Dimulai Dengan Rapat Koordinasi, Merancang Panitia dan Acaranya
IMNEWS.ID – TIDAK terasa, peristiwa peringatan ulang tahun atau Hari Jadi 90 tahun usia Paguyuban Kawula Kraton (Mataram) Surakarta (Pakasa) kali pertama yang digelar Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Mataram Surakarta 2021, begitu cepat berlalu. Kini, organisasi para pelestari budaya Jawa yang didirikan Sinuhun PB X pada tanggal 29 November 1931 itu, sudah bersiap-siap untuk merayakan peringatan hari jadi 91 tahun Pakasa yang diagendakan pertengahan Desember 2022 ini.
“Jadi, resepsi peringatan ulang tahun atau hari jadi tidak harus tepat pada harinya. Bisa bergeser mundur. Yang penting semangatnya. Semula ada usulan dengan mengambil tanggal 29-nya, tapi Desember. Tetapi, sekarang banyak masukan, agar maju ke pertengahan Desember. Karena minggu-minggu terakhir Desember biasanya sudah sibuk dengan perayaan Natal dan Tahun Baru. Kita berharap semua bisa hadir atau selengkap mungkin. Setelah unsur Pakasa cabang sudah bergabung menjadi panitia, kita bahas lagi semuanya,” harap KPH Edy Wirabhumi selaku Ketua (Pangarsa) Pakasa Pusat (Punjer), saat memberi pengantar rapat koordinasi Pakasa di ndalem Kayonan, Baluwarti, Minggu siang (iMNews.id, 16/10/2022).
Rapat koordinasi membahas peringatan Hari Jadi ke-91 Pakasa yang dihadiri GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA, siang itu, nyaris dihadiri semua perwakilan Pakasa Cabang yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota yang ada di Jateng, Jatim dan DIY. Semua mengirim utusan setidaknya seorang, seperti Pakasa Cabang Grobogan, Cilacap dan Cabang DIY, sementara lainnya rata-rata 5 hingga belasan orang, seperti Cabang Klaten dan Ponorogo. Namun Pakasa Cabang Sidoarjo dan Magetan (Jatim) serta Cabang Banjarnegara tak seorangpun ada utusannya.
Justru Makin Kuat
Di depan sekitar 100 orang utusan dan perwakilan cabang-cabang pengurus Pakasa yang rata-rata dipimpin ketuanya sendiri, Pangarsa Pakasa Punjer banyak memberi kabar tentang berbagai hal yang menyangkut perkembangan terakhir situasi dan kondisi, baik yang ada hubungannya dengan Kraton Mataram Surakarta, organisasi wadah kraton-kraton MAKN maupun berkait dengan eksistensi Pakasa. Yang berkait dengan kraton, misalnya proses hukum atas upaya pembubaran Lembaga Dewan Adat, yang keputusannya sampai tingkat Mahkamah Agung justru mengukuhkan lembaga itu benar-benar kuat secara hukum nasional, punya kapasitas kewenangan yang tegas dan kuat baik secara internal maupun eksternal serta semakin disadari banyak pihak merupakan kebutuhan vital bagi lembaga masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta.
Kebutuhan vital lembaga berbadan hukum yang bisa melindungi kraton beserta semua aset-asetnya, yang bergerak maupun tidak, di dalam dan di luar negeri, sedang dikuasai atau dikelola pihak lain maupun tidak dan segala bentuk hubungan hukum dan berkekuatan hukum di dalam negeri maupun dengan pihak luar negeri. Pada titik eksistensi LDA, GKR Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Moeng menyebutkan, LDA yang diketuainya pernah diupayakan untuk bubar, karena dianggap menggantikan kewenangan Sinuhun, tetapi LDA malah semakin kuat. Terlebih, kalau LDA dibubarkan, posisi Sinuhun PB XIII juga ikut “bubar”.
“Mengapa demikian?, karena Sinuhun PB XIII yang menjumenengkan adalah Lembaga Dewan Adat yang isinya para perwakilan trah darahdalem mulai dari Sinuhun Amangkurat Agung hingga perwakilan anak-cucu PB XIII sendiri. Waktu itu, semua perwakilan elemen yang mendukung jumenengnya Sinuhun, bertandatangan di atas semacam surat kesepakatan. Sinuhun sendiri juga ikut bertandatangan di situ,” tunjuk Gusti Moeng mengulang sebagian isi sambutan pengantarnya, menjawab pertanyaan iMNews.id, keamrin.
