Tahlil dan Dzikir Digelar di Ruang Wisuda Kantor Kasentanan
SURAKARTA, iMNews.id – Semalam (Rabu, 3/5), ritual religi wilujengan peringatan dua tahun atau khol kedua meninggalnya GKR Retno Dumilah (GRAy Koes Isbandiyah-Red), digelar Pengageng Sasana Wilapa di ruang rapat atau wisuda Kantor Pengageng Kasentanan atau Kusuma Wandawa, Kraton Mataram Surakarta. Doa, tahlil dan dzikir yang dipimpin abdi-dalem jurusuranata MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo itu dimulai pukul 19.00-an WIB dan berakhir sekitar 90 menit kemudian, dihadiri sekitar 150-orang dari kalangan kerabat internal yang nyaris tak ada unsur perwakilan dari “pihak” Sinuhun PB XIII.

Penyelenggaraan ritual peringatan meninggalnya salah seorang tokoh penting di Kraton Mataram Surakarta era “Bebadan Kabinet 2004” itu, untuk kali pertama atau perdana digelar Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa di dalam lingkungan kraton. Hampir semua tokoh penting seperjuangan lain dari “Bebadan Kabinet 2004”, saat meninggal dan ritual peringatan setelahnya saat kraton ditutup mulai April 2017 hingga 2023, tak mengalami penghormatan yang setimpal dari Sinuhun PB XIII “yang mengaku” sebagai pemimpin Kraton Mataram Surakarta.

Acara doa wilujengan peringatan dua tahun meninggalnya Gusti Retno atau GKR Retno Dumilah yang dipimpin Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa, begitu dibuka langsung memberi kata pengantar singkat inti acara, lalu menyerahkan kepada MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo untuk memimpin doa, tahlil dan dzikir. Dalam kesempatan itu, hampir semua pejabat “Bebadan Kabinet 2004” hadir, kalangan generasi muda atau generasi ketiga Sinuhun PB XII tampak hadir, di antaranya putra mahkota tertuta KGPH Hangabehi dan KRMH Herjuno Suryo Wijoyo hadir mewakili keluarga kecil GKR Retno Dumilah.

Selesai doa, tahlil dan dzikir, dilanjutkan dengan makan bersama. Dalam ritual “pengetan mendhak” kedua meninggalnya GKR Retno Dumilah itu, ada dua hal yang menarik. Yang pertama karena ritual diadakan di dalam ruang yang biasanya digunakan untuk rapat Pengageng dan jajarannya. Wisuda kalangan sentana-dalem atau sentana-garap juga sering diadakan di ruang mirip aula kecil di kompleks Kantor Pangageng Kusuma Wandawa, yang letaknya di depan pintu masuk museum itu.

Hal menarik kedua adalah tidak ada seorangpun dari perwakilan “pihak” Sinuhun PB XIII yang kelihatan hadir di acara itu, padahal almarhumah Gusti Retno semasa hidupnya menjabat Pengageng Pasiten dalam “Bebadan Kabinet 2004” yang disepakati bersama dengan tanda-tangan, termasuk Sinuhun PB XIII yang waktu itu bersama-sama didukung jumeneng nata.
Selaku Pengageng Sasana Wilapa, Gusti Moeng pasti sudah memberitahukan kepada Sinuhun PB XIII tentang rencana acara ritual itu, dan pasti diikuti dengan undangan untuk hadir, bila tidak bisa secara pribadi bisa melalui utusan.

“Kalau soal pemberitahuan, Gusti Moeng pasti sudah munjuk atur ke Sasana Putra (sebutan kompleks tempat-tinggal Sinuhun PB XIII-Red). Dan pasti sekaligus ngaturi ada perwakilan yang diutus ngrawuhi. Tetapi, saya melihat tidak ada satupun yang diutus rawuh di acara pengetan tadi malam. La, saya tidak tahu mengapa tidak ada utusan satupun yang rawuh,” jelas KRMH Suryo Kusumo Wibowo selaku Wakil Pengageng Sasana Prabu, saat dihubungi iMNews.id, siang tadi.

GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa yang dimintai konfirmasi melalui kontak WA, siang tadi, hanya menjawab soal pemanfaatan Kantor Pengageng Kusuma Wandawa atau Kasentanan sebagai tempat menggelar ritual itu. Menurutnya, pihaknya tidak mengundang “pihak” Sasana Putra. Kantor Kusuma Wandawa digunakan agar di tempat itu selalu ada kegiatan sesering mungkin, agar kembali ada kehidupan dan cepat dibersihkan kalau terlihat kotor. Karena selama 5 tahun lebih kantor itu ditutup, kompleks perkantoran itu terkesan “tak ada kehidupan”.

