Warga Pakasa Menunggu Pahlawan untuk Sinuhun PB XII dan Ratu Kalinyamat

  • Post author:
  • Post published:November 8, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
Raja Mataram Islam Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma
DARAH PAHLAWAN : Raja Mataram Islam Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, salah seorang tokoh pendiri peradaban sangat layak mendapat gelar Pahlawan Nasional, bahkan menurunkan darah kepahlawanannya kepada sejumlah penerusnya di Mataram Surakarta. (foto : iMNews.id/dok)

Sinuhun PB II Juga Sangat Pantas, Pendiri “Nagari” Surakarta

SURAKARTA, iMNews.id – Warga Paguyuban Kawula Karaton Surakarta (Pakasa) yang menjadi bagian penting masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta, dalam beberapa waktu pada dekade terakhir ini sedang berharap-harap cemas menunggu keputusan pemerintah RI atas dua permohonan terpisah untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional bagi Sinuhun PB XII dan Ratu Kalinyamat. Sinuhun PB XII adalah saja terakhir Kraton Mataram Surakarta pada masa transisi sebelum dan memasuki alam kemerdekaan (17/8/45), sedang Ratu Kalinyamat adalah leluhur Dinasti Mataram dari keluarga besar Kyai Ageng Sela yang menjadi pendiri Kabupaten Jepara sekaligus Bupati yang pertama.

“Usulan Pahlawan Nasional untuk Sinuhun PB XII sudah 10-an tahun lalu. Jasa-jasa beliau sangat besar karena menjadi pelopor dari kraton-kraton se-Nusantara, yang kali pertama menyatakan bergabung ke-NKRI. Beliau diajak Presiden Soekarno berkeliling ke kraton-kraton, untuk meyakinkan proklamasi kemerdekaan RI itu. Beliau yang menjadi penentu tuntasnya kemerdekaan RI pada peristiwa Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, 1949. Itu semua betul,” tandas Dr Purwadi selaku peneliti sejarah dari Lokantara Pusat (Jogja), kemarin, membenarkan data-data dan fakta sejarah yang pernah disebut GKR Wandansari Koes Moertiyah di berbagai kesempatan pidato di dalam dan di luar lingkungan masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta, beberapa waktu lalu.

Jadi Milik Publik

MEWARISI KEPAHLAWANAN : Sinuhun PB XII adalah raja terakhir Mataram Surakarta yang mewarisi darah kepahlawanan para leluhur pendahulunya, yang karena jasa-jasanya terhadap NKRI, layak mendapat gelar Pahlawan Nasional. (foto : iMNews.id/dok)

Jasa-jasa Sinuhun PB XII masih banyak lagi yang pada garis-besarnya “membumikan” beberapa simbol-simbol kraton untuk dijadikan milik masyarakat luas yang membanggakan karena punya cirikhas kebhinekaannya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan menyambut momentum peringatan Hari Pahlawan 10 November, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (Lokantara) Pusat itu berharap pemerintah mengabulkan permohonan Pahlawan Nasional untuk Sinuhun PB XII, juga untuk Ratu Kalinyamat sebagai tokoh kebanggaan masyarakat Jepara dan warga peradaban secara luas, di antaranya warga masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta bersama warga Pakasa-nya.

Peneliti sejarah khusus tentang Surakarta yang telah mengeksplorasi sejumlah fakta luar biasa tentang Surakarta itu berharap, setelah permohonan Pahlawan Nasional untuk Sinuhun PB XII dikabulkan bersama permohonan warga Kabupaten Jepara untuk Ratu Kalinyamat. Momentum peringatan Hari Pahlawan tahun ini, disambut Kraton Mataram Surakarta dengan menggelar haul atau khol untuk wafatnya Sinuhun PB XII yang akan dilaksanakan Lembaga Dewan Adat pada Sabtu (12/11) siang mulai pukul 11.00 WIB di Pendapa Sitinggil Lor.