Minta Tolong Siapa?
Berkait dengan Pakasa, KPH Edy juga menyebutkan bahwa apa yang sudah dilakukan Lembaga Dewan Adat sebegai representasi Kraton Mataram Surakarta dalam pengembangan Pakasa, merupakan bentuk percontohan yang positif yang akan ditularkan kepada kraton-kraton anggota Majlis Adat Kraton Nusantara (MAKN) yang dipimpinnya sebagai ketua umum. Aktivitas konkret yang akan banyak melibatkan Pakasa dan bisa ditularkan kepada kraton-kraton lain, adalah program pelatihan bela negara sebagai komponen cadangan (Komcad) TNI, sebagai hasil penandatangan MoU kerjasama MAKN dengan TNKI AD, AU dan AL.
Selain itu juga disebutkan, kini banyak permintaan kalangan abdidalem yang tinggal di luar Jawa untuk membentuk kepengurusan Pakasa cabang, misalnya Provinsi Lampung dan Kabupaten Serdang Bedagai (Sumut). Menurut Gusti Moeng, hanya Kraton Mataram Surakarta yang punya Pakasa, sedangkan kraton-kraton lain termasuk Jogja, tidak punya organisasi yang mewadahi para kawula/abdidalem. Berkembangnya Pakasa dan menjadi kuat serta memiliki posisi tawar tinggi menurut Ketua Pakasa Cabang Wonogiri KRT Sudarmo, itu sangat membanggakan, apalagi sudah terbukti menjadi organisasi yang tahan banting.
“Saya mengucapkan terima kasih pada Pakasa, apalagi bisa berkembang luas dan pesat sampai hari ini. Dengan adanya Pakasa, bisa ngentheng-enthengi (meringankan-Red) pekerjaan saya, dalam rangka pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Siapapun yang sudah menjadi warga Pakasa, punya tugas dan kewajiban ikut melestarikan budaya Jawa. Kalau tidak kita sendiri yang melestarikan, mau minta tolong siapa?,” jelas Gusti Moeng dengan sebuah pertanyaan yang bernada menggugah kesadaran dan semangat pengabdian dalam pelestarian budaya Jawa.
Organisasi Tahan banting
Di antara sejumlah usulan, saran dan masukan para utusan cabang Pakasa, terselip harapan ke dalam agar Pakasa memiliki program terencana dan masif, agar semakin cepat berkembang dan terlembaga dengan baik. Sedangkan harapan ke luar, agar bisa bekerjasama dengan pemerintah untuk membangun negara. Berkait dengan kerjasama itu, Ketua Pakasa Pusat yang juga Ketua MAKN, sudah menandatangani MoU kerjasama dengan sejumlah lembaga tinggi pemerintah, termasuk dalam kaitan mendata dan manata ulang aset-aset milik kraton.
“Saya berterimakasih kepada Pakasa Cabang Klaten yang sudah bersama-sama Kejaksaan Negeri setempat mulai melakukan apa yang sudah dimulai MAKN dengan Kejaksaan Agung. Meskipun, baru tahap pemahaman peraturan dan status hukumnya. nanti pasti akan berkembang sesuai MoU yang sudah ditandatangani. Karena, tidak mungkin NKRI tiba-tiba berdiri sudah punya aset-aset begitu banyak. Sebelumnya pasti ada yang memiliki. Ini yang perlu didata, ditata ulang dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan orang banyak. Termasuk kepentingan kraton dan masyarakat hukum adatnya,” jelas KPH Edy lagi.
Usulan-usulan isi acara sudah mulai disebut dalam forum rakor itu, mulai dari kesiapan menyajikan jenis-jenis pertunjukan seni khas Pakasa daerah setempat hingga usulan pemecahan rekor MURI dalam kirab warga Pakasa mengenakan stelan beskap komplet sedikitnya 1.000 orang. Pemecahan rekor MURI yang diusulkan Ketua Paguyuan Reog Pakasa Ponorogo, KRAT Sunarso Suro Agul-agul itu, masih ditambah usulan KRA MN Gendut Reksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang, agar kirab budaya yang diadakan dalam rangka Hari Jadi Pakasa tahun ini, bisa dilaksanakan waktu pagi di hari libur, karena Desember biasanya sudah banyak turun hujan. (Won Poerwono-bersambung/i1)