Setelah “Libur” Tiga Tahun, Tampil Lagi dengan Sentuhan “Warna Mataram”
IMNEWS.ID – SEPERTI kraton-kraton yang lain di Cirebon, Jabar, sebuah ungkapan suka-cita yang bisa disebut pesta untuk memperingati ulang tahun atau hari jadi kelahirannya, Kesultanan Kacirebonan juga lebih menonjolkan unsur kelembagaannya yang dijadikan objek untuk diperingati dan dirayakan dalam hajadan resepsi. Dalam soal ini, agak berbeda dengan kraton-kraton yang ada di Surakarta dan Jogja, termasuk di dalamnya Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman, yang lebih menonjol sosok figur pemimpin adatnya yang diperingati tahta kepemimpinannya.
Maka, ketika ada hajadan Milad ke-215 Kesultanan Kacirebonan yang diberi sentuhan Kirab Agung yang menampilkan berbagai elemen terutama dari lingkungan masyarakat adat kraton, termasuk utusan Kraton Mataram Surakarta, terkesan menjadi artikulasi yang mengesankan publik secara luas, terutama lingkungan masyarakat adat Kesultanan Kacirebonan sendiri. Dan utusan dari Mataram Surakarta yang tampil memeriahkan Milad ke-215, adalah Pakasa Cabang Jepara bersama lebih 100 orang rombongan yang dipimpin ketua cabangnya, KRA Bambang Setiawan Adiningrat.
“Dari penjelasan langsung oleh Sultan ke-9 PR Abdul Gani maupun dari forum rapat panitia Milad yang saya ikuti, sejak 2019 Kesultanan Kacirebonan meniadakan milad. tetapi sebelumnya, rutin tiap tahun diadakan. Tetapi, resepsi milad itu sama sekali tanpa kegiatan Kirab Agung. Jadi, setelah 2019 itu, baru kali ini (tahun 2023-Red) diadakan kembali Milad kebetulan yang ke-215. Bahkan dimeriahkan dengan Kirab Agung, atas usulan dan inisiasi Pakasa Cabang Jepara. Usulan kami diterima, dan hasilnya seperti yang kita lihat bersama,” jelas KRA Bambang Setiawan Adiningrat, Ketua Pakasa Cabang Jepara sekaligus pengusul/penginisiasi kirab agung itu, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Perihal ada plus-minus dalam penyelenggaraan Kirab Agung, itu merupakan hal yang sangat wajar, karena ternyata event Kirab Agung merupakan hal baru atau tambahan dalam hajada milad yang baru kali pertama terjadi di tahun 2023 ini.Yang jelas, sajian pemandangan Kirab Agung itu, menjadi sebuah atraksi yang melukiskan keanekaragaman seni budaya potensi lokal Kesultanan Kacirebonan, bahkan ditambah dengan potensi seni budaya dari wilayah Mataram Surakarta, yang diwakili rombongan delegasi misi seni budaya Pakasa Cabang Jepara.
“Milad yang dibersi sentuhan atraksi terbuka di ruang publik berupa Kirab Agung ini, jelas memberi nilai tambah sekaligus legitimasi terhadap kelembagaan Kesultanan Kacirebonan. Tentu saja juga menambah legitimasi terhadap figur kepemimpinan Sultan ke-9 PR Abdul Gani Natadiningrat. Itu jelas. Oleh sebab itu, saya juga sempat menyampaikan usulan, agar rutin tiap tahun Kirab Ageng diagendakan saat milad kesultanan. Dan kami siap mendukung dan memeriahkan. Sultan sangat setuju dengan usulan kami. Apalagi, hubungan silaturahmi antara Kesultanan Kacirebonan dengan Mataram Surakarta sudah tidak perlu diragukan lagi,” ungkap pimpinan sekaligus pemilik Sanggar Seni Loka Budaya dan Padepokan Seni Joglo Hadipuran di Kelurahan Sentono, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara itu.
