Upacara Adat Keduk Sendang Beji, Undang Gusti Moeng

  • Post author:
  • Post published:September 10, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:3 mins read

Masyarakat Adat Keturunan Demang yang Pernah Diangkat PB X

NGAWI, iMNews.id – Masyarakat Desa Tawun, Kabupaten Ngawi, Jatim menggelar upacara adat “Keduk Beji”, Senin pagi (5/9) mulai pukul 07.00 di sebuah mata air yang dinamakan Sendang Beji, yang lokasinya berada di tengah hutan jati. Upacara adat menguras air sendang rutin tiap tahun saat jatuh bulan Sapar yang dihadiri Wakil Bupati Ngawi itu, mengundang Gusti Moeng selaku Ketua Lembaga Dewan (LDA) yang mewakili Kraton Mataram Surakarta.

Seperti dilaporkan panitia pelaksana upacara adat “Keduk Beji”, tradisi menguras air sendang dengan sebuah tatacara adat itu adalah peninggalan seorang pejabat di tingkat desa yang dulu disebut Demang, sebagai pegawai pemerintah “nagari” Mataram Surakarta yang diangkat pada masa Sinuhun PB X (1893-1939). Sendang yang dirawat masyarakat adat keturunan Supriadi, selaku penerus mbah Demang, hingga kinihanya difungsikan sebagai sumber air bersih guna mencukupi kebutuhan warga sekitar, sekaligus sebagai objek wisata spiritual.

Sebagai objek wisata spiritual, Sendang Beji, Tawun, didatangi banyak orang saat ada upacara adat Keduk Beji yang berlangsung setahun sekali di bulan Sapar. Saat itu, upacara adat dilangsungkan dengan didahului kirab budaya mengelilingi sendang, yang didukung masyarakat adat di situ. Dalam kirab, disertakan seekor kambing, yang kemudian disembelih, dagingnya dipanggang dan disantap bersama seusai dikirabkan keliling sendang.

MEMBERI SAMBUTAN : Gusti Moeng memberi pidato sambutan di sela-sela upacara adat “Keduk Beji” atau menguras sendang yang digelar masyarakat adat setempat di lokasi sendang yang juga petilasan Ki Ageng Tawang dan Tawun, Ngawi, belum lama ini.(foto : iMNews.id/dok)

“Karena ada latar belakang sejarahnya antara figur mbah Demang yang diangkat pada masa jumenengnya Sinuhun PB X, maka pelestarian tradisi di situ terus diadakan, rutin tiap tahun. Saya diundang selaku representasi Kraton Mataram Surakarta, untuk memberi sambutan, sekaligus menyaksikan upacara adat itu. Saya berterimakasih, karena berbagai upacara adat yang di dalamnya ada nilai-nilai peninggalan leluhur Dinasti Mataram masih dirawat dengan baik dan dilestarikan,” jelas Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.

Ketua Lembaga Dewan Adat sekaligus Pengageng Sasana Wilapa yang punya nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu diminta memberi pidato sambutan atas kali pertama kehadirannya yang diinisiasi Pakasa cabang Ngawi di upacara adat Keduk Beji itu. Upacara adat didahului dengan kerja bhakti menguras air sendang dan membersihkan lumut yang menempel talud pagar sendang.

Dalam sambutannya Gusti Moeng manyatakan gembira karena masyarakat setempat masih menjunjung tinggi nilai-nilai peninggalan leluhur. Gusti Moeng juga mendapat penjelasan, siapa saja yang datang berwisata spiritual ke sendang yang juga menjadi petilasan Ki Ageng Tawang dan Ki Ageng Tawun itu, bila dikabulkan permohonannya kepada Tuhan YME, tiga ekor “bulus” dan sepasang ikan tembus cahaya penunggu sendang akan muncul ke permukaan air sendang memperlihatkan diri. (won-i1)