Wayang Gedhog Kiai Jayeng Katong, Baru Separo Selesai Dibuat Ditinggal Wafat? (seri 7 – habis)

  • Post author:
  • Post published:March 8, 2023
  • Post category:Budaya
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Wayang Gedhog Kiai Jayeng Katong, Baru Separo Selesai Dibuat Ditinggal Wafat? (seri 7 – habis)
"MODAL DASAR" : Ritual "Ngesis Wayang Gedhog" Kiai Dewa Katong di Kraton Mataram Surakarta, menjadi "modal dasar" yang bisa dilengkapi dengan elemen-elemen seni pertunjukan lain yang bisa menjadi pertunjukan spektakuler bertema besar "Panji". (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Menjadi Berbagai Versi Seni Pertunjukan Sangat Lengkap

IMNEWS.ID – PERISTIWA ritual “Ngesis wayang Gedhog Anggara Kasih” di Kraton Mataram Surakarta (iMNews.id, 28/2), memberi informasi tentang kekayaan ragam seni di luar seni pertunjukan pakeliran wayang “Madya”, karya kriya tatah sungging wayang, karya kriya tatah sungging topeng “Panji” dan karya sastra Serat Pustaka Raja Madya. Karena dari situ, telah lahir kesenian rakyat “Ketoprak” yang juga banyak mengangkat lakon dari kisah “Panji” dalam setiap pegelarannya, juga lahirnya seni rupa “lukis” wayang “Beber” lengkap dengan seni pertunjukan “Wayang Beber”.

Ketika masing-masing ragam seni itu mandiri secara terpisah misalnya “prosesi ngesis Wayang Gedhog” itu, sudah bisa meng-entertain (menghibur-Red), tetapi sebagai upacara adat di kraton “hiburan” itu tentu saja hanya bisa dinikmati di dalam kraton, waktunya 35 hari sekali, saat datang hari weton Selasa Kliwon. Sedangkan beberapa komponen atau elemen lain di atas, juga bisa disajikan secara mandiri dan akan menjadi sebuah rangkaian pertunjukan spektakuler kalau bisa disajikan sebagai satu-kesatuan tema pertunjukan seni.

TEMA PANJI : Sendratari “Kilapawarna” yang dimiliki Kraton Mataram Surakarta  dan selalu ditampilkan Gusti Moeng di berbagai kesempatan, bisa menjadi elemen seni pertunjukan spektakuler bertema besar “Panji”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam sepanjang sejarah pertunjukan seni, iMNews.id belum pernah mendapatkan data tentang adanya data pertunjukan seni yang mengkolaborasikan sejumlah komponen dan elemen berlabel “Panji” itu dalam satu rangkaian pertunjukan yang lengkap dan urut serta mencerminkan kekuatan masing-masing versi pertunjukannya. Tetapi, membutuhkan waktu, tempat, jumlah penyaji dan biaya yang besar untuk menggelar seni pertunjukan spektakuler kolaboratif berlabel “Panji”  itu.

Kraton Mataram Surakarta punya modal besar untuk bisa mewujudkan sebuah seni pertunjukan yang spektakuler itu, karena punya ritual “Ngesis Wayang Gedhog” tiga kotak (MNews.id, 7/2/2023), punya sendratari “Kilapawarna”, punya tari “Topeng Sekartaji” dan “Topeng Klana”, punya Serat Pustaka Raja Madya dan masih punya koleksi karya kriya tatah sungging topeng “Panji”. Tiga komponen atau elemen yang berada di luar kraton yaitu versi seni pertunjukan ketoprak, karya seni rupa “lukis” wayang “Beber” dan seni pertunjukan pakeliran “Wayang Beber”, bisa diajak bergabung berkolaborasi.

PERTUNJUKAN WAYANG BEBER : Sebagai elemen yang mandiri, seni pertunjukan pakeliran “Wayang Beber” juga bisa menjadi bagian dari pertunjukan seni spektakuler bertema “Panji”, yang bisa dilakukan Ki KRT Dr Bambang Suwarno selaku dalang penyajinya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tiga komponen/elemen kolaboratif misalnya grup ketoprak, masih ada bahkan banyak seniman ketoprak yang bisa dikumpulkan untuk dilibatkan, karena wilayah sebaran kesenian maupun senimannya sangat luas, ada di Provinsi Jateng dan Jatim, bahkan DIY. Sedangkan komponen/elemen “Wayang Beber” yang secara khusus menggambarkan kisah tokoh-tokoh sekitar “Panji” atau Kraton Kediri, salah satu pelukis klasik masih hidup di Kota Surakarta, yaitu mbah Ning atau Hermin Istiariningsih (68) yang tinggal di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres.

Walau agak sulit karena generasi dalang pengganti Ki Remeng di Pacitan (Jatim) tidak pernah terdengar ada, seni pertunjukan pedalangan “Wayang Beber” masih bisa diwujudkan karena masih ada “Empu dalang” Wayang Gedhog Ki KRT Dr Bambang Suwarno. Dan lembaran “Wayang Beber” yang jumlah lengkapnya 6 seri yang masing-masing panjangnya bisa 2 meter, adalah karya duplikat yang dibuat sendiri dan menjadi koleksi wanita pelukis wayang “Beber” satu-satunya milik Kota Surakarta, Jawa Tengah dan Indonesia itu.

SATU-SATUNYA : Pelukis “Wayang Beber” bernama Mbah Ning (68) yang tinggal di Kampung Wonosaren, Jagalan, Jebres, Surakarta, adalah satu-satunya wanita perupa yang menghasilkan lukisan klasik bertema “Panji” milik Kota Surakarta, bahkan milik NKRI saat ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Mungkin seni pertunjukan kolaboratif dari berbagai versi dan elemen yang berlabel “Panji” itulah yang akan menjadi seni pertunjukan spektakuler sepanjang sejarah, apalagi ketika digelar di pusat dan sumber budaya Jawa, Kraton Mataram Surakarta yang notabene Kota Surakarta Hadiningrat. Pertunjukan bersakala besar ini, bahkan bisa mengundang para pecinta seni dan wisatawan umum berbagai bangsa dari luar negeri, misalnya bisa dikaitkan dengan peringatan Kemerdekaan RI 17 Agusutus, kelahiran Kota Surakarta 20 Februari atau mengambil yang “plesetan” 17 Februari atau momentum lain.

Dengan munculnya gagasan spektakuler seperti itu, berarti ritual “Ngesis Wayang” dan koleksi Wayang Gedhog punya kekuatan luar biasa yang bisa melahirkan berbagai gagasan untuk kemaslahatan warga peradaban secara luas. Apalagi, dari sisi kesejarahan, ternyata wayang Gedhog pernah mendapat sentuhan estetika dan etika religi pada zaman Kraton Demak (abad 15), yang kemudian dikembangkan zaman Kraton pajang dan Kraton Mataram Islam. Maka tidak aneh, wayang Gedhog dan karya kriya tatah sungging lain hanya memiliki dua dimensi/sisi, jauh dari ukuran proporsional wujud fisik ciptaan Sang Maha Pencipta. Luar biasa. (Won Poerwono – habis/i1)