Haul Ki Ageng Selo Mendapat “Perhatian Khusus” Lembaga Dewan Adat
SURAKARTA, iMNews.id – Organisasi Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” Kabupaten Ponorogo (Jatim) tidak akan mengirim grup kesenian reog termasuk berbagai kesenian pendukungnya di ajang upacara adat tingalan jumenengandalem, 16 Februari. Padahal, Pakasa cabang yang satu ini dikenal selalu proaktif untuk memeriahkan setiap Kraton Mataram Surakarta menggelar berbagai jenis ritual hajaddalem seperti yang sudah pernah diwujudkan, yaitu wilujengan nagari Adeging Mataram Surakarta, wilujengan nagari Sesaji Mahesa Lawung dan Hari Jadi Pakasa.
“Ya, untuk upacara adat tingalan jumenengan ini, Pakasa ‘Po’ (sebutan singkat Ponorogo-Red) wait and see dulu. Kita melihat perkembangannya seperti apa? Karena, Pakasa ‘Po’ sangat cinta dan bersungguh-sungguh ingin mendukung berjalannya aturan adat. Jadi, kami sangat berharap masuknya kembali Gusti Moeng ke kraton yang disusul dengan momentum perdamaian dan didukung seluruh elemen LDA, bisa memulihkan kembali kraton berjalan sesuai aturan adat yang benar dan tepat. Ini, semua itu sedang berproses. Maka kita tunggu perkembangannya,” ungkap tegas KRRA MN Gendut yang dihubungi iMNews.id, kemarin.
Karena pertimbangan “wait and see” itu, lanjut KRRA Gendut, maka Pakasa “Gebang Tinatar” untuk kali ini tidak akan membawa kesenian reog yang khas “trade mark” Ponorogo walau hanya satu, untuk “menghebohkan” dan menghangatkan suasana perayaan ulang tahun tahta ke-19 “raja” Sinuhun PB XIII, 16 Februari nanti. Pengurus Pakasa hanya akan mengirim 19 orang perwakilan cabang untuk mengikuti pisowanan agung ultah itu, untuk memaknai genap 19 tahun (kalender Jawa) tahta dan memaknai momentum peringatan 91 tahun Pakasa yang dirayakan setengah bulan Desember 2022 lalu.
Seperti diketahui, Pakasa Cabang Ponorogo yang diketuai KRRA MN Gendut Wreksodiningrat itu merupakan cabang yang istimewa bagi kraton dan bagi masyarakat adat di kabupaten itu ketika merayakan setiap hajaddalem yang digelar Kraton Mataram Surakarta. Keistimewaannya terletak pada ikatan silaturahmi, persaudaraan dan ikatan kekerabatan yang melatarbelakangi hubungan antara Ponorogo dengan Mataram Surakarta di masa lalu. Figur ketuanyapun adalah seorang trah darahdalem Sinuhun Paku Buwana VI.
Dari catatan iMNews.id, Pakasa cabang ini selalu tampil dengan sajian yang segalanya luar biasa seperti saat kirab hari jadi pakasa 2021, ritual Sesaji Mahesa Lawung dan ritual “jenang Suran” atau peringatan berdirinya Mataram Surakarta dengan menampilkan belasan grup reog, “Kethek Ogleng”, “Jathilan” dan “Jaranan” sebelum hingga di awal masa pandemi Corona. Kehebohan seperti itu tidak akan terjadi pada momentum tingalan jumenengan, 16 Februari, karena Pakasa cabang hanya mengirim utusan 19 orang tanpa grup kesenian untuk sowan mengikuti upacara adat tersebut.
Meskipun dengan pertibangan yang berbeda, Pakasa Cabang Banjarnegara juga hanya akan diwakili empat orang termasuk figur ketuanya, KRAT Eko Budi Tirtonagoro yang akan memimpin rombongan kecil itu. Dia menyebutkan, para pengurus lain dan warganya kini sedang bersiap-siap untuk menggelar ritual “Nyadran Gede” di sejumlah makam leluhur Dinasti Mataran, di antaranya di kompleks Astana Pajimatan Adisara makam Ki Ageng Giring di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja, awal bulan Ruwah mulai 22 Februari ini.
Meski dalam suasana yang belum menyenangkan selepas pandemi dan dihantui isu krisis ekonomi global, rasa sukacita tetap dimiliki warga Pakasa Cabang Magelang yang dipimpin KRT Bagiyono Rumeksonagoro selaku ketua yang dihubungi iMNews.id, kemarin. Antusiasme cabang baru yang susunan kepengurusannya belum dua bulan ditetapkan dalam rapat koordinasi dengan pengurus Pakasa Pusat di Bangsal Smarakata itu termasuk tinggi, tetapi cabang baru bisa menyiapkan 16 orang untuk hadir di Kraton Mataram Surakarta, tanggal 16 Februari.
Kalau Pakasa Cabang Jepara, tingginya antusiasme warga untuk hadir di Kraton Surakarta, karena pisowanan agung yang akan digelar Kamis, 16 Februari itu, bukan hari libur bagi hampir semua pengurus dan warga yang rata-rata pekerja/karyawan swasta terutama di bidang industri ukir kayu itu. KRA Bambang Setiawan Adiningrat selaku ketuanya menyatakan cabang hanya bisa mengirim 15 orang untuk sowan, termasuk dirinya, padahal antusiasme sangat tinggi mengingat pisowanan tingalan ini adalah kesempatan perdana dan pengalaman pertama bagi Pakasa Jepara yang baru tebentuk antara 2017-2022.
“Seandainya bukan bersamaan dengan hari kerja, Pakasa Jepara bisa ratusan. Karena, banyak yang ingin merasakan pengalaman mengikuti pisowanan seperti apa? Pakasa Jepara ‘kan baru terbentuk antara 2017-2022, di saat Gusti Moeng berjuang di luar kraton. Seandainya pas hari libur, mungkin seperti saat Hari Jadi Pakasa kemarin itu. Yang disepakati 170 orang, tetapi yang hadir sampai 230 orang. Ya, kita bisa memaklumi. Situasinya mungkin belum tepat,” jelas KRA Bambang secara terpisah.
Situasi serupa juga dialami Pakasa Cabang Pati, yang di bulan Februari ini justru sedang “panen” upacara adat Haul tokoh-tokoh leluhur Dinasti Mataram yang makamnya tersebar di sejumlah desa dan kecamatan di kabupaten itu. Oleh sebab itu, KRAT Mulyadi Puspopustoko menyebut cabang hanya mengirim 20 orang untuk hadir di pisowanan tingalan nanti. Walau belum datang bulan “nyadran” yaitu “Ruwah”, namun Gusti Moeng dengan rombongan prajurit sudah menyempatkan zaiarah ke makam Kyai Ageng Selo yang terletak di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobonan, Kamis kemarin. (won-i1)