Mendorong Aktivitas Ekonomi Melalui “Tour de Makam Leluhur” (seri 1- bersambung)

  • Post author:
  • Post published:October 11, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:8 mins read

Ziarah, Wisudan dan Pelantikan Pakasa Jalan Bersama

IMNEWS.ID – MINGGU Pon bulan Mulud tahun Ehe 1956 atau tanggal 9 Oktober 2022 lalu, Lembaga Dewan Adat (LDA) yang diketuai GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng kembali menjalankan tugas dan amanat pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta di Kabupaten Pati. Aktivitas berkunjung yang dilakukan “utusan dalem” dengan tema populer safari “Tour de Makam Leluhur” itu, kembali bergerak setelah libur dua tahun lebih karena pandemi Corona yang kini sudah dipenghujung “kepergiannya” dari Tanah Air.

Selama dua tahun lebih sejak 2020, tak hanya meniadakan agenda perjalanan safari “Tour de Makam Leluhur” hampir ke semua tempat yang berada sampai jauh di luar wilayah Kraton Mataram Surakarta, walau hanya ziarah atau nyadran ke Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan tempat leluhur Kyai Ageng Henis dimakamkan terpaksa dilakukan “dikurangi porsinya”. Kegiatan-kegiatan upacara adat yang berada dalam wilayah dekat dalam Kota Surakartapun banyak yang dikurangi/ditiadakan, termasuk ritual “Malem Selikuran” di bulan puasa dan aktivitas belajar-mengajar Sanggar Pasinaon Pambiwara yang menempuh cara belajar jarak-jauh atau dalam jaringan (daring).

Namun, seiring dengan menurunnya kasus Covid 19 dan kelonggaran PPKM hingga memasuki masa transisi dari pandemi ke endemi sekarang ini, roda gerbong safari “Tour de Makam Leluhur” kembali bergerak yang dimulai dengan ziarah ke makam Kyai Ageng Tirta atau Syech Sulthon Abdul Sayid Abdurachman yang ada di Desa Krangasem, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan. Ziarah bersama rombongan beberapa elemen Lembaga Dewan Adat (LDA) sekitar 50-an orang pada Rabu Wage tanggal 5 Oktober itu, bertepatan dengan haul wafatnya tokoh leluhur Dinasti Mataram itu digelar bertepatan pada tanggal 9 Mulud tahun Ehe 1956 itu.

Mundur Seminggu

TERAS PENGHUBUNG : Teras penghubung antara pendapa dengan rumah induk Bupati Juwana yang kini menjadi kompleks Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, rumah bersejarah yang habis digunakan untuk upacara wisuda warga Pakasa Cabang pati, Minggu (9/10) lalu.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Safari “Tour de Makam Leluhur” di wilayah Kabupaten Pati yang dilakukan Gusti Moeng kali pertama di “musim ziarah” di bulan Mulud ini, sedianya diagendakan Pakasa Cabang Pati bisa hadir di kompleks makam Kyai Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Tambakromo tepat tanggal 12 Mulud atau 12 Rabiulawal. Tetapi, tanggal yang tepat menjadi sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SWA itu, juga menjadi puncak ritual Sekaten Garebeg Mulud di Kraton Mataram Surakarta, sehingga acara haul Kyai Ageng Ngerang diundur seminggu kemudian yaitu tanggal 15 Oktober, yang akan merangkai antara haul, nyadran, ziarah makam, pengajian akbar dan dilengkapi pasar malam serta pentas wayang kulit.

“La tanggal 15 Oktober besok itu kan hari Sabtu, Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah) dan rombongan tidak bisa. Karena di kraton ada pantangan berziarah di hari Sabtu. Maka, kami menerima kerawuhannya hari Minggu kemarin itu (iMNews.id, 10/10/2022). Ya, tentu tidak seramai kalau pas ada haul. Karena, para peziarah dari luar kota, bahkan dari luar provinsi, baru datang Sabtu (15/10) besok itu. Mungkin, tahun depan bisa disesuaikan lagi. Karena, rawuhnya Gusti Wandan dan rombongan dari kraton, sangat dinanti-nantikan masyarakat saat berlangsung haul dan pengajian akbar,” jelas KRAT Mulyadi Puspopustoko, Ketua Pakasa Cabang pati yang dihubungi iMNews.id, kemarin.

Meski tidak sebanyak saat ada ritual religi haul Kyai Ageng Ngerang, tetapi kehadiran Gusti Moeng dalam rangka nyekar atau ziarah di makam leluhur Dinasti Mataram keturunan Kyai Ageng Sela itu tetap tidak luput dari perhatian warga sekitar kompleks makam yang ada di Desa Trimulyo, Kecamatan Tambakromo. Selain 500-an warga Pakasa Cabang yang diperkuat dari 6 kecamatan atau anak cabang, warga sekitar kompleks makam juga sudah mulai berjualan kuliner dan mainan anak-anak sambil menyaksikan arak-arakan prosesi ziarah yang diantara dua sepur kelinci serta sejumlah bus dan mobil, dari rumah Ketua Pakasa Cabang ke kompleks makam.

