksa Bangsal Keputren yang diduga dibobol maling. (foto : iMNews.id/dok)
Gusti Moeng Naik Tangga dan Melompat Pagar untuk Bisa Masuk Kraton
SURAKARTA, iMNews.id – Ungkapan spontan bernada “guyon” atau bergurau untuk menggoda para hadirin yang mengikuti “pisowanan” saat memberi pidato sambutan pada ritual khol Sinuhun PB XII di Pendapa Sitinggil Lor, 18 November lalu (iMNews.id, 18/11/2022), seakan menjadi doa dan mendatangkan muzizat bagi Gusti Moeng dan beberapa orang terdekat yang waktu itu mengikutinya. Gara-gara ada “teriakan maling” dari dalam kompleks Bangsal Keputren, terdengar sampai ke ndalem Kayonan dan sekitarnya Sabtu (17/12) sore sekitar pukul 15.00 WIB, Goesti Moeng diikuti Gusti Timoer dan BRM Yudistira naik tangga dan bisa masuk keraton, lalu sebagian membuka pintu dari dalam untuk akses masuk para kerabat lain yang ingin ikut mengejar maling.
“Karena saya mengetok pintu di Sasana Putra tak ada yang mau membuka, tetapi kterdengar dari luar malah mengancing dari dalam dan pada lari sembunyi, saya terpaksa cari tangga. Dengan memanjat tangga, saya melompat pagar lalu masuk. Saya langsung menuju Bangsal Keputren, karena ada abdidalem yang lapor lokasi kamar yang dibobol maling. Ternyata benar, kamar (GRA) Devi sudah porak-poranda isinya. Kelihatannya ada yang diambil, peralatan elektronik. Tetapi malingnya tidak ketemu. Padahal yang mencari banyak sekali. Sekarang sudah gelap, nggak tahu orangnya masih di dalam atau sudah keluar karena punya cara sendiri,” jelas Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id saat tiba di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, tadi malam sekitar pukul 19.30 WIB.
Menurut Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) yang juga Pengageng Sasana Wilapa itu, begitu mendengar ada kegaduhan yang disebutkan dari sekitar Bangsal Keputren dan dilapori lewat HP kamar Gusti Devi dibobol maling sekitar pukul 15.00 WIB, dirinya langsung menuju pintu Sasana Putra. Karena ketika mengetuk hingga menggebrak pintu tak ada yang membukakan, bahkan terdengar dikancing dari dalam dan ditinggal lari, Gusti Moeng bersama sejumlah orang dekatnya termasuk Gusti Timoer dan BRM Yudistira memanjat tangga yang dipinjam, untuk bisa naik ke atas dan melompati pagar tembok Panggung Ngindra, sebelah barat Kori Talang Paten.
Sesampai di dalam, ketiganya langsung menemui para abdidalem wanita dan segera menuju Bangsal Keputren, untuk melihat kamar GRA Devi yang dibobol maling. Ketika tiba di depan kamar, seisi kamar sudah tampak berantakan dan para abdidalem melaporkan beberapa menit sebelum berteriak maling, ada sosok lelaki yang begitu cepat lari dan menyelinap di antara sejumlah bangunan serta semak-belukar yang ada di situ, ketika para abdidalem mendengar ada suara dari dalam kamar dari jarak 30-an meter.
“Sejak itu, semua kerabat yang ikut masuk menyebar mencari sosok yang diduga maling itu. Ada 50-an orang yang menyisir setiap sudut, celah dan ruang bangunan di kawasan ‘kedhaton’ dan di belakang ‘kedhaton’ hingga Kraton Kulon yang kebanyakan kosong. Tetapi hasilnya nihil. Ternyata, kejadian ini sudah yang kedua kali. yang pertama yang dibobol kamarnya GKR Ratu Alit, sekitar 3 minggu lalu. Abdidalem yang lapor saya, waktu itu ada mobil Inafis Polisi sedang melakukan olah TKP. Tetapi rupanya kasus pencurian itu akan ditutup rapat, jangan sampai terdengar publik. Eeee… la kok sekarang ada lagi. Ya jadi terbongkar semuanya. Allah telah menunjukkan jalan yang benar-benar aman dan halus. Walau ada yang harus jadi korban pencurian,” tutur Pengageng Sasana Wilapa yang memiliki nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu sambil senyum-senyum lega.
Baik Gusti Moeng maupun KRMP Sosrodiningrat seorang sentanadalem yang sejak sore hingga malam “memburu” sosok yang diduga maling menyatakan, sangat mungkin sosok yang diduga maling di dua kamar itu adalah orang yang sama, yang sangat mungkin sudah memahami dan mempelajari akses pintu masuk dan situasi di dalam khusus Bangsal Keputren. Sekalipun diduga orang luar, tapi sangat dimungkinkan bisa bekerjasama dengan orang dalam yang selama 5 tahun sejak April 2017 berada di dalam kraton.
“Saya masuknya belakangan. Jadi nggak begitu paham apakah ada barang yang hilang? Atau barang apa yang hilang? Kasus ini sudah atau belum dilaporkan polisi, saya juga tidak paham. Belum mendapat informasi yang jelas. Sisi positifnya, ya kami semua bisa masuk kraton dan melihat situasi secara langsung. Semua tampak menyedihkan. Dan sore kemarin, tiga ekor kagungandalem mahesa Kiai Slamet yang dikandangkan di Pendapa Magangan, sudah dikembalikan ke kandang Alun-alun Kidul atas dawuh Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah),” ujar KRMH Kusumo Wibowo yang dihubungi di tempat terpisah tadi pagi.
Ungkapan prihatin dan sedih juga datang dari Ketua Pakasa Cabang Jepara KRA Bambang Setiawan Adiningrat yang menyempatkan masuk kraton bersama rombongan kecilnya atas seizin Gusti Moeng. Rombongan dari Kabupaten Jepara ini habis menyuguhkan pentas tari “Bambangan Cakil” pada malam perdana Pekan Seni Budaya dan Ekraf Hari Jadi 91 Tahun Pakasa di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Sabtu malam (17/12). Karena “memimpin” masuk kraton, Gusti Moeng tidak bisa hadir memberi sambutan di acara pembukaan event itu, tetapi Ketua Pengurus Pakasa Pusat KPH Edy Wirabhumi tampil berpidato dan membuka resmi, sambil membesarkan hari semua yang hadir bahwa “Kita semua di sini ikut menjadi pelaku sejarah yang sedang terjadi”. (won-i1)