Tradisi Bersih Desa Unik di Ngawi, Menguras Sendang Beji dan “Tawur Air Keruh”

  • Post author:
  • Post published:November 1, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Tradisi Bersih Desa Unik di Ngawi, Menguras Sendang Beji dan “Tawur Air Keruh”
PIDATO SAMBUTAN : Gusti Koeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat) saat berpidato memberi sambutan dalam upacara "Keduk Beji" yang digelar masyarakat Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, Selasa (31/10) siang tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Masyarakat Minta Gusti Moeng Hadir, “tak Boleh” Diwakilkan

NGAWI, iMNews.id – Masyarakat Kabupaten Ngawi, Jatim, khususnya di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman mempunyai sebuah tradisi unik yang masih dipelihara hingga kini dalam upacara adat “Bersih Desa”. Tradisi menguras sendang atau telaga Beji atau disebut “Keduk Beji” itu, rutin tiap tahun digelar masyarakat adat sekitar telaga dengan tatacara upacara dan berbagai pertunjukan kesenian, sebelum puncak acara menguras telaga yang diakhiri saling serang dengan air keruh bercampur lumpur yang mengendap di dasarnya.

Salah seorang warga anggota Pakasa Cabang Ngawi, KRT Supriyadi menyebutkan, tradisi Berih Desa dengan tatacara unik disebut “Keduk Beji” yang bertujuan untuk selalu membersihkan air telaga itu, sudah menjadi agenda tahunan masyarakat setempat. Dan, selama dua tahun berturut-turut, 2022 dan 2023 ini, tradisi itu dihadiri Gusti Moeng selaku Pangarsa Lembaga Dewan Adat, karena masyarakat setempat meyakini telaga itu memiliki kaitan sejarah dengan dua tokoh yang makamnya dekat telaga, serta punya latar belakang sejarah dengan Kraton Mataram Surakarta.

MAKAM LELUHUR : Gusti Moeng berziarah di makam Kyai Ageng Metawun sebagai tokoh pendiri Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, sebelum menyaksikan tradisi “Keduk Beji” di sekitar telaga yang ada di desa itu, Selasa (31/10) siang tadi. (foto : iMNews.id/dok)

“Jadi, setiap tahun saat datang hitungan Jawa ‘Ringkel’, tradisi Keduk Beji diadakan sebagai puncak acara tradisi Bersih Desa Tawun. Keramaiannya seperti pasar malam, sampai berhari-hari dan didatangi para pedagang serta pengunjung dari berbagai daerah yang jauh. Hiburannya terutama kesenian tradisional khas, yaitu Seni Tayub. Karena di sini ada makam Eyang Nyi Ageng Ketawang dan makam Kyai Ageng Metawun, maka rangkaian upacaranya sekaligus juga bersih-bersih makam dan ziarah. Kedua tokoh itu, adalah petugas pemerintah (Mataram Surakarta) yang ditempatkan di Desa Tawun,” ujar KRT Supriyadi.

Karena masyarakat meyakini ada hubungannya dengan Kraton Mataram Surakarta, maka setiap tradisi ini digelar diupayakan menghadirkan perwakilan dari kraton, yang sudah dua kali sampai siang tadi, dihadiri Gusti Moeng sebagai Pangarsa Lembaga Dewan Adat. Menurut KRT Supriyadi, masyarakat selalu berharap Gusti Moeng hadir untuk memberi sambutan dan menyaksikan tradisi Keduk Beji, dan tidak mau kalau diwakilkan alias harus hadir secara pribadi, seperti siang tadi. Selain permintaan masyarakat, kebetulan siang tadi juga dihadiri Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono ST MH.

SUASANA HEBOH : Suasana heboh dan seru saat berlangsung “tawur air keruh” atau “sirat-siratan” air endapan telaga Tawun dalam tradisi “Keduk Beji” yang berlangsung di dalam telaga yang ada di Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, Selasa (31/10) siang tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Menurutnya, keberadaan telaga itu sangat dibutuhkan masyarakat Desa Tawun untuk mencukupi kebutuhan air untuk rumah-tangga dalam keseharian, apalagi di musim kering seperti ini. Sebab itu, kelestarian telaga dan lingkungannya berupa hutan jati di sekitarnya sangat dijaga masyarakat setempat, sehingga mata air atau tuk-sumber sendang itu terus mengalir hingga minimal separo kedalaman terjaga dari waktu ke waktu. Dua makam di dekat sendang, juga semakin menjadi daya tarik wisata spritual di situ yang semakin banyak dikunjungi para peziarah.

“Saat malam Selasa Kliwon (30/10) seperti semalam, pengunjung sudah banyak berdatangan, ingin mandi air sendang Beji Tawun. Sumber air itu ada dua dan posisinya berdekatan. Yang sumber air kecil berdiameter 1 meter. Sedangkan yang besar, untuk tradisai Keduk Beji itu, diameternya sekitar 25 meter. Kalau setelah dikuras (Keduk Beji) dalam tradisi seperti tadi, air menjadi semakin jernih. Karena, endapan lumpurnya bisa dikeruk di menjadi senjata untuk sirat-siratan (tawur air keruh-Red). Semua kepanitiaan, melibatkan pamong Desa Tawun, tokoh masyarakat dan warga setempat,” tambah KRT Supriyadi. (won-i1).