Warga Pakasa Banjarnegara Gelar Wilujengan Suran di Makam Adisara

  • Post author:
  • Post published:August 28, 2021
  • Post category:Regional
  • Post comments:0 Comments
  • Reading time:5 mins read

Menyesuaikan Aturan Protokol Kesehatan Selama PPKM

BANJARNEGARA, iMNews.id – Warga Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) Cabang (Kabupaten) Banjarnegara kembali menggelar ritual rutin tiap tahun untuk menyambut datangnya Tahun Baru Jawa, 1 Sura Tahun Alip 1955. Ritual wilujengan Suran itu berlangsung di kompleks Makam Adisara, tempat Syeh Abdulrachman atau Sunan Kalijaga bersemayam di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Kamis siang (26/8).

”Wilujengan Suran ini kami selenggarakan bersama warga Pakasa cabang, untuk memaknai berdirinya Keraton Mataram Surakarta tanggal 17 Sura Tahun Alip 1955 yang jatuh tanggal 26 Agustus. Walau dalam suasana PPKM (level III), kami gelar wilujengan sesuai protokol kesehatan yang berlaku. Semua beayanya swadaya warga Paksa cabang,” ujar KRAT Eko Budiharto Tirtorumekso selaku Ketua Pakasa cabang, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi siang.

PESTA KULINER TRADISI : Setiap datang ritual menyambut Tahun Baru Jawa 1 Sura dan peringatan berdirinya Mataram Surakarta 17 Sura, artinya ”pesta kuliner tradisi” bagi warga Pakasa cabang Banjarnegara. Dan uniknya, aneka menu kuliner tradisi itu dibungkus daun pisang dan dijejer sepanjang jalan menuju makamMakam Sunan Kalijaga di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja, Kamis siang (26/8). (foto : iMNews.id/dok)

Disebutkan, kegiatan upacara adat rutin yang dilakukan tiap tahun oleh warga Pakasa Cabang Banjarnegara ini, untuk kali kedua selama pandemi setelah 2020 lalu. Semua dibiayai dengan dana swadaya murni warga Pakasa setempat, meski terkesan ”diam-diam” atau nyaris tanpa publikasi, agar tidak mengundang kedatangan warga yang berpotensi menjadi kerumunan dan menjadi klaster penyebaran virus.

Untuk upacara adat wilujengan Suran memaknai datangnya tanggal 17 Sura sebagai hari lahir ”nagari” Mataram Surakarta itu, dilakukan larap selambu atau pergantian selambu penutup makam Syeh Abdulrachman atau Sunan Kalijaga. Karena tokoh di antara Wali Sanga (9) itu, dikenal sangat masif tetapi halus ketika melakukan syi’ar Islam di Tanah Jawa, hingga cara-caranya mengkolaborasikan antara ajaran Islam dan Jawa, ditiru dan ”dipatenkan” oleh raja Mataram Islam pertama, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang di antaranya berupa kalender Jawa sebagai gabungan antara kalender Hijriyah dan Saka.

TEMPAT UPACARA : Di kompleks Sunan Kalijaga di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Ketua Pakasa cabang setempat KRAT Eko Budiharto Tirtorumekso menyampaikan sambutan tentang makna Tahun Baru Jawa 1 Sura dan peringatan berdirinya Mataram Surakarta 17 Sura, mengawali wilujengan, larap selambu dan jamasan pusaka, Kamis siang (26/8) itu. (foto : iMNews.id/dok)

Upacara adat larap selambu yang berlangsung sesudah doa, tahlil dan dzikir di kompleks makam, dipimpin KRAT Eko bersama para pengurus dan warga Pakasa  cabang. Dalam kesempatan itu, dia memberi sambutan sambilo mengutip inti sambutan yang disampaikan Gusti Moeng selaku Ketua LDA, dalam ritual peringatan 285 tahun (Jawa) atau 276 tahun (Masehi) adeging ”nagari” Mataram Surakarta yang berlangsung di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Rabu sore (25/8).

”Mugi-mugi kula lan panjenengan sami dados titah ingkang saget njagi iman lan taukhid. Kekalihipun mugi saget kawujudaken wonten tata lahir lan batin, tumuju tarekat makrifat lan hakekat. Kanti menika, mugi-mugi kula lan panjenengan sami saget nglestantunaken budaya, lan tansah eling dateng leluhur lan mula-bukanipun”.

”Ketua LDA, Gusti Moeng, sampun negasaken, menawi nagari Mataram Surakarta mboten wonten, Keraton Jogja, Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman mboten bade wonten. Mugi-mugi sadaya sami dipun emutaken mula-bukaipun,” ujar KRAT Eko sebelum giliran Kades Gumelem Kulon, Arief Mahbud mendapat kesempatan menyampaikan sambutan.

MAKAM SUNAN GESENG : Sebelum sampai di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa Keraton Mataram Surakarta, Rabu siang (25/8), KRAT Eko Budiharto Tirtorumekso (Ketua) bersama rombongan Pakasa Cabang Banjarnegara berziarah di makam Sunan Geseng di Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. (foto : iMNews.id/dok)

Bulan Sura bagi warga Pakasa Banjarnegara, juga penuh aktivitas untuk memaknainya, meskipun dalam suasana keterbatasan akibat pandemi untuk tahun kedua kali ini. Karena, banyak situs peninggalan sejarah yang berkait dengan leluhur Mataram, terutama eksistensi ”nagari” Mataram Surakarta yang berusia 200 tahun beribukota di Surakarta Hadiningrat (1745-1945.

Selain kompleks Makam Adisara, juga ada kompleks makam para leluhur Mataram, termasuk kompleks makam di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan yang pernah dijadikan tempat untuk menyanggarkan ”Kembang Wijayakusuma”, sehabis dipetik dari pulau Nusakambangan. Kembang yang diyakini hanya tumbuh di pulau yang selama ini jadi tempat menghukum para napi itu, adalah wajib dipetik/dimiliki seorang raja Mataram Surakarta, bahkan sejak Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma.  

”Berkait dengan aktivitas menyambut 1 Sura itu juga, saya dan rombongan berziarah ke kompleks makam Wali Sunan Geseng (Ki Tjakra Djaja) di Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Karena, makam itu termasuk makam leluhur saya. Jadi, dalam perjalanan dari Banjarnegara menuju Solo, Rabu pagi (25/8) itu, saya menyempatkan ziarah ke makam eyang Sunan Geseng,” tutur KRAT Eko yang punya catatan keluarga berasal dari trah Sunan Geseng. (won)

Leave a Reply