Perlu Segera Diikuti Penataan Ulang Fungsi Tata Ruang di Dalam Kraton
IMNEWS.ID – KEGIATAN field trip sejumlah sentanadalem, abdidalem dan para kerabat lain termasuk warga Pakasa secara spontan pada pisowanan kecil wilujengan “sungsuman” di Bangsal Smarakata, belum lama ini, (iMNews.id, 1/1/2023) yang diikuti kerjabhakti resik-resik, penataan-ulang dan renovasi bersakala kecil terus dilakukan hampir tiap hari sampai siang tadi. Dan melihat perkembangan terakhir setelah Gusti Moeng bisa masuk melalui “insiden kondur ngedhaton” (iMNews.id, 17/12/2022) sampai tercapai “perdamaian” dengan kakak kandungnya, Sinuhun PB XIII (iMNews.id, 3/1), penataan ulang sesuai fungsi tata ruangnya juga menjadi giliran kegiatan berikutnya.
“Hari ini tadi, kerjabhakti di tiga titik lokasi yaitu lingkungan kompleks Pendapa Magangan, kompleks Koken atau dapur Gandarasan bagian dalam dan kompleks Museum Art Gallery. Ada 70-an yang terlibat dalam kerja bhakti tadi, gabungan antara abdidalem museum, Kebon Darat dan abdidalem yang punya keahlian teknis. Mulai Senin besok berlanjut lagi, untuk membereskan sampai tuntas yang sudah dikerjakan maupun berpindah ke titik lokasi yang belum dijangkau. Tempatnya luas sekali, semua sudah kotor, berserakan dan banyak yang digunakan tidak sesuai peruntukannya,” jelas KPH Edy Wirabhumi yang sampai siang tadi masih menunggui semua yang sedang bekerjabhakti, menjawab pertanyaan iMNews.id.
Titik lokasi yang digunakan tidak sesuai peruntukannya, contohnya sebidang tanah terbuka dekat Kori Sri Manganti Kidul atau utara Pendapa Magangan. Tempat itu sebelum 2017 masih kosong dan terbuka, yang sudah direncananakan untuk dimamanfaatkan sebagai pendukung Pendapa Magangan. Namun, sebelum rencana itu diwujudkan, tahun 2017 kraton ditutup dan tempat itu diberi peneduh seng untuk mengandangkan 6 ekor kagungandalem mahesa Kiai Slamet yang habis divaksin saat PMK mewabah, namun 5 ekor di antaranya bisa “dipaksa” menjadi “cucuk lampah” kirab pusaka malam 1 Sura 2022, sedang seekor lainnya meninggal dan dikubur di dekat Kori Sri Manganti Kidul itu pula.
Kelima ekor kawanan Kiai Slamet Sabtu sore 17 Desember langsung dikembalikan bergabung dengan keluarganya di kandang Alun-alun Kidul atas permintaan Gusti Moeng, dan bekas kandang sudah dibongkar serta sisa-sisa kotoran (feses-Red) juga sudah dibersihkan dalam kerjabhakti mulai 1 Januari lalu. Namun tumpukan sirap kayu jati bekas di sekeliling teras Pendapa Magangan, hingga kini belum mendapatkan solusi dan masih menghiasi pendapa yang sebelumnya digunakan untuk keperluan proses belajar-mengajar Sanggar Pasinaon Pambiwara.
“Sampai sekarang saya jadi bingung, sirap bekas itu mau dipindah ke mana? Solusinya belum ada, karena masih mikir lainnya yang lebih mendesak untuk segera dikerjakan. Tetapi kalau disawang-sawang ya kurang pantas. Mosok Pendapa magangan yang habis direnovasi, dijadikan gudang untuk menyimpan sirab bekas. Apalagi sampai penuh menutup pandangan dan sudut estetik pendapa yang habis direnovasi itu. Mudah-mudahan segera da solusi,” harap KPH Edy yang ingat betul proses mewujudkan cara merawat kayu kerangka pendapa yang dibawa dari Kraton Kartasura tahun 1745 silam.
Dalam proses renovasi sejumlah bangunan di kraton dengan bantuan proyek dari kemen PUPR yang berjalan hampir tiap tahun, sampai menjelang kraton ditutup karena insiden 2017 sudah bisa merampungkan renovasi Pendapa Magangan yang luasnya sekitar 2.500 meter persegi. Sesuai dengan namanya Pendapa Magangan, yang kurang lebih berarti tempat untuk “magang”, bangunan itu justru sangat sering digunakan sebagai ajang proses belajar-mengajar siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara yang sedang belajar pengetahuan tentang budaya Jawa untuk “magang” menjadi abdidalem.
Bangunan itu juga sering digunakan untuk forum-forum sarasehan tentang budaya Jawa, bahkan kegiatan pembekalan pengetahuan budaya atau semacam workshop bagi kalangan awak media, terutama yang sering melakukan liputan di Kraton Mataram Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Renovasi yang pernah dilakukan di pendapa itu, secara tidak langsung bisa melindungi kerangka karyu jati sisa bangunan yang dibakar dalam peristiwa kerusuhan pemberontakan RM Garendi di zaman Sinuhun PB II itu.
Kegiatan latihan tari dari Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng, juga sering menggunakan Pendapa Magangan ketika lokasi utama Bangsal Smarakata juga sedang digunakan untuk keperluan lain. Bahkan sebelum ada insiden 2017, tempat itu mencatat sejarah karena digunakan untuk mendata-ulang dan mendokumentasi secara keseluruhan koleksi wayang yang dimiliki kraton yang jumlahnya ada 17 kotak. Secara bergiliran, tiap kotak dikeluarkan dan isinya difoto, diberi label dan dihitung jumlahnya, serta diidentifikasi nama dan tahun pembuatannya. (Won Poerwono-habis/i1)