“Bagi saya, ya agar semua sudut bangunan dan ruang-ruang bangunan yang sebelumnya setiap saat tampak bersih, sekarang juga tetap terjaga kebersihannya. Lebih cepat diketahui kalau ada kotoran atau sudut-sudut yang kotor, kalau setiap saat ruang bangunan yang ada digunakan untuk aktivitas. Dan, aktivitasnya ‘kan wilujengan, yang isinya adalah doa, tahlil dan dzikir,” jelas Gusti Moeng yang ditanya alasan memilih ruang itu untuk menggelar ritual peringatan 2 tahun meninggalnya sang kakak, GKR Retno Dumilah, saat dihubungi iMNews.id di tempat terpisah, siang tadi.

Gusti Moeng belum menjawab saat iMNews.id bertanya apakah ada undangan bagi “pihak” Sinuhun PB XIII untuk hadir atau mengutus perwakilan untuk menghadiri acara itu? Namun KRMH Suryo Kusumo Wibowo meyakini, sudah menjadi tradisi dan prosedur sejak sebelum 2017, setiap kraton hendak menggelar acara, baik secara internal maupun melibatkan pihak eksternal, skala kecil hingga besar, pasti “munjuk atur” atau memberitahukan kepada Sinuhun PB XIII. Bahkan, rata-rata dilengkapi dengan permohonan untuk hadir.

Berkait dengan tempat penyelenggaraan ritual, Gusti Moeng menyebutkan akan semakin banyak tempat yang berupa ruang dan bangunan yang sebelum 2017 aktif digunakan sebagai ajang aktivitas perkantoran, akan semakin sering digunakan untuk kegiatan yang sesuai satu persatu secara merata. Menurutnya, penggunaan banyak tempat di dalam kraton yang masih “nganggur” atau sering kosong itu, bertujuan agar bersih atau ketahuan bila ada kotoran, yang maknanya tidak hanya kotoran secara fisik, melainkan kotoran secara nonfisik atau gangguan anasir jahat.

Perihal tak ada seorangpun utusan Sinuhun PB XIII yang hadir dalam ritual itu, seperti diketahui bahwa almarhumah Gusti Retno sampai akhir hayat berstatus Pengageng Pasiten dalam “Bebadan Kabinet 2004”, meski sejak April 2004 kraton ditutup dan aktivitas perkantorannya juga tidak bisa diakses karena ikut tertutup di dalam. Lebih dari itu, pendukung jumenengnya Sinuhun PB XIII bersama “Bebadan Kabinet 2004”, adalah adik kandung Sinuhun yang sama-sama lahir dari seorang ibu, KRAy Pradapaningrum, satu di antara istri Sinuhun PB XII.

Dari seorang ibu KRAy Pradapaningrum, Sinuhun PB XII diberi 10 anak yang terdiri 5 perempuan dan 5 lelaki termasuk Sinuhun PB XII sebagai anak tertua. Lima anak lelaki itu, selain Sinuhun PB XII ada KGPH Kusuma Yuda (Gusti Seno-Red) yang paling awal meninggal, beberapa tahun setelah 2004. Dia berpulang setelah berhasil mengantar kakaknya tertua jumeneng nata. Adik kandungnya bernama KGPH Puger, semula ikut bergabung dengan Gusti Moeng sampai 2017, tetapi sejak peristiwa 17 Desember 2022 tidak pernah muncul di kraton.

Dua adiknya, yaitu KGPH Benowo pernah muncul beberapa kali “memimpin” rapat tingalan jumenengan “perdamaian”, sehabis itu “menghilang”. Begitu pula KGPH Madu Kusumonagoro, juga nyaris tak pernah kelihatan di kraton, sejak sebelum ada peristiwa “perdamaian” 3 Januari 2023, hingga berlangsung ritual peringatan dua tahun meninggalnya sang kakak kandung, Rabu malam (3/5). Meskipun, seorang putrinya bernama BRA Arum sudah beberapa kali kelihatan di sejumlah acara di kraton yang diinisiasi Pengageng Sasana Wilapa.

Hingga akhir hayat tahun 2021, GKR Retno Dumilah menjadi orang tua tunggal bagi kedua putranya, yaitu KRMH Herjuno Suryo Wijoyo dan adiknya, KRMH Aditya Suryo Harbanu. Dari 10 putra-putri Sinuhun PB XII yang lahir dari KRAy Pradapaningrum, tinggal empat putra yaitu Sinuhun PB XIII, KGPH Puger, KGPH Benowo dan KGPH Madu Kusumonagoro, serta dua putri yaitu GKR Wandansari Koes Moertiyah dan GKR Ayu Koes Indriyah. Tetapi, selain 4 kakak kandung, Gusti Moeng “kehilangan” banyak tokoh “seperjuangan”, termasuk GPH Nur Cahyaningrat dan KPH Satryo Hadinagoro. (won-i1)