Halaman Pendapa Magangan Menunggu Dituntaskan Penataan-Ulangnya
SURAKARTA, iMNews.id – Kantor Pengageng Yogiswara yang fungsinya dulu untuk layanan bidang abdidalem juru kunci makam dan pengawasan/pengelolaan makam aset Kraton Mataram Surakarta, dalam waktu dekat akan dibuka untuk mengeluarkan salah satu dari koleksi 17 kotak anak wayang. Ritual “ngesis” atau mengangin-anginkan wayang yang rata-rata terbuat dari kulit lembu/kerbau itu, akan dilakukan lagi pada tiap Selasa Kliwon atau “Anggara kasih” yang di awal tahun ini akan jatuh pada tanggal 24 Januari.
“Agenda kegiatan yang ada hubungannya dengan perawatan dan mendesak untuk segera dilakukan, ya ‘ngesis wayang’. Saya yakin selama lima tahun kraton ditutup, wayang yang tersimpan di Kantor Pengageng Yogiswara tidak pernah ‘diesis’. Kalau melihat lamanya sampai 5 tahun tak pernah ‘diesis’, pasti sudah berjamur. Karena musuh perusah yang paling memungkinkan adalah jamur, selain tikus. Tetapi mudah-mudahan tidak membuat kerusakan yang berarti,” ujar Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id yang menemuinya saat “berkantor” di teras Nguntarasana, siang tadi.

Hampir tiap hari setelah peristiwa “insiden Gusti kondur ngedhaton” Sabtu, 17 Desember 2022, sepanjang teras Nguntarasana dari sisi dalam Kori Sri Manganti dari timur ke barat dijadikan pusat aktivitas “perkantoran” sementara oleh Gusti Moeng tiap pagi hingga sore. Malamnya, tempat yang bersebelahan dengan kantor Pengageng Sasana Wilapa itu dijadikan lokasi pertemuan bagi yang mendapat jadwal piket jaga “tugur” atau “wungon”, “khataman Alqur’an, persiapan tahlil-dzikir dan sebagainya di malam hari.
Seperti siang tadi saat iMNews.id menengok ke dalam kraton, tempat itu terdapat sekitar 30-an orang yang datang silih-berganti untuk berbagai keperluan yang berkait dengan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa, maupun berkumpulnya berbagai pejabat bebadan yang sampai kemarin belum menggunakan ruang perkantoran masing-masing untuk kembali bekerja. Di situ ada KPP Wijoyo Adiningrat yang berkantor di bebadan Pengageng Mandra Budaya, Pasiten, Kusuma Wandawa dan sebagainya yang kantornya rata-rata masih belum diizinkan digunakan untuk kegiatan operasional rutin tiap hari seperti sebelum 2017.

“Kantor Pengageng Kusuma Wandawa sudah dibersihkan dan ditata ulang dalam kerjabhakti beberapa kali. Tetapi belum ada ‘dawuh’ dari Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah-Pengageng Sasana Wilapa-Red). Kami semua masih menunggu dawuh. Sangat mungkin akan didahului dengan wilujengan, sebelum kembali digunakan,” ujar KRMH Saptonojati salah seorang sentanadalem yang bertugas di Kantor Kasentanan atau kantor Kusuma Wandawa sampai April 2017.
Ungkapan serupa juga disampaikan KPH Adipari Sangkoyo Mangunkusumo selaku Pengageng Karti Praja yang tadi siang tampak bekerjabhakti dengan sekitar 7 orang abdidalem yang menjadi stafnya, bahkan juga tampak dibantu anak dan istrinya yang aktif sebagai anggota organisasi Putri Narpa Wandawa, organisasi selain Pakasa yang didirikan pada tahun 1930 saat Sinuhun PB X jumeneng nata (1893-1936). Mereka mengeluarkan hampir semua perabotan kantor untuk mengepel lantainya yang penuh debu sangat tebal, dan dinyatakan belum bisa bersih walau sudah 2-3 kali dibersihkan ulang.

“Kantor Karti Praja kebetulan ada akses keluar-masuknya satu deret dengan dapur ‘Koken’. Jadi ya sampai sekarang masih tampak berantakan, belum kembali ditata dan dirapikan. Ini sudah sebagian disisihkan dan kertas-kertas yang sudah tidak terpakai kami bakar. Tetapi, barang bekas yang menumpuk itu perlu tempat khusus untuk menyingkirkan atau menyimpan kalau sekiranya masih bisa digunakan. Karena benar-benar menutup wajah perkantoran, sehingga tampak kumuh. Tetapi, selama 5 tahun lebih tidak ‘diambah’ (dirambah-Red), tentu berubah wujud seperti hutan. Banyak ditumbuhi tanaman liar, semak belukar,” ujar KPHA Sangkoyo saat dikunjungi iMNews.id, siang itu.
Pekerjaan bersih-bersih atau “resik-resik” yang terus dilakukan semua elemen di Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa, juga terus dilakukan, apalagi oleh kalangan abdidalem Kebon Darat yang memang tugasnya di bidang kebersihan. Tampak di situ ML Suwito, ML Ndandung dan MT Mulyodipuro serta beberapa abdidalem Kebon Darat sebagian sedang berhenti dan melepas dengan dudu di Bangsal Pradangga, sementara ML Dirman masih meneruskan sisa sampah daun pohon Sawo Kecik Manila yang kini saatnya berguguran.

Saat para abdidalem “Kebon Darat” membersihkan halaman di depan dan kanan-kiri Pendapa Sasana Sewaka, para abdidalem “Koken” dapur Gandarasan yang berada di dalam kraton juga masih bekerjabhakti resik-resik peralatan yang tersimpan di dapur. Di situ tampak beberapa anak muda relawan #Safe Kraton ikut membantu Yemi Triana, abdidalem “Koken” yang sedang menata-ulang dan membersihkan segala peralatan pengisi dapur itu. Ada sebagian yang rela membantu dengan ‘isah-isah” atau mencuci piring, gelas, penampan dan peralatan lainnya.
Di Bangsal Marcukunda, Panggung Sangga Buwana, sekitar Bangsal Smarakata dan di atas atap Bale Rata juga tampak sejumlah pekerja teknis yang sedikitnya ada 4 orang di masing-masing titik. Ketua Pakasa Cabang Pati KRAT Mulyadi Puspopustoko sempat menyaksikan suasana di dalam kraton yang sedang penuh kesibukan resik-resik dan berbebah-benah, saat “sowan” Gusti Moeng untuk menyampaikan undangan agar hadir pada upacara adat haul/khol Syekh Jangkung (Saridin) yang ada di Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Pati yang diagendakan tanggal 5 Februari ini. (won-i1)