Dua Tahun Pendemi tak Bisa Tampil, Seperti Mengulang dari Awal
IMNEWS.ID – HUBUNGAN silaturahmi kekerabatan antara masyarakat Kabupaten Ponorogo dengan Kraton Mataram Surakarta, sebenarnya sudah terjalin kembali begitu hangat sejak KGPH Hangabehi jumeneng nata sebagai Sinuhun PB XIII menggantikan ayahandanya Sinuhun PB XII pada tahun 2004. Karena saat itu, warga Paguyuban Kawula Karaton Surakarta (Pakasa) “Gebang Tinatar” di Provinsi Jawa Timur ini, mengerahkan segala kekuatan untuk mendukung jumenengnya putra tertua Sinuhun PB XIII itu, mengingat saat itu (sebelum Agustus 2004-Red) KGPH Tedjowulan gigih mendahului jumeneng nata sebagai Sinuhun PB XIII di luar kraton.
Tampilnya kembali warga Pakasa Cabang (Kabupaten) Ponorogo yang juga mengambil nama Gebang Tinatar sebagai identitas pengurus cabang organisasai di tahun 2004 itu, jelas punya banyak makna dan jelas tidak ada yang sia-sia. Karena itu merupakan bentuk penegasan kembali kesetiaan warga Pakasa dan masyarakat lebih luas lagi di Kabupaten Ponorogo, dalam mengabdi dan mendukung eksistensi Kraton Mataram Surakarta sebagaimana secara historis telah dibuktikan saat Sinuhun PB II hendak memindahkan Ibu Kota “nagari” Mataram dari Kartasura ke Surakarta.
Peristiwa penegasan sikap warga Pakasa Ponorogo itu menjadi awal terpeliharanya hubungan silaturahmi kekerabatan, bahkan terus meningkat intensitas dan kualitasnya sampai terbentuk pengurus baru Pakasa Cabang Ponorogo yang diketuai KRA MN Gendut Wreksodiningrat. Hubungan yang terus dipupuk dan dipelihara, menjadikan kualitas kekeluargaan antara Kraton Mataram Surakarta dan Pakasa Ponorogo makin meninggkat, bahkan kuantitas kegiatannyapun juga semakin beragam, dalam suasana gotong-royong saling mendukung, seperti yang sudah dimulai dalam peringatan hari Jadi Kabupaten Ponorogo selama lima tahun kepemimpinan Bupati Ipong Muchlisoni, diteruskan Bupati Sugiri Sancoko (2019-2024), meski terhalang pandemi Corona selama 2 tahun.
Festival Reyog Desa

“Format berbagai event khususnya kirab budaya seperti yang menjadi tanggungjawab kami sekarang ini, sebenarnya sudah mulai mapan setelah berjalan 5 kali pada masa jabatan Bupati sebelumnya (2014-2019). Saat berganti Bupati yang sekarang ini, pasa ada pandemi. Sudah 2 tahun tidak bisa diselenggarakan lagi. Baru di tahun 2022 ini event dalam rangka Hari Jadi ke-526 Kabupaten Ponorogo kembali bisa digelar. Ya, seperti mengulang dari awal lagi. Tetapi, setelah jalan kemarin itu, bisa kembali rapi format dan jalannya kirab,” papar KRAT Suro Agul-agul selaku koordinator kirab Panitia Grebeg Suro hari jadi, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Selain format event semakin beragam dan semakin rapi, khususnya prosesi kirab, setiap jenis kegiatan juga semakin terarah fokus dan berkualitas, serta bisa melibatkan berbagai elemen masyarakat setempat dan dari luar wilayah kabupaten semakin banyak. Sebagai contoh kirab budaya untuk “bedhol” tiga pusaka peninggalan semasa Sinuhun Paku Buwana (PB) II, yaitu berupa songsong (payung) dan dua tombak yang digelar Kamis malam (28/7) sampai Jumat dini hari (29/7), sudah bisa disebut bagian event yang luar biasa.
Kegiatan itu adalah urutan hari ke-8 dari rangkaian acara yang digelar mulai 21 Juli hingga 10 Agustus ini, dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-526 Kabupaten Ponorogo yang jatuh tepat tanggal 11 Agustus, yang sekaligus dirangkai dengan berbagai kegiatan untuk menyambut datangnya Tahun Baru Jawa Ehe 1956 bersamaan Tahun Baru Islam 1444 Hijriyah tepat tanggal 1 Muharam. Setiap hari sejak tanggal 21 Juli, selalu ada kegiatan mulai dari pameran, bursa Tosan Aji dan seminar tentang keris, pameran bonsai, Festival Reyog Ponorogo, kirab budaya dan jamasan pusaka, pentas seni, bazar dan pasar malam, Gelar Reyog Desa se-kabupaten, upacara hari jadi dan sebagainya.
Tiga Ribu Orang