Disambut Mirip Artis

MELANTIK PENGURUS : Bekas rumah Bupati Juwana menjadi saksi saat KRAT Mulyadi Puspopustoko dan semua unsur pengurus Pakasa Cabang Pati ditetapkan dan dilantik oleh Pangarsa pakasa Punjer, KPH Edy Wirabhumi dalam sebuah uapacara, Minggu (9/10) lalu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KRAT Mulyadi memperkirakan, seandainya rombongan Gusti Moeng bisa hadir Sabtu 15 Oktober pada saat puncak acara haul Kyai Ageng Ngerang, terlebih mengajak serta beberapa prajurit kraton, pasti akan menggemparkan dan luar biasa antusias warga sekitar makam dan para peziarah dari luar kota dan puar provinsi. Ketua Pakasa Cabang Pati itu membandingkan dengan suasana event yang sama yang waktu itu dihadiri Gusti Moeng bersama kedua almarhumah yaitu Gusti Galuh (GKR Galuh Kencana) dan GKR Retno Dumilah di tahun 2019, para peziarah benar-benar menyambut rombongan dari kraton seperti “artis Ibu Kota”, yang tak henti-hentinya disapa dan perhatikan sampai berada di atas panggung pengajian akbar depan makam.

Nyekar atau ziarah ke makam Kyai Ageng Ngerang, Minggu sore itu, merupakan akhir dari safari “Tour de Makam Leluhur” yang dilakukan rombongan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng selaku Ketua LDA. Karena sebelum itu, rombongan singgah di kompleks kantor Kecamatan Juwana yang menempati bangunan bekas Bupati Juwana yang beradan di Kelurahan Doropayung, Jalan Aloon-aloon (alun-alun-Red), Juwana, Pati, untuk melakukan wisuda bagi abdidalem penerima kekancingan gelar kekerabatan sebagai anggota Pakasa Cabang Pati.

Ada lebih 100 abdidalem warga Pakasa yang sama sekali baru menerima gelar kekerabatan mulai dari pangkat Mas Ngabehi (MNg) hingga Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) yang masuk katagori Bupati Anom Anon-anon dan mendapatkan kenaikan, yang diwisuda secara langsung oleh Gusti Moeng selaku Ketua LDA sekaligus Pengageng Sasana Wilapa dan KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo selaku Pengageng Karti Praja. Seperti biasa, sebelum diwisuda dengan penyerahan partisara kekancingan berisi gelar kekerabatan oleh Gusti Moeng, terlebih dulu dibacakan dasar-dasar hukum nasional oleh KPHA Sangkoyo Mangunkusumo yang melandasi pemberian penghargaan itu.

Tidak Jalan Kaki

BUKAN SAAT HAUL : Gusti Moeng dan rombongan dari Kraton Mataram Surakarta berziarah di makam Kyai Ageng Tirta, sebelum pandemi tampak sepi, tidak seperti saat berlangsungnya ritual haul religi, Rabu (5/10/2022), lokasi itu penuh sesak para peziarah. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sama seperti safari keliling “Tour de Makam Leluhur” yang dilakukan Gusti Moeng dan rombongan pada tahun-tahun sebelum pandemi Corona, kehadiran rombongan yang ikut mewarnai setiap jalannya ritual religi haul juga disertai sejumlah sentanadalem, abdidalem warga Putri Narpa Wandawa, abdidalem jurusuranata yang kali kemarin itu tanpa prajurit. Karena, selain memandu kirab arak-arakan menuju kompleks makam, juga dilengkapi dengan wisuda abdidalem penerima gelar kekerabatan.

Dua pekerjaan bisa dilakukan sekalgus dalam satu kali safari kunjung “Tour de Makam Leluhur” untuk satu titik lokasi, yang berarti ada dua kombinasi acara atau 4 pekerjaan di dua bahkan tiga titik lokasi, ketika safari keliling singgah di Desa Sinom Widodo, Kecamatan Tambakromo dan Desa Trimulyo Kecamatan Tambakromo serta Desa Doropayung Kecamatan Juwana selama sehari, Minggu pagi hingga sore, 9 Oktober itu. Sebelum upacara wisuda di Kecamatan Juwana, proses arak-arakan yang mengantar Gusti Moeng nyekar atau ziarah ke Makam Kyai Ageng Ngerang, hanya sederhana saja, tidak seperti tahun-tahun sebelum ada pandemi.

Prosesi kirab yang dilakukan dari kediaman Ketua Pakasa Cabang pati, KRAT Mulyadi Puspopustoko, dikawal dua mobil jeep terbuka yang mengangkut KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer dan dua sepur kelinci serba sejumlah mobil untuk mengangkut rombongan warga Pakasa. Prosesi kirab tidak berjalan kaki diantar prajurit kraton dengan Korp Musik drumb band, menyusuri jalan desa untuk sampai kompleks makam seperti tahun-tahun sebelum pandemi Corona, tetapi diangkut mobil untuk menghemat waktu, karena hari sudah sore. (Won Poerwono-bersambung/i1)