Warga Pakasa Kota Bekasi Menciptakan Desain Batik Jarik “Tulak Balak”

  • Post author:
  • Post published:September 12, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:3 mins read
You are currently viewing Warga Pakasa Kota Bekasi Menciptakan Desain Batik Jarik “Tulak Balak”
KEPADA KGPH HANGABEHI : Produk jarik desain baru dari motif "Tulak Balak", diperkenalkan KRA Joko Murdianto (Ketua Pakasa Cabang Kota Bekasi) kepada KGPH Hangabehi (Pengageng Museum dan Alun-alun Lor) bersamaan dengan event "Jambore Nasional Tosan Aji" di kraton, awal Juli 2025 lalu. (foto : iMNews.id/Dok)

Sudah Diproduksi 100 Lembar, Proses Full Manual Dengan Tulis Canthing

BEKASI (JABAR), iMNews.id – Warga yang juga Wakil Ketua Pakasa Kota Bekas (Jabar), KRAT Prabayaksa Mantranagoro, menciptakan desain baru motif batik untuk “jarik” atau “bebed” (kain-Red) untuk keperluan “Tulak-Balak”. Motif baru yang memadukan unsur-unsur bentuk dari benda yang diyakini masyarakat Jawa punya kekuatan magis untuk “Tulak-Balak” itu, kini sudah diproduksi 100 lembar, proses full manual.

“Jadi, yang menciptakan desain itu warga Pakasa yang juga Wakil Ketua Pakasa Cabang Kota Bekasi. Desainnya memadukan unsur-unsur bentuk benda atau lukisan simbol ‘Tulak-Balak’. Kami sudah mencoba produksi 100 lembar, full manual atau batik tulis. Jatuhnya harga atau nilai jual, Rp 1,5 juta/lembar. Kalau sebesar itu, memang betul yang bisa membeli hanya kalangan tertentu,” ujar KRA Joko Murdianto.

KRA Joko Murdianto Bintoro Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Kota Bekasi, saat dimintai konfirmasi iMNews.id Jumat siang tadi selanjutnya menjelaskan, produksi kedua dengan gabungan antara dua jenis proses, akan segera dilakukan. Dengan proses tulis canthing digabung dengan proses cap/printing, bisa menekan nilai akhir produksinya di bawah Rp 500 ribu, yang lebih mudah dijangkau segala segmen.

UNTUK PANGARSA : KRA Joko Murdianto (Ketua Pakasa Cabang Kota Bekasi) mempersembahkan karya desain motif baru dari “Tulak Balak” untuk KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer) menjelang pembukaan event “Jambore Nasional Tosan Aji” di kraton, awal Juli 2025 lalu. (foto : iMNews.id/Dok)

“Kami sedang mempersiapkan proses separo cap, agar jatuhnya nilai jual nanti bisa Rp 500-an ribu atau mungkin di bawahnya lagi. Dalam situasi ekonomi seperti sekarang ini, kami berusaha bisa menyesuaikan. Yang jelas, produk ‘sinjang Tulak-Balak’ ini untuk kalangan warga abdi-dalem Pakasa dulu. Meskipun bagi masyarakat umum belum tentu membutuhkan. Untuk layanan di luar itu, butuh modal besar,” jelasnya lagi.

Dari produksi pertama 100 lembar, disebutkan sudah habis. Selain mempersiapkan produksi kedua dalam proses berbeda, bersamaan itu sedang disiapkan pula desain “Tulak-Balak” kedua, yang kombinasi gambar atau simbolnya berbeda, misalnya ada gambar “Kala Cakra”. Simbol lukisan ini, mirip senjata pamungkas milik tokoh pewayangan Bathara Kresna, yang juga punya aura menghindarkan segala anasir buruk.

Disebutkan, jarik motif batik “Tulak-Balak” yang diciptakan ini, ikut dipamerkan di sela-sela pameran dan bursa event “Jambore Nasional Tosan Aji” di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, awal Juli lali. Bersamaan itu, juga diterbitkan brosur yang berisi contoh produksi jarik “Tulak-Balak” dan penjelasan historis, makna filosofis, spiritual religi dan nilai-nilai fungsi serta tujuannya.

PUNYA PUJANGGA : Kraton yang dulu dikenal punya banyak pujangga, kini masih puna tokoh penjaga nilai-nilai “kapujanggan” itu. KP Budayaningrat, punya pemahaman yang sangat baik tentang motif-motif baku jarik untuk keperluan upacara adat, termasuk didalamnya jenis motif “Tulak-Balak” di kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di tempat terpisah, KP Budayaningrat, dwija Sanggar Pasinaon Pambiwara yang juga pemerhati Budaya Jawa menjelaskan, sebagai produk Budaya Jawa yang selama ini digunakan kraton sebagai sumbernya, perlengkapan busana adat jelas sudah ada pedoman kaidah baku dan tatacaranya. Kalau menunjuk “sinjang” atau “bebed”, motif yang digunakan kraton ada tiga, yaitu tentang “kesuburan”, “wahyu” dan “tulak-balak”.

“Yang untuk Tulak Balak bisa berupa ‘jarik’ atau ‘bebed’, namanya ‘Bangun Tulak’, ‘Lenga Teleng’ dan berbagai jenis ‘parang’ (Parang Barong, Parang Rusak, Parang Riris dsb), juga “Cakrik Tambal’. Motif ‘Tulak-Balak’, maknanya untuk menjauhkan dari yang tidak baik (jahat), kemudian dilengkapi motif-motif yang mendekatkan dengan aura baik. Misalnya, motif yang membuat rasa tenang dan tenteram,” tambahnya.

Motif batik yang berkait dengan “wahyu” atau kebaikan dari Tuhan YME, bisa dilihat dari jarik batik yang motifnya memakai nama “Wahyu” dan jumlahnya cukup banyak, misalnya “Wahyu Tumurun”. Dengan lahirnya desain baru dari motif “Tulak Balak” itu, kini motif yang punya makna filosofi simbol permohonan keselamatan atau doa dan harapan kepada Tuhan YME itu, semakin bertambah kaya sisi spiritualnya. (won-i1)