Satu Tim Penari Bedaya Ketawang “Ketelisut” di Gladen Anggara Kasih Ketiga

  • Post author:
  • Post published:February 28, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Satu Tim Penari Bedaya Ketawang “Ketelisut” di Gladen Anggara Kasih Ketiga
MENYAPU DENGAN KUAS : Dalam ritual "Ngesis Wayang" Anggara Kasih di gedhong Sasana Handrawina, 28/2 siang tadi, seisi kotak wayang KK Jayeng Katong langsung ditata di atas seutas tali. Gusti Moeng menggunakan kuas untuk menyapu debu di permukaan anak wayang, walau harus menjangkau agak tinggi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Wayang Kiai Jayeng Katong Giliran “Diesis”, Isinya “Aman”

SURAKARTA, iMNews.id – Peristiwa ritual yang rutin diadakan tiap weton Selasa Kliwon atau Anggara Kasih berupa “Ngesis Wayang” yang dilanjutkan dengan “gladen” tari Bedaya Ketawang datang lagi, Selasa hari ini (28/2). Ngesis wayang dimulai pukul 10.00 WIB berakhir sekitar dua jam kemudian, sedangkan gladen tari Bedaya Ketawang dimulai pukul 12.00 WIB lewat, dan berakhir sekitar pukul 14.30 WIB siang tadi.

Ritual “Ngesis Wayang” dari kotak Kanjeng Kiai (KK) Jayeng Katong di gedhong Sasana Handrawina, berjalan lancar, namun di momentum latihan tarian sakral ketiga di Pendapa Sasana Sewaka setelah peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022 itu (iMNews.id, 18/12/2022), satu tim penari Bedaya Ketawang yang jumlahnya minimal 9 orang tidak tampak hadir megukuti latihan yang oleh Gusti Moeng dianggap “ketelisut”.

RITUAL “MENGANGINI” : Tatacara ritual “Ngesis Wayang” atau mengangini anak wayang pada weton Anggara Kasih, dikeluarkan kotak wayang KK Jayeng Katong. Prosesnya, seperti kesibukan yang tampak pada foto saat ritual berlangsung di gedhong Sasana Handrawina, Selasa Kliwon, siang tadi.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Tadi sudah ditanyakan, kenapa tidak ada yang datang? Saya juga minta tolong ditanyakan apa tidak ingin ikut latihan?. Tetapi yang saya mintai tolong menanyakan, tidak mendapat jawaban. Mungkin ya sudah tidak mau ikut latihan. Maksud saya, kalau memang pengin menjadi penari Bedaya Ketawang dengan proses sesuai aturan adat yang berlaku, ya ikut saja datang”.

“Kalau memang tidak ada penjelasan, ya sudah. Berarti mereka tidak ingin menjadi penari Bedaya Ketawang yang sungguh-sungguh. Ya enggak apa-apa kalau tidak mau. Anggap saja ketelisut. La wong asal-usulnya ya tidak jelas,” tandas Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa sebagai penanggungjawab ritual “gladen” tari Bedaya Ketawang dan “Ngesis Wayang” Anggara Kasih, sambil berjalan menuju teras Paningrat Kidul Pendapa Sasana Sewaka, siang tadi.

KIRA-KIRA 2 JAM : Setelah “diangini” atau diangin-anginkan selama kira-kira 2 jam di gedhong Sasana Handrawina, semua anak wayang KK Jayeng Katong kembali dimasukkan kotak dan diusung bersama-sama ke tempat penyimpannnya, Bangsal Lembisana, dan ritual “Ngesis Wayang Anggara Kasih” itu berakhir. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Seperti diketahui, satu tim penari Bedaya Ketawang yang disebut “ketelisut” oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah, adalah tim yang selama 5 tahun ditampilkan di upacara tingalan jumenengan atau ulang tahun tahta SISKS PB XIII, tahun 2017 hingga 2022. Di acara yang sama , 16 Februari lalu, otoritas pengelolaan dan penyajian tari Bedaya Ketawang diambil-alih Gusti Moeng yang bermaksud, menggabung tim yang ketelisut dengan tim yang selama 5 tahun meneruskan belajar di luar kraton.

Tetapi, proses latihan bersama sampai proses seleksi berakhir menjelang ritual tingalan, 16 Februari, dalam rapat panitia Sinuhun PB XIII justru menghendaki sajian Bedaya Ketawang diserahkan sepenuhnya kepada Gusti Moeng dan diputuskan menggunakan tim dari Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng.

SUDAH BERGABUNG : Dari fokus memimpin proses ritual “Ngesis Wayang”, Gusti Moeng langsung bergabung dengan para abdidalem karawitan Mandra Budaya, untuk memperkuat iringan tari Bedaya Ketawang gladen Anggara Kasih dan mengarahkan para penarinya yang sedang berlatih di Pendapa Sasana Sewaka, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam pelaksanaan upacara adat tingalan, Kamis, 16 Februari itu (iMNews.id, 16/2/2023), sembilan penari yang yang bertugas menyajikan tarian sakral di upacara ulang tahun tahta raja itu, memang benar semuanya adalah penari sanggar yang sudah lama mengikuti semua mekanisme prosedur adat sebagai penari Bedaya Ketawang.

Siang tadi, gladen terus berlanjut tanpa tim yang “ketelisut”, Gusti Moeng bergabung dengan para pesinden dan tim karawitan iringan yang dipimpin KPH Raditya Lintang Sasangka selaku “tindhih” abdidalem karawitan Kantor Mandra Budaya. Noormalina, mantan penari Bedaya Ketawang yang juga istri KPH Lintang, selalu hadir menunggui “gladen”, dan bersama GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani aktif membantu Ika (Lurah Bedaya) membetulkan posisi gerak para penari yang berlatih.

PROSES PENGABDIAN : Menjadi seorang penari Bedaya Ketawang, tak seperti belajar dansa/tari modern, belajar joget gaya lain atau bahkan gaya tari rakyat yang tradisional. Tetapi harus mengikuti proses mekanisme prosedur adat yang benar, seperti yang diajarkan Gusti Moeng selama ini, yang meneladani para guru tari di kraton yang begitu taat aturan adat. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gladen tari Bedaya Ketawang Anggara Kasih ketiga setelah peristiwa 17 Desember 2022, tak banyak disaksikan kalangan kerabat, tetapi ada beberapa wisatawan yang memperhatikan/menonton dari batas kunjungan di halaman Pendapa Sasana Sewaka. Bahkan mereka minta foto bersama dengan KPH Lintang yang sudah mengenakan busana adat, sedang lewat menuju tempat gladen.

Para sentanagarap ada yang masih tampak seperti KPP Sosrodiningrat, menunggui saat ritual Ngesis Wayang dimulai sampai gladen Bedaya Ketawang. Yang lain masih bekerja di masing-masing Kantor Bebadan. Khusus KPP Wijoyo Adiningrat selaku Wakil Pengageng Mandra Budaya yang membidangi ritual “Ngesis Wayang”, ikut membantu tim teknis pimpinan Ki KRT Dr Bambang Suwarno, bahkan Gusti Moengpun ikut mencermati satu-persatu dan meyakinkan seisi kotak KK Jayeng Katong dalam kondisi baik dan “aman jumlahnya”. (won-i1)