Banyak Penderita yang Kurang Imun Diduga Karena Psikisnya Lemah
IMNEWS.ID – Keragaman hayati baik aneka tumbuh-tumbuhan maupun yang hidup di perairan Indonesia, bila diteliti secara ilmiah banyak yang bisa dijadikan obat penyembuh infeksi virus dalam tubuh manusia, semisal jenis Covid 19 atau varian-variannya. Namun, untuk menjadi obat apalagi herbal, perlu memenuhi benyak persyaratan, banyak faktor yang harus diuji serta harus memenuhi berbagai standar peraturan seperti yang dipersyaratkan WHO, BPOM dan mungkin faktor kehalalannya (MUI-Kemenag).
”Negara-negara yang berada di bawah garis khatulistiwa seperti Indonesia, saya yakin ditumbuhi aneka tanaman yang bisa dijadikan obat berbagai macam penyakit, Termasuk untuk infeksi akibat serangan virus seperti Covid 19. Karena, nenek-moyang kita dulu bisa menemukan obat untuk berbagai penyakit, juga dari tanaman yang tumbuh di alam bebas,” tunjuk KRT Hendri Rosyad Wrekso Puspito (62), pemerhati budaya Jawa dan Keraton Mataram Surakarta dari sisi spiritual kebatinan, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Menurut praktisi pengobatan dengan metode holistik yang pernah aktif di tahun 1990-2000an itu, menghadapi pandemi Corona seperti sekarang ini, sebenarnya Indonesia memiliki potensi secara alamiah untuk bisa mengurangi laju penyebarannya. Yaitu faktor ketersediaan kekayaan hayati terutama yang berupa aneka tanaman obat herbal, yang bisa digunakan untuk menambah imun tubuh seseorang dan bahkan mengobati infeksi akibat virus Corona, terutama bagian paru-paru yang kebanyakan diserang.
Berikut, adalah ketersediaan potensi tenaga ahli kesehatan di luar disiplin dokter untuk terapi psikisnya, karena pengetahuannya diperoleh secara turun-tumurun dari nenek-moyang, bahkan sejak zaman Majapahit. Sebab, para ahli di bidang pengobatan berbagai penyakit pada zaman kerajaan, bahkan sebelum Majapahit, bisa dipastikan menjadi bagian dari potensi sistem kelembagaan kerajaan atau setidaknya menjadi mitra kerajaan.
Namun mengenai pengetahuan pengobatan di luar bidang kedokteran itu, diakui KRT Hendri tidak bisa berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu yang mandiri di Indonesia. Tetapi, banyak pengetahuan di bidang pengobatan ini, sudah diadopsi disiplin ilmu psikologi yang dimiliki di sejumlah universitas di dalam dan luar negeri, karena banyak psikiater yang dilibatkan dalam penanganan segala macam gangguan kesehatan, seperti akibat pandemi Corona yang melanda dunia termasuk Indonesia saat ini.
”Jadi sebenarnya, apa yang pernah saya lakukan selama 15-an tahun sampai awal tahun 2000-an dulu, juga menjadi bagian Satgas Penanganan Covid 19 sekarang ini. Karena Satgas juga merekrut profesi psikiater. Untuk mendeteksi dan memberi masukan pemerintah. Karena pesan-pesan untuk meningkatkan imunitas, perlu diperkuat faktor psikisnya. Selain untuk pencegahan, juga diperlukan saat pengobatan pasien Covid 19 di rumah sakit”.
”Intinya, agar imunitas dalam tubuh meningkat, agar mempercepat kesembuhan. Pengetahuan seperti ini, dulu menjadi satu dengan pengetahuan tentang obat herbal, yang asalnya dari kearifan lokal. Sedangkan Nusantara, isinya adalah keraton-keraton sumber kearifan lokal itu,” papar KRT Hendri yang mengaku pernah praktik pengobatan motode holistik lebih 5 tahun di Bali, dan banyak mengobati wisatawan bule yang datang ke Pulau Dewata itu.
Hal yang mengenai obat-obatan herbal atau ramuan jamu, seharusnya Indonesia bisa mencontoh China yang miliki aset kekayaan dan pendapatan dari ilmu pengetahuan tentang obat herbal dari kekayaan hayatinya. Padahal, Indonesia yang berada di bawah garis khatulistiwa, diyakini KRT Hendri jauh lebih kaya memiliki aneka jenis tumbuh-tumbuhan yang bisa digunakan untuk obat, termasuk akibat infeksi virus yang menyerang paru-paru dan saluran pernafasan seperti virus Corona.
Namun, baik potensi obat-obatan secara alamiah maupun pengetahuan tentang pengobatannya yang menggunakan unsur-unsur spiritual kebatinan itu, faktanya tidak bisa berkembang baik apalagi diakui sebagai bagian dari sistem kesehatan, pengobatan dan parmasi di Tanah Air. Mungkin saja, harus memerlukan proses dalam waktu yang sangat panjang untuk mendapatkan hasil yang memenuhi segala standar, baik sebagai obat maupun pengetahuan yang mandiri untuk mengatasi gangguan kesehatan manusia di Indonesia.
”Karena, Indonesia lebih dulu menggunakan standar yang ditentukan lembaga-lembaga resmi di bidangnya. Dan semua itu sudah berada dalam sistem yang baku, dan dilengkapi berbagai dasar hukumnya. Sedangkan obat-obat herbal dan pengetahuan spiritual untuk pengobatan, kelihatannya belum banyak diteliti. Tetapi, ketika nenek-moyang kita menemukan kunyit sebagai obat, bukan berasal dari uji laborat dan disiplin pengetahuan kedokteran. Asalnya dari spiritual kebatinan yang menjadi bagian kearifan lokal,” tandas KRT Wrekso yang memilih mendengarkan saran anak-anaknya, untuk pensiun dari praktik pengobatan yang metodenya penggabungan antara terapi psikis (spiritual) dan pisik (minum jamu) itu. (Won Poerwono)