Abdidalem  Pengurus Takmir Masjid Ciptomulyo Dilantik Karaton Mataram Surakarta

  • Post author:
  • Post published:May 26, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read

Upacara Wisuda dan Penyerahan Kekancingan Digelar di Pendapa Masjid

BOYOLALI, iMNews.id – Sekitar 60 abdidalem pengurus takmir kagungandalem Masjid Agung Ciptomulyo yang ada di Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, tadi pagi diwisuda karena mendapatkan kekancingan gelar kekerabatan dari Keraton Mataram Surakarta, melalui Lembaga Dewan Adat (LDA) yang diketuai Gusti Moeng. Upacara wisuda berlangsung di pendapa masjid, yang diikuti pula pelantikan dan penetapan pengurus takmir dan lagu Indonesia Raya juga bergema dari ruang pendapa tersebut.

“Sebelum terbentuk Kabupaten Boyolali yang kita kenal sekarang, Pengging itu dulunya adalah wilayah kabupaten dari Nagari Mataram saat ber-Ibu Kota di Kartasura (1677-1745). Bupati I Kabupaten Pengging adalah KRT Padmanagara. Beliau sebelumnya Bupati Pekalongan di zaman eyang Sinuhun Amangkurat Agung (1645-1677), saat Mataram ber-Ibu Kota di Kerta sebelum pindah ke Kartasura yang diteruskan antara lain Sinuhun PB I dan PB II. Beliau adalah leluhur saya dari garis ibu”.

PELANTIKAN PENGURUS : KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer Pakasa mewakili Keraton Mataram Surakarta saat melantik abdidalem pengurus takmir masjid di serambi kagungandalem Masjid Agung Ciptomulyo di Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali,  Kamis (26/5) tadi pagi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Maka, sekarang saya harus mempererat tali silaturahmi dengan masyarakat Pengging. Agar bisa meneruskan syi’ar Islam dan melestarikan Mataram Surakarta sebagai Mataram Islam, melalui Masjid Agung Ciptomulyo ini. Karena Pengging telah melahirkan para Pujangga Jawa/Surakarta, maka saya harap tiap malam Jumat ada kegiatan macapat menggali Serat Wulangreh karya Sinuhun PB IV (1788-1820),” harap GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA yang akrab disebut Gusti Moeng, saat memberi sambutan seusai upacara wisuda abdidalem penerima kekancingan, tadi siang.

Upacara wisuda di kagungandalem Masjid Agung Ciptomulyo  yang dibangun pada zaman Sinuhun PB X (1893-1936) mulai pukul 09.30 hingga 11.00 WIB itu, sungguh sangat beda dan lain dari biasanya yang dilakukan Keraton Mataram Surakarta melalui LDA yang dipimpin Gusti Moeng, apalagi lagu Indonesia Raya dikumandangkan dari serambi masjid itu yang dinyanyikan bersama dengan sikap sempurna. Sedangkan upacara wisuda yang dilakukan di berbagai daerah di wilayah Provinsi Jateng dan Jatim, kebanyakan digelar di pendapa kabupaten setempat atau tempat lain yang difasilitasi Pakasa cabang setempat.

BERGEMA DI MASJID : Lagu Indonesia Raya bergema di kagungandalem Masjid Agung Ciptomulyo yang terletak di Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Kamis (26/5) tadi pagi. Dipimpin seorang abdidalem Pakasa yang bertindak sebagai dirigen, semua yang hadir mengenakan busana adat Jawa, bersama-sama mengumandangkan lagu kebangsaan itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Namun, untuk wisuda 60 abdidalem pengurus takmir masjid itu kali ini digelar di serambi kagungandalem Masjid Agung Ciptomulyo, satu di antara sejumlah masjid yang rata-rata dibangun pada masa Sinuhun PB X. Termasuk kagungandalem masjid yang ada di kompleks makam Ki Ageng Selo, di Kabupaten Grobogan dan masjid agung Ciptosidi di Langenharjo, Grogol, Sukoharjo, rata-rata dilengkapi abdidalem takmir masjid, pesantren dan sebidang tanah berupa sawah atau tegal yang dimaksudkan agar digarap dan hasilnya untuk kesejahteraan abdidalem takmir dan pesantren.    

Dalam kesempatan siang itu, setelah Gusti Moeng dan KPHA Sangkoyo Mangunkusumo bergantian menyerahkan partisara kekancingan kepada para wisudawan, KPH Edy Wirabhumi  juga menyampaikan sambutan selaku Pangarsa Punjer Pakasa setelah mengalungkan samir. Sambutan diberikan setelah melantik dan menetapkan abdidalem pengurus takmir Masjid Agung Ciptomulyo, mewakili Keraton Mataram Surakarta. “Dari penjelasan Gusti Moeng tadi, jelaslah bahwa masyarakat Pengging ini sebenarnya bukan orang lain. Tetapi bagian dari kami, karena leluhur Gusti Moeng (garis wanita-Red) dari sini. Kita semua adalah satu-kesatuan dalam kekerabatan,” tandasnya. (won-i1)