Melahirkan Surakarta

KHOL PB XII : Suasana pada ritual religi khol atau haul wafatnya Sinuhun PB XII di ndalem Kayonan, Baluwarti, beberapa waktu lalu. Dalam suasana peringatan Hari Pahlawan, ritual serupa yang ke-18 juga akan digelar LDA di Pendapa Sitinggil Lor, Sabtu siang (12/10).
(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Saya nanti akan sowan mengikuti ritual khol Sinuhun PB XII, Sabtu siang itu. Mudah-mudahan diberi cuaca cerah dan lancar serta aman semuanya. Sebenarnya banyak tokoh-tokoh Mataram sampai di Surakarta, yang sangat layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Termasuk Sinuhun PB II yang telah melahirkan nama Surakarta sampai sekarang. kemudian menginisiasi berbagai infrasutruktur sebuah Ibu Kota Negara, waktu itu. Sisa-sisa peninggalan masih banyak dan bisa dinikmati masyarakat secara luas, turun-temurun dalam waktu yang sangat panjang kelak,” jelas Dr Purwadi yang dihubungi iMNews.id tadi siang.

Di tempat terpisah, KRA Bambang Setiawan Adiningrat yang dihubungi juga menyatakan, Pakasa Cabang Jepara yang dipimpinnya juga akan mengirim rombongan perwakilan 8 orang, termasuk dirinya, untuk mengikuti upacara adat untuk memenuhi undangan GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA dan KPH Edy Wirabhumi selaku Ketua Pengurus Pusat Pakasa. Dia juga menyebutkan, warga Pakasa Cabang Jepara juga mendapat kepercayaan bekerjasama dengan berbagai pihak khususnya Forkopimda Jepara, untuk menggelar “Kirab Nusantara” peringatan hari Sumpah Pemuda, Rabu, 9 November besok, yang dimeriahkan ritual religi “Maulidur Rossul dan Purak Tumpeng Agung”, pentas wayang kulit dan pentas ketoprak hingga tepat 10 November.  

“Jalan Paku Buwana”?

CONTOH KEDEKATAN : Walau dilahirkan sebagai anak ke-25, namun Gusti Moeng adalah salah satu putri yang benar-benar memahami kewajiban “Mikul dhuwur, mendhem jero” terhadap ayahanda dan para leluhurnya. (foto : iMNews.id/dok)

“Kami juga siap bergabung di Sitinggil Lor untuk memperingati wafat Sinuhun PB XII, Sabtu (12/11/2022). Momentumnya tepat sekali, karena dekat dengan peringatan Hari Pahlawan. Rabu, 9 November besok, kami warga Pakasa cabang juga dilibatkan dalam peringatan Hari Pahlawan di Kabupaten Jepara. Pakasa menjadi pendukung Kirab Nusantara dan beberapa acara pemeriah lainnya. Pentas ketoprak dengan Lakon Ratu Kalinyamat, menjadi harapan besar kami warga Jepara, agar segera dikabulkan permohonan gelar Pahlawan Nasionalnya. Begitu pula untuk Sinuhun PB XII,” harap Ketua Pakasa Cabang Jepara yang juga Ketua Lokantara Jateng itu.

Seperti diketahui, Kraton Mataram Surakarta dan dari leluhur Dinasti Mataram, banyak melahirkan Pahlawan Nasional mulai dari Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, Sinuhun PB IV, Sinuhun PB X dan juga Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa untuk Kadipaten Mangkunegaran. Tetapi ketika berada di Kota Surakarta atau sekitarnya yang pernah menjadi wilayah kedaulatan “Nagari Mataram Surakarta” (1745-1945), tak akan bisa ditemukan nama Jalan Paku Buwana untuk jalan protokol negara, provinsi atau kota, kalah dengan nama-nama sejumlah orang yang kurang jelas latarbelakang dan jasa-jasanya, tetapi ditokohkan sebagai nama jalan. (won-i1)