“Saya melihat antusiasme pengunjung luar biasa. Baik warga Ponorogo sendiri, maupun dari daerah sekitar kabupaten. Ini merupakan puncak kemeriahan dalam rangka memeriahkan hari jadi dan menyambut Tahun Baru Islam maupun Tahun Baru Jawa. Ekspresi masyarakat benar-benar ditumpahkan sejak tanggal 21 Juli hingga kini. Dan kami harapkan tetap ikut menyambut kegiatan-kegiatan sampai penutupan nanti. Masih ada dua jenis acara yang kami perkirakan menyedot perhatian seluruh masyarakat, baik dari Ponorogo maupun dari luar kabupaten. Yaitu kirab budaya dan gelar reyog, tanggal 10 dan 11 Agustus,” jelas KRAT Suro.
Gelar event selama 20 hari sejak tanggal 21 Juli hingga tanggal 11 Agustus nanti, tentu saja melibatkan orang dalam jumlah banyak, baik kalangan panitia penyelenggara dan pelaksananya, maupun yang terlibat dalam setiap jenis kegiatan. KRAT Suro Agul-agul selaku Ketua Paguyuban Reyog Pakasa Kraton Surakarta Mataram Hadiningrat (Katon Sumirat) yang juga Sekretaris Pakasa Cabang Ponorogo, tentu memiliki potensi sumber daya manusia warga Pakasa yang bisa dilibatkan dalam mendukung berbagai acara itu.
Tiap jenis kegiatan yang bersifat massal seperti kirab budaya yang jumlahnya sampai 3 kali itu, sekali kirab pihaknya mengerahkan sampai 1.500 warga Pakasa. Bila kirabnya sampai dua kali dalam sehari, berarti dalam sehari itu dikerahkan 3 ribu warga. Selaku koordinator agenda acara kirab, pihaknya selalu merangkul berbagai elemen masyarakat setempat, mulai dari pramuka, Banser Ansor, komunitas-komunitas adat hingga warga Pakasa dari luar daerah seperti Magetan, Trenggalek dan dari wilayah “Mataraman” lainnya.
Jadi Pemandu Kirab

“Ya, sluman-slumun-slamet saja. Di tengah keberanian untuk mewadahi antusiasme yang luar biasa untuk ikut ambil bagian dalam event besar ini, sebenarnya kami juga mendengarkan pertimbangan yang mengkhawatirkan. Karena, ini masih di penghujung pandemi. Tetapi, kami juga selalu menekankan protokol kesehatan. Meskipun kebanyakan acara yang kami kelola, berada di ruang terbuka. Tetapi, ini sudah berjalan lebih separo dan lancar-lancar saja. Mudah-mudahan Allh SWT tetap memberu ridhanya, hingga seluruh rangkaian acara peringatan hari jadi insyaallah berjalan lancar, aman dan tanpa ada kendala apapun sampai penutupan,” pinta KRAT “Sunarso” Suro Agul-agul.
Hal yang berkait dengan hubungan kraton, dukungan diberikan GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA), juga KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer Pakasa, berupa pengiriman beberapa bregada prajurit kraton termasuk bregada prajurit Korsik Drumb Band sekitar 50-an orang dan sekitar 20 penari Prawira Watang. Para prajurit kraton memimpin kirab “bedhol” pusaka dari rumah dinas bupati untuk disanggarkan di makam Bathara Katong, di Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Ponorogo.
“Jumat malam, tepat menjelang 1 Sura, digelar kirab boyong pusaka, dari makam dikembalikan ke rumah dinas. Sebelum dikirabkan untuk kembali ke rumah dinas, tiga pusaka itu dijamasi. Yang njamasi, di antaranya Kanjeng Gendut (KRA MN Gendut Wreksodiningrat/Ketua Pakasa Cabang-Red). Korp musik drumb band prajurit kraton diagendakan masih akan menjadi pemandu kirab puncak hari jadi, 11 Agustus mendatang,” tambah KRAT Suro. (Won Poerwono-bersambung/i1)