Setelah “Libur Empat Bulan”, Aktivitas Wisuda Abdi-dalem Bergerak Lagi

  • Post author:
  • Post published:May 5, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:10 mins read
You are currently viewing Setelah “Libur Empat Bulan”, Aktivitas Wisuda Abdi-dalem Bergerak Lagi
PENDAPA PAGELARAN : Selama lima tahun lebih kraton ditutup sejak 2017, Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat masih bisa memanfaatkan Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa untuk mewisuda para abdi-dalem, termasuk kalangan warga Pakasa cabang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ada 160-an Orang Diwisuda Perdana Setelah Lima Tahun Kraton Ditutup

SURAKARTA, iMNews.id – Setelah “libur” selama empat bulan sejak peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” pada 17 Desember 2022, aktivitas pemberian tanda pengabdian berupa kekancingan gelar sesebutan atau tanda kekerabatan kembali bergerak. Sabtu (6/5) pagi besok mulai pukul 09.00 WIB, Kraton Mataram Surakarta menggelar upacara “wisudan” bagi 160-an abdi-dalem penerima tanda pengabdian, baik bagi yang baru maupun yang sudah lebih dahulu mengabdi, yang akan dilakukan Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) di Bangsal Smarakata.

“Betul. Besok di Bangsal Smarakata ada ‘wisudan’ bagi 160-an abdi-dalem dari berbagai lembaga. Termasuk, para lulusan dari Sanggar Pasinaon Pambiwara. Kalau wisuda purna wiyata siswa sanggar, Sabtu 13 Mei. Masih seminggu lagi,” ujar KP Budayaningrat, seorang dwija (guru) pada Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta, saat dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi. Tokoh ini juga Ketua MGMP Bahasa Jawa SMA se-Jateng dan anggota dewan pakar sebuah paguyuban profesi pambiwara atau juru pranatacara regional Jateng dan nasional.

BANGSAL SMARAKATA : Kali pertama Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat menggelar ujian bagi para siswa sanggar rias pengantin milik Kraton Mataram Surakarta di Bangsal Smarakata, Gebruari lalu. Sabtu besok, juga kali pertama dilakukan wisuda abdi-dalem di tempat ini pula. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Khusus rencana wisuda abdi-dalem Sabtu (6/5) besok, menurut KRT Arwantodipuro selaku staf Kantor Pengageng Sasana Wilapa, terdiri dari kalangan anggota grup Santiswaran dan pengurus takmir Masjid Agung Jatisaba, Sukoharjo dan warga Pakasa Cabang Kabupaten Kudus dan Kota/Kabupaten Malang serta para lulusan Sanggar Pasinaon Pambiwara. Jumlah keseluruhan ada 160-an orang. Pengurus takmir beberapa masjid di Kabupaten Boyolali antara lain di Pengging, Kecamatan Banyudono, sudah lebih dahulu mendapatkan tanda ikatan kekerabatan itu.

Dengan digelarnya kembali upacara “wisudan” kepada para abdi-dalem baik yang mengajukan kenaikan pangkat maupun baru, Sabtu (6/5) besok, berarti “mesin pemroses/pengolah” pengabdian atau pasuwitan bergerak kembali dengan baik di Kraton Mataram Surakarta. Bergerak dengan melalui proses dan menkanisme prosedur sesuai paugeran adat, diharapkan bisa menghasilkan produk abdi-dalem yang punya kesadaran tinggi dan kepedulian untuk memenuhi kewajiban sesuai “gawa-gawene” dan “labuh-labete” dalam melestarikan budaya Jawa yang bersumber dari Kraton mataram Surakarta.  