Dari penjelasan Ketua Pakasa Cabang Jepara sekaligus Ketua Lokantara Wilayah Jateng itu menunjukkan bahwa resepsi perayaan milad yang “libur agak panjang” antara lain karena pandemi Corona itu, begitu muncul kembali sudah lengkap dengan atraksi Kirab Agung yang kebetulan ada sentuhan warna “Mataram Surakarta”. Secara visual munculnya kombinasi kostum “Jawi jangkep” ditambah kombinasi warna samir merah-kuning emas, berikut simbol-simbol atribut khas prajurit Mataram Surakarta misalnya “songkok” Manggala atau Panglima yang dikenakan KRA Bambang Setiawan, jelas menambah keragaman kebhinekaannya, walau dari basis yang sama, budaya/peradaban Jawa.
Tak hanya tampak menonjol dalam Kirab Agung yang diartikulasi dengan Bregada Korsik Prajurit Sura Praja yang mengaransemen musik gamelan khas Kraton Mataram Surakarta, bernama Cara Balen dengan instruen drumb band, di saat tampil di pisowanan milad yang digelar di istana kesultanan, Bangsal Praba Yaksa, sentuhan “Mataram Surakarta” juga menambah “nges” dan keragaman resepsi pisowanan. Yaitu saat disuguhkan tari fragmen Srikandi-Mustakaweni, sebagai lanjutan dari penyerahan cinderamata wayang tokoh Prabu Kresna dan Prabu Baladewa, oleh beberapa abdidalem Mataram Surakarta yang mengenakan busana “Jawi jangkep”, di antaranya Ketua Pakasa Cabang Pati, KRAT Mulyadi Puspopustoko.
Tak hanya itu, di forum pisowanan itu juga ditambah lagi warna “Mataram Surakarta”, ketika Ketua Lokantara Pusat di Jogja, Dr Purwadi tampil berbusana “Jawi jangkep” lengkap dengan samir khas “Mataram Surakarta”, didampingi dua penari Srikandi-Mustakaweni, memberi “sesorah”. Pidato tentang sejarah Kesultanan Kacirebonan dalam eksistensi, posisi dan relasinya dengan Kraton Mataram Surakarta, serta manfaat yang diberikan kepada warga peradaban secara luas, semakin menambah lengkap pisowanan, serta menambah referensi pengetahuan warga peradaban secara luas.
Sementara, delegasi Pakasa Cabang Jepara yang mendukung Kirab Agung, secara terpisah juga menjadi wadah edukasi bagi kalangan generasi muda yang secara dini disiapkan menjadi warga Pakasa cabang. Karena, Pakasa Cabang Jepara kini juga sedang melakukan pengembangan organisasi, yang oleh sebab itu butuh dukungan keanggotaan dan pembentukan kepengurusan tingkat Anak Cabang di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara. Karena itu pula, kalangan siswa SMK Bhakti Praja menjadi bagian terpenting dalam upaya pengembangan itu, karena menjadi pendukung utama Bregada Prajurit Korp Musik Sura Praja.
Karena dukungan kalangan siswa SMK Bhakti Praja itu pula, dalam Milad ke-215 ini, Sultan ke-9 PR Abdul Gani menyampaikan ungkapan terima kasih dalam bentuk piagam penghargaan. Bahkan, tidak hanya perwakilan prajurit dari SMK Bhakti Praja yang mendapatkan piagam penghargaan, tetapi semua unsur pendukung Kirab Agung terutama yang berada di bawah panji Pakasa Cabang Jepara, juga mendapatkan piagam yang dibagikan Sultan di akhir pisowanan. Termasuk KRA Bambang Setiawan, Dr Purwadi, dua penari Srikandi-Mustakaweni dan sejumlah pihak lain yang mendukung Kirab Agung, diberi ucapan terima kasih piagam penghargaan. (Won Poerwono-habis/i1)