Disambut Seperti Kedatangan Bupati, Warga Sibuk Siapkan Tenda dan Jamuan
GROBOGAN, iMNews.id – Di antara sejumlah agenda ”nyadran” yang diselenggarakan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakata di bulan ”Ruwah sejak awal Maret lalu, mungkin berziarah atau ritual ”nyekar” (tabur bunga) di sejumlah makam leluhur Dinasti Mataram yaitu Ki Ageng Selo dan Ki Ageng Katong di kecamatan berbeda di Kabupaten Grobogan, Kamis 24/3), merupakan safari nyadran yang meriah. Yang di Desa Selo, Kecamatan Tawangaharjo, warga sekitar makam Ki Ageng Selo dikejutkan dengan suara drumband prajurit keraton yang mengarak rombongan Gusti Moeng, sedang di Desa Katong, Kecamatan Toroh, rombongan Gusti Moeng disambut warga setempat mirip menyambut kedatangan Bupati.
Dua dari 5 lokasi yang masuk agenda safari nyadran LDA di wilayah Kabupaten Grobogan, Kamis (24/3), menjadi tampak spesial dan meriah. Berkeliling 5 kompleks makam leluhur Dinasti Mataram yang tersebar di dua kecamatan itu, merupakan bagian dari agenda ”nyadran” atau Ruwahan yang dilakukan Gusti Moeng selaku Ketua LDA bersama rombongan, setelah menjalani agenda nyadran di kompleks makam leluhur yang tersebar di beberapa kabupaten dan provinsi, mulai awal bulan hingga Kamis (24/3) kemarin..
Nyadran di beberapa tempat seperti Astana Pajimatan Imogiri (Bantul-DIY), Astana Pajimatan Tegalarum (Kabupaten Slawi/Tegal), Kutha Gedehe, kompleks makam Ki Ageng Henis (Solo), makam Sri Makurung Handyaningrat, Yasadipuran dan sebagainya di Kabupaten Boyolali, makam Bathara Katong dan beberapa lokasi makam leluhur di Kabupaten Ponorogo, Jatim (iMNews.id, 22/3), hingga di Kabupaten Grobogan, Kamis (24/3) kemarin, Gusti Moeng memimpin rombongan beberapa elemen di LDA, seperti Pakasa, Putri Narpa Wandawa dan kalangan sentana, abdidalem dan beberapa putri dan wayahdalem, termasuk beberapa bregada prajurit termasuk Korsik drumband.
Di Kabupaten Grobogan, lokasi pertama yang diziarahi adalah makam Ki Ageng Selo yang menurunkan raja-raja Dinasti Mataram, sejak berIbu Kota di Kutha Gedhe (1588), Plered (1677), Kartasura (1703) hingga Surakarta mulai tahun 1745. Juru kunci makam KRT Rokhim Rekso Hastono membenarkan penuturan warga setempat, bahwa kompleks makam di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo itu paling banyak dan sering diziarahi masyarakat dari berbagai daerah, bahkan dari luar Jawa.
”Mungkin banyak yang melihat lewat YouTube atau yang lain, yang berziarah ke sini menyatakan melihat cungkup makam yang bagus, masjid yang tampak kuno dan banyak yang tertarik melihat api abadi. Api abadi ini yang banyak menarik perhatian peziarah dari luar Jawa,” ujar KRT Rokhim Rekso Hastono menjawab pertanyaan iMNews.id di sela-sela memandu Gusti (GKR Ayu Koes Indriyah ) dan Gusti Timoer (GKR Timoer Rumbai Kusumadwayani), di teras belakang cungkup makam Ki Ageng Selo, kemarin.
Upacara adat nyadran di kompleks makam Ki Ageng Selo yang dilakukan dengan tatacara kirab, merupakan kali pertama LDA menyertakan beberapa bregada prajurit termasuk drumband Korsip untuk memimpin kirab dari halaman warga di luar kompleks makam. Maka tidak aneh, warga sekitar dan para peziarah makam tampak terkejut mendengar hebohnya bunyi drumband prajurit Korsik dan suara lantang sang manggala (komandan) KRAT Pradnjono Reksoyudo memberi aba-aba pasukannya saat kirab menuju makam sejauh 200 meter itu.
Di makam Ki Ageng Selo, ritual nyadran dilakukan dengan tatacara keraton, yaitu dengan doa, dzikir dan tahlil dengan shalawat Sultanagungan dan syahadat Quresh. Doa dan tahlil dipimpin abdidalem juru suranata MNg Irawan Setyo Pujodipura, didukung sejumlah warga Pakasa Cabang (Kabupaten) Grobogan. Sehabis itu, diteruskan dengan tabur bunga, bergantian dari Gusti Moeng, Gusti Ayu, Gusti Timoer, KGPH Mangkubumi (putra mahkota) dan para sentanadalem.
Dari makam Ki Ageng Selo, rombongan dibagi dua untuk menziarahi empat kompleks makam berjauhan, yaitu makam kompleks Ki Ageng Tarub dan makam Nyi Ageng Sobo masih di Kecamatan Tawangharjo, makam Ki Ageng Getas Pandawa dan makam Ki Ageng Katong yang berada di kecamatan yang sama, yaitu Kecamatan Toroh. Di makam Ki Ageng Katong, Gusti Moeng meminta tahli dipimpin abdidalem juru junci KRT Jonggol Hadiredjo, lalu nyekar.
Kedatangan Gusti Moeng dan rombongan disambut warga yang mirip menyambut bupati dan sebuah spanduk sambutan yang dipasang di teras makam. Kepala Desa Katong, Sukarsono beserta jajarannya, petugas Babinsa serta petugas dari Koramil, bergotong-royong mendirikan tenda di tengah perempatan depan makam, untuk menyambut dan jamuan makan menu khas desa yang justru tampak sedap disantap semua yang hadir. Selesai itu, Gusti Moeng dan semua yang hadir, didaulat berfoto bersama. (won-i1)