SAMPAI KE JEPARA : Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat harus pergi jauh sampai ke Kabupaten Jepara untuk mewisuda para abdi-dalem anggota Pakasa cabang itu di pendapa kabupaten, selama lima tahun berjuang di luar kraton, antara 2017-2022. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam catatan iMNews.id, bergeraknya kembali “mesin pemroses/pengolah” pengabdian atau pasuwitan ini menjadi konsekuensi Kraton Mataram Surakarta yang di dalamnya sudah aktif kembali Pengageng Sasana Wilapa yang sekaligus juga Ketua Lembaga Dewan Adat. Oleh sebab itu, setelah “libur” sekitar empat bulan karena ada masa transisi setelah peristiwa 17 Desember 2022 itu, Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat melanjutkan tradisinya yang sangat intensif dilakukan di luar kraton selama dalam perjuangan sejak 2017 hingga Desember 2022 itu.

Upacara “wisudan” bagi 160-an abdi-dalem calon penerima kekancingan yang berisi gelar sesebutan yang akan digelar Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat di Bangsal Smarakata, Sabtu (6/5) pagi besok mulai pukul 09.00 WIB itu, akan tercatat dalam sejarah. Mereka akan menjadi bagian dari pelaku sejarah pada peristiwa “wisudan” yang perdana atau kali pertama yang digelar oleh Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat, sejak kembali menjadi pemegang otoritas dalam jabatannya di Kraton Mataram Surakarta, mulai 17 Desember 2022.

SAMPAI JATIM : Untuk keperluan membangun legitimasi dan dukungan pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton, Gusti Moeng juga sampai jauh ke Jatim saat mewisuda para abd-dalem warga Pakasa Cabang Ponorogo selama berjuang di luar kraton, antara 2017-2022. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebanyak 160-an abdi-dalem dari berbagai lembaga yang akan diwisuda besok pagi, juga akan menjadi bagian dari para pelaku sejarah yang pertama atau perdana ketika menerima kekancingan yang akan diserahkan Gusti Moeng, karena upacaranya berlangsung di dalam kraton, apalagi bertempat di Bangsal Smarakata. Mereka juga akan menjadi pelaku sejarah di kraton, karena kali pertama menerima kalungan samir yang biasanya dilakukan Pangarsa Pakasa Punjer KPH Edy Wirabhumi, KGPH Hangabehi (putra mahkota tertua), KPH Raditya Lintang Sasangka (Ketua Sanggar Pasinaon Pambiwara) dan para tokoh lain di kraton yang hadir.

Pengalaman hidup merasakan diwisuda tokoh-tokoh penting kraton dalam sebuah upacara adat yang digelar di dalam kraton, adalah pengalaman yang didambakan banyak orang dari warga peradaban secara luas, bahkan lintas etnik. Tetapi, selama lima tahun sejak 2017 Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat terpaksa melakukan semua proses itu di luar kraton. Di satu sisi, sebuah hajadan adat digelar di berbagai pelosok desa dan dihadiri sejumlah tokoh penting dari Kraton Mataram Surakarta, disebut dangat membanggakan.

LUAR BIASA : Pakasa Cabang Klaten punya potensi kekuatan legitimasi yang luar biasa terhadap kraton. Pakasa kabupaten ini paling sering menggelar upacara wisuda abdi-dalem dan mengundang Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat bersama rombongan untuk hadir di Klaten. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Tetapi, kami juga lebih bangga kalau bisa mengikuti upacara itu dilakukan di dalam kraton. Karena, pengalaman itu akan menjadi kisah perjalanan hidup pribadi yang bisa kami ceritakan kepada semua anak-cucu. Maka, begitu Gusti Moeng bisa masuk kembali ke dalam kraton dan menjalankan tugas-tugasnya, kami warga Pakasa Cabang sangat gembira dan bersukacita. Karena, suatu saat kami bisa sowan ke kraton untuk mengantar warga kami yang ingin merasakan juga diwisuda di dalam kraton,” ujar KRA Bambang Setiawan Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) saat mengikuti Hari Jadi Pakasa 2022.

Karena harapan dan kebanggaan seperti itu pula, maka rencana Pakasa Cabang Klaten dan beberapa cabang lain yang merencanakan menggelar upacara wisuda dan akan mengundang Gusti Moeng dan semua pejabat elemen kraton dan Lembaga Dewan Adat mulai Januari 2023, hingga kini masih dipending. Sangat mungkin Pengageng Sasana Wilapa/Lembaga Dewan Adat dan para pejabat elemen kraton serta LDA, akan menginisiasi rencana itu dan meminta kehadiran para calon wisudawan dari Pakasa berbagai cabang datang ke kraton.

MASJID CIPTOMULYO : Para pengurus takmir Masjid Ciptomulyo di situs peninggalan sejarah di Pengging, Banyudono, Boyolali, sudah lebih dulu didatangi Gusti Moeng dan rombongan untuk mewisuda mereka sebagai abdi-dalem dan warga Pakasa Cabang Kabupaten Boyolali itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Seperti sering diberitakan media ini, selama 5 tahun lebih Gusti Moeng dan rombongan yang berisi sejumlah pejabat elemen kraton dan LDA, aktif berkeliling di berbagai daerah Pakasa cabang. Sesuai agenda waktu yang disepakati, seakan bergiliran kunjungan dilakukan, selain menyaksikan berlangsungnya upacara spiritual religi, juga sering dilengkapi dengan upacara wisuda abdi-dalem dan peresmian/pelantikan kepengurusan Pakasa cabang dan anak cabang. Selama lima tahun itu, safari kunjungan dilakukan Gusti Moeng intensif sekali.

Dengan berfungsinya kembali Bebadan Kantor Pengageng Sasana Wilapa sejak “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022, berbagai kegiatan adat akan kembali digelar atau dipusatkan di dalam kraton, termasuk wisuda abdi-dalem  yang diagendakan Sabtu (6/5) besok. Dengan berfungsinya kembali “Bebadan Kabinet 2004”, pusat kendali secara resmi dan legal serta sepenuhnya ada di tangan pimpinan “Bebadan Kabinet 2004” yaitu Pengageng Sasana Wilapa, dan Sinuhun PB XIII harus kembali pada posisinya sebagai pemimpin internal lembaga adat dengan segala konsekuensi dan tanggungjawabnya.

SUDAH MENGHILANG : Banyak Pakasa cabang di berbagai daerah yang berkembang pesat, anggotanya semakin banyak dan solid karena sering didatangi Gusti Moeng selama berjuang di luar kraton (2017-2022). Namun, ada juga yang langsung menghilang tidak ada kabarnya, misalnya Pakasa Cabang Demak, setelah ditetapkan dan dilantik di tahun 2021. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ketika selama lima tahun lebih Pengageng Sasana Wilapa/Lembaga Dewan Adat membangun kekuatan legitimasi dengan bersafari keliling ke berbagai daerah Pakasa cabang, sudah menjadi konsekuensinya harus menyusun agenda waktu dan melakukan perjalanan yang memakan waktu, energi dan segala keperluan yang melekat. Ketika struktur mekanisme aktivitas itu dibalik, tentu akan menjadi konsekuensi kalangan warga Pakasa cabang untuk bisa memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan untuk bisa merasakan diwisuda di dalam Kraton Mataram Surakarta.

Kembalinya aktivitas Pengageng Sasana Wilapa/Lembaga Dewan Adat yang mulai dipusatkan di dalam kraton, memang dimungkinkan akan mengembalikan dilema lama yang pernah terjadi sebelum 2017. Yaitu, aktivitas menggelar upacara wisuda “abdi-dalem” dan “sentana” yang secara sepihak dilakukan dengan memanfaatkan nama Sinuhun PB XIII, yang selama ini disebut sebagai bentuk pelanggaran paugeran adat. Di sisi lain, Gusti Moeng menjalankan tugas-tugasnya secara adat membangun dan memperkuat potensi legitimasi kraton, dengan tetap menjaga paugeran adat. (won-i1)