Sanggar Pawiyatan Tata Busana-Paes Pengantin Jawa, Gelar Ujian di Bangsal Smarakata

  • Post author:
  • Post published:February 21, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
Seorang siswa lelaki peserta ujian praktik tata busana dan paes
JENIS BASAHAN : Seorang siswa lelaki peserta ujian praktik tata busana dan paes, sedang menjawab pertanyaan guru pengujinya, KRAy Sri Hana Adiningrum, tentang jenis busana basahan yang dikenakan kedua modelnya di Bangsal Smarakata, pagi hingga siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Para Siswa Diharap Memahami Betul yang Dikerjakan

SURAKARTA, iMNews.id – Yayasan Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta menggelar ujian praktik tata busana dan rias (paes) pengantin Jawa “gagrag” (gaya) Surakarta kali pertama setelah kraton dibuka untuk umum mulai 17 Desember 2022,  di Bangsal Smarakata selama dua hari berturut-turut, hingga Selasa (21/2) siang tadi. Masing-masing ada 8 siswa sanggar yang karya praktik tata busana dan paesnya diuji oleh para “dwija” (guru) sanggar dalam dua hari itu, termasuk GKR wandansari Koes Moertiya selaku Ketua Yayasan Pawiyatan Kabudayan yang mengelola Sanggar Pawiyatan Tata Busana dan Paes Pengantin Jawa “Gagrag” atau gaya Surakarta di Kraton Mataram Surakarta yang bertempat di Bale Agung, Alun-alun Lor.

DI SATU TEMPAT : Meski tiap guru penguji menanyakan sesuai bidang keahliannya, tetapi ujian praktik untuk berbagai bagian dari praktik tata busana dan paes pengantin Jawa gaya Surakarta diatur bergilir sedemikian rupa dalam satu tempat yaitu Bangsal Smarakata, dalam dua hari, Senin dan Selasa (21/2) siang tadi.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ujian praktik yang diteruskan dengan ujian pengetahuan praktis mengenai semua yang berkaitan dengan pilihan yang jenis yang dipraktikkan masing-masing peserta dengan sepasang model itu, terdengar dan tampak sangat menarik untuk dipahami sebagai pengetahuan publik secara luas. Terlebih bagi para siswa peserta ujian yang rata-rata berlatar belakang  “juru rias pengantin”, “tukang paes” atau “dukun manten” profesional dari daerah masing-masing, karena harus bisa meyakinkan kepada pengantin yang dirias, keluarga yang punya hajad menantu dan menjelaskan kepada publik untuk meyakinkan profesionalitasnya di bidang tata busana dan paes gaya Surakarta.

JENIS LANGENHARJAN : Saat menguji karya paes dan tata busana Langenharjan ini, RM Restu banyak berpesan kepada para siswa peserta ujian, agar hafal dan paham setiap atribut yang dikenakan kepada yang diriasnya. Karena semuanya, punya makna filosofi yang bermanfaat bagi kehidupan,” (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Panjenengan mangke badhe dados perias utau dukun paes gaya Surakarta, ingkang secara profesional melayani jasa paes lan tata busana kados ingkang wonten ing kraton. Gaya tata busana lan paesanipun mendhet saking tatacara lan adat ingkang mlampah wonten ing Kraton Surakarta Hadiningrat. Amargi, tata busana basahan, dodot ngumbar kunca, langenharjan lan sakpiturutipun menika agemanipun para Sinuhun ingkang jumeneng wonten Mataram Surakarta. Pramila, panjenengan kedah saget maringi penjelasan dhateng calon pengantin, keluarganipun lan masyarakat secara luas. Panjenengan kedah saget menjelaskan dan meyakinkan dhateng sinten mawon ingkang ngginaaken jasa panjenengan,” tegas RMRP Restu B Setiawan dalam bahasa Jawa “krama inggil campuran” saat nlakukan penilaian kepada para peserta ujian di Bangsal Smarakata, siang tadi.

MEMBERI PENGARAHAN : Selaku penguji, Gusti Moeng lebih banyak memberi pengarahan dan referensi tentang jenis tata busana dan paes yang dikerjakan siswa peserta ujian. Serta berpesan agar para siswa perias profesional itu tetap menjaga keutuhan gaya Surakarta dan dipahami benar makna filosofinya.(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Penegasan RMRP Restu baik selaku Ketua Sanggar Pawiyatan Tata Busana & Paes Pengantin Jawa gaya Surakarta maupun selaku anggota tim penguji, beberapa kali diselipkan setiap menghadapi peserta, karena banyak di antara peserta yang tidak bisa menjawab saat ditanya macam ragam jenis komponen yang dikenakan pada sepasang modelnya yang memperagakan penganti lelaki dan perempuan. Hampir semuanya bisa mendandani sepasang model dengan pilihan jenis busana serta paes dengan baik dan benar, tetapi tidak banyak yang bisa menjelaskan apa makna tiap-tiap komponen yang dikenakan, bahkan nama motif batik dari kain yang dikenakan selalu lupa menyebutkan ketika ditanya.

KENANGAN MEMBAHAGIAKAN : Bagi kalangan siswa yang menjadi peserta ujian penutup angkatan kedua 2022 dan dilaksanakan dalam dua hari, Senin-Selasa (20-21/2) sampai siang tadi, bisa diuji bahkan berfoto bersama seluruh peserta, guru dan Gusti Moeng di Bangsal Smarakata, merupakan kenangan membahagiakan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di tahap akhir penilaian Gusti Moeng berpesan, agar setiap lulusan sanggar nanti bisa memanfaatkan pengatahuannya yang diperoleh selama 6 bulan kursus, menjadi jasa keahlian yang profesional serta bisa menjaga keutuhan gaya Surakarta yang mencerminkan bagian adat dari Kraton Mataram Surakarta. Menjawab pertanyaan iMNews.id, kegiatan belajar-mengajar sanggar tata busana dan paes, setelah angkatan ke-2 yang sedang diuji ini tetap berjalan di Bale Agung, kelak bisa bergabung di Bangsal Marcukunda, bergantian dengan kegiatan Sanggar Pasinaon Pambiwara. (won-i1)