Pakasa Cabang Jepara Dukung Kirab Event Haul Bupati Citrasoma I-VII
SURAKARTA, iMNews.id – Kamis Pon (10/7) besok, Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta menggelar ritual ziarah di Astana Pajimatan Imogiri, Bantul (DIY) pagi, dan siangnya dilanjutkan ke Pesanggrahan Parangkusuma, “segara kidul” (laut selatan) hingga selesai. Sementara itu, di hari yang sama Pakasa Cabang Jepara juga mendukung kirab event haul Bupati Citrasoma I-VII.
Informasi dari Kantor Sasana Wilapa menyebutkan, Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) akan memimpin rombongan sekitar 20 orang dari kraton Kamis pagi (10/7) sekitar pukul 08.00 WIB besok. Dari Astana Pajimatan Imogiri, rombongan akan melanjutkan berziarah di Pesanggrahan dan pantai Parangkusuma, “segara kidul”, siang hingga selesai.
Pada hari yang sama, Kamis Pon (10/7) besok, yayasan pamong makam Bupati Jepara Adipati Tjitrasoma I-VII juga menggelar ritual haul wafat tokoh leluhur Dinasti Mataram yang punya hubungan darah dengan Sinuhun PB IX (1861-1893) itu. Pengurus Pakasa Cabang Jepara akan menurunkan 70 orang “pasukannya” yang terdiri beberapa bregada prajurit, untuk memandu kirab.
KP Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) yang dihubungi iMNews.id siang tadi menyebutkan, Pakasa kembali dilibatkan dalam kirab haul Adipati Tjitrasoma (Citrosoma-Red). Kirab yang digelar mulai pukul 14.00 WIB, itu akan dilepas di Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan dan menyusuri jalan tengah kota Kabupaten Jepara.

“Pakasa Jepara akan menerjunkan 70 pasukan yang terdiri dari Bregada Nguntara Praja, Bregada Korsik Sura Praja, Kanca-Kaji dan 1 regu bregada prajurit dari Kodim Jepara. Bregada Kodim akan berkostum hijau khas Bregada Nguntara Praja, bersenjata tombak. Ini merupakan perkembangan baru yang menarik di event haul tahun 2025 ini,” ujar KP Bambang.
Dituturkan, Selasa malam (8/7), seluruh pasukan dari Pakasa mengadakan latihan di depan kompleks makam Desa Sendang. KP Bambang S Adiningrat bertindak selaku “manggala” kirab dalam latihan malam itu dan saat pelaksanaan, Kamis siang besok. Abdi-dalem Kanca-Kaji yang terlibat, bertugas di beberapa bidang terpisah, seperti pembawa pusaka, luwur, dupa dan sebagainya.
“Untuk event kirab haul Citrasoma kali ini, kami belum bisa menghadirkan Kanjeng Gusti (KGPH) Hangabehi seperti yang pernah kami singgung sebelumnya. Tetapi saat event Grebeg Mulud, Agustus nanti, kami berencana ngaturi rawuh beliau. Bahkan juga Gusti Wandan (Gusti Moeng-Red). Karena bersamaan itu akan ada pemecahan rekor jumlah prajurit bertombak,” tambahnya.
Berkait event haul Adipati Citrasoma, KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) mengaku, pengurus cabangnya juga mendapat undangan untuk ikut kirab budaya di event haul, Kamis siang (10/7) besok. Pakasa Kudus dan keluarga besarnya diundang oleh panitia haul, karena sang istri adalah trah darah-dalem Sinuhun PB IX.

“Kami diundang panitia. Karena, event haul tahun ini semua undangan langsung ditangani panitia. Seperti biasa, Pakasa Kudus diundang untuk ikut kirab. Mungkin kami akan membawa rombongan sekitar 30 orang. Panitia penyelenggaranya trah Citrasoma, yang berkaitan dengan trah Sinuhun PB IX. Kebetulan istri saya (KMT Emmy Susilowati) juga trah PB IX,” ujarnya.
Disebutkan, Pakasa Cabang Kudus selama tiga kali dalam sepekan ini menghadiri undangan dari masyarakat ada tiga daerah yang menggelar ritual haul dan menggelar kirab budaya. Pertama kirab di Kecamatan Mayong, Jepara, Senin (7/7), haul Bupati Tjitrasoma di Kecamatan Kalinyamatan (Jepara) Kamis (10/7) dan ketiga haul Pangeran Puger, Jumat (11/7).
“Karena ketiga kirab itu tidak pada hari libur, kami tidak bisa mengajak rombongan banyak untuk kirab. Sebetulnya saat kirab haul wafat Pangeran Puger, Jumat (11/7) besok itu lebih memungkinkan karena lokasinya dekat. Tapi, ya tidak bisa maksimal kalau pas hari libur. Tetapi, panitia haul juga membatasi Pakasa Kudus, hanya 50-60 orang,” ujarnya.
Untuk persiapan kirab haul wafat Pangeran Puger, KRRA Panembahan Didik Singonagoro Didik mengaku juga diundang Ketua Pakasa Cabang Kudus maupun Juru-Kunci II makam Pangetran Puger, untuk hadir di forum rapat yang digelar di masjid dekat makam, Minggu malam (6/7). Yuli Setiawan selaku Ketua Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger yang dikonfirmasi membenarkan peristiwa itu.

“Keseluruhan kegiatannya seperti yang tertera dalam brosur itu. Tahun ini peserta kirab kami perkirakan mencapao 750 orang. Ini berarti bertambah dari kirab haul tahun kemarin yang hanya 550 orang,” ujar Yuli Setiawan. Dalam jadwal, event haul Pangeran Puger digelar sejak Kamis (10/7) besok dengan acara “buka luwur” dan berakhir Sabtu (12/7) pembagian nasi khas haul.
Karena kirab event haul Pangeran Puger digelar Jumat (11/7), KRRA Panembahan Didik Singonagoro menyatakan bisa mengerahkan warga Pakasa cabang antara 50-60 orang yang lengkap membawa properti songsong susun dan replika. Beberapa jenis properti ini merupakan aksesoris kirab yang menjadi ikon khas Pakasa Cabang Kudus yang semakin dikenal luas.
Karena Sabtu (12/7) acara terakhir event haul Pangeran Puger tinggal pengajian dan pembagian nasi khas haul, pengurus Pakasa Cabang Kudus akan mewakilkan beberapa orang utusan. Karena KRRA Panembahan Didik Singonagoro dan rombongan harus hadir dalam pisowanan upacara adat “pengetan adeging nagari Mataram, Surakarta 17 Sura” di kraton, Sabtu malam (12/7).
Di tempat terpisah, bagian logistik panitia peringatan berdirinya Surakarta Hadiningrat menyebutkan, panitia menyediakan “Jenang Suran” yang diperkirkaan cukup untuk sekitar 800 orang abdi-dalem yang sowan. Pisowanan ritual ini memang dibatasi jumlahnya untuk tiap-tiap Pakasa cabang dan elemen lain, misalnya Pakasa Cabang Jepara disebutkan KP Bambang hanya 14 orang.

Ritual peringatan berdirinya Surakarta Hadiningrat 17 Sura (Je 1670) atau 20 Februari (1745), akan digelar Bebadan Kabinet 20024, Sabtu malam (12/7) yang sudah masuk hitungan tanggal 17 Sura di Tahun Dal 1959 ini. Upacara adat yang akan digelar di gedhong Sasana Gandrawina itu, sering disebut ritual “pengetan adeging nagari Mataram Surakarta 17 Sura”.
Pisowanan yