Hari Ini, Rombongan Bebadan Kabinet 2004 Ziarah ke Astana Pajimatan Imogiri

  • Post author:
  • Post published:September 19, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Hari Ini, Rombongan Bebadan Kabinet 2004 Ziarah ke Astana Pajimatan Imogiri
WAKIL KELUARGA : KPP Danurwendo dan KPH Bimo Djoyo Adilogo menjadi wakil keluarga dari Kangjeng Ratu Ageng saat ritual peringatan khol wafatnya digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata dan dipimpin Gusti Moeng, Kamis sore (18/9) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Setelah Menggelar Khol Wafat Kangjeng Ratu Ageng di Bangsal Smarakata, Kemarin

SURAKARTA, iMNews.id – Jumat (19/9) siang ini rombongan sekitar 100 orang dari Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng, mengadakan ziarah di makam Kangjeng Ratu Ageng di Astana Pajimatan Imogiri, Bantul (DIY). Ziarah di kompleks makam Sinuhun PB XII itu dilakukan setelah Kamis (18/9) sore digelar ritual khol wafat istri Sinuhun PB XII, ibunda Sinuhun PB XIII itu.

Upacara adat khol wafat ibunda Gusti Moeng dan sembilan saudaranya di Bangsal Smarakata, sore kemarin, dihadiri lebih dari 100 orang kerabat keluarga besar dan beberapa elemen yaitu Putri narpa Wandawa dan Pasipamarta. Para kerabat sentana hampir semuanya adalah pejabat jajaran Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA), yang tampak hadir selain keluarga dekat.

SAMBUTAN PENGANTAR : Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LSA, memberi sambutan pengantar ritual khol peringatan wafat Kangjeng Ratu Ageng yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata, Kamis sore (18/9) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Namun dari keluarga dekat putra-putri berjumlah 10 orang yang lahir dari Kangjeng Ratu Ageng, semalam hanya kelihatan KGPH Puger selain Gusti Moeng. Sampai kali kesekian Bebadan Kabinet 2004 menggelar khol wafat almarhumah, belum sekalipun dihadiri Sinuhun PB XIII. Dari 10 putra/putri itu, GKR Ayu Koes Indriyah termasuk paling rajin hadir, meskipun semalam tidak kelihatan, juga KGPH Madu Kusumonagoro.

KGPH Puger semalam masih kelihatan, BRAy Arum Kusumopradopo dan ibunya yang mewakili keluarga KGPH Madu Kusumonagoro. Dari 10 putra/putri Kangjaneg Ratu Ageng, kini tinggal dua putri di antaranya Gusti Moeng dan empat putra yaitu Sinuhun PB XIII, KGPH Puger, KGPH Benowo dan KGPH Madu Kusumonagoro. Sedangkan wayang-dalem yang tampak, KPH Bimo Djoyo Adilogo, KRMH Suryo Manikmoyo, KRMH Suryo Kusumo Wibowo.

SUASANA RITUAL : Suasana saat berlangsung ritual khol peringatan wafat Kangjeng Ratu Ageng yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata, Kamis sore (18/9) kemarin. Lebih dari 100 kerabat kraton dari beberapa elemen hadir mengikuti pisowanan itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Wayah-dalem atau putra tertua Sinuhun PB XIII yaitu KGPH Hangabehi, semalam tidak kelihatan. Sedangkan 4 putra/putri Kangjaneg Ratu Ageng yang sudah mendahului, adalah KGPH Kusuma Yuda, GKR Galuh Kencana, GKR Sekar Kencana dan GKR Retno Dumilah. KPP Danurwendo dan KPH Bimo Djoyo Adilogo duduk di depan “ambengan” mewakili keluarga besar Kanjeng Ratu Ageng, sementara Gusti Moeng mewakili kelembagaan kraton.

Kamis (18/9) pukul 15.50 doa, tahlil dan dzikir serta shalawat Sultanagungan baru dimulai abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro, setelah mendapat dhawuh langsung dari Gusti Moeng. Sambutan tunggal sebagai pengantar diberikan Pengageng Sasana Wilapa, yang mengungkapkan riwayat singkat Kangjeng Ratu Ageng. Dia menyebutkan, ibundanya diperistri Sinuhun PB XII di tahun 1946 dan wafat di tahun 1979.

MEMIMPIN DOA : Abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro, mendapat tugas memimpin doa, tahlil, dzikir dan shalawat Sultanagungan dalam ritual khol peringatan wafat Kangjeng Ratu Ageng yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata, Kamis sore (18/9) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Sejak kecil, ibu saya itu ikut RAy Darmastuti, ibunda eyang KGPH Hayo Mataram (Rektor ke-1 UNS) di Bangsal Keputren. Ayahanda Kangjeng Ratu Ageng, adalah RT Darmonagoro yang asalnya dari Pujangga Kyai RNg Jasadipoera I. Sedangkan beliau, adalah trah dari Nyi Ageng Ahmad yang masih keturunan RT Padmanagara. Beliau ini adalah ‘canggah’ dari Sinuhun Amangkurat Agung. Jadi jelas sekali alurnya”.

“Rata-rata, dari trah ibu saya ke atas, banyak berkecimpung dan berkarya dalam seni, termasuk sastra (Pujangga). Faktor genetika inilah yang menjadi alasan rata-rata keluarga besar trah saya, untuk tetap melestarikan kraton,” jelas Gusti Moeng dalam bahasa “krama” saat memberi pengantar dan sambutan tunggal ritual khol itu. Dia dan keluarga besar Kanjeng Ragu Ageng, banyak berkecimpung dalam seni tari.

BAHASA JAWA KRAMA : Gusti Moeng saat menjelaskan riwayat singkat Kangjeng Ratu Ageng dalam ritual khol peringatan wafat Kangjeng Ratu Ageng yang digelar Bebadan Kabinet 2004 di Bangsal Smarakata, Kamis sore (18/9) kemarin. Bahasa Jawa “krama”, selalu diutamakan menjadi cara berkomunikasinya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Penjelasan Gusti Moeng secara singkat mengenai riwayat ibundanya, Kangjeng Ratu Ageng, memang nyaris tak ada bedanya dengan fakta yang tampak di Kraton Mataram Surakarta, setidaknya selama Sinuhun PB XII jumeneng nata (1945-2004) dan pasca periode itu hingga kini. Karena, nafas seni budaya selalu ada aktivitasnya dan tidak luput dari sentuhan serta perhatian Gusti Moeng dan keluarga besar seibu.

Berbagai aktivitas kesenian bahkan upacara adat yang di dalamnya ada unsur seninya, banyak didukung oleh sumber daya yang dihimpun dan dimiliki Gusti Moeng. Tak hanya seni tari dan Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton Mataram Surakarta, secara mendasar cabang-cabang seni budaya yang bersumber dari kraton, termasuk berbagai upacara adatnya, banyak digelorakan dengan energi yang diinisiasi Gusti Moeng. (won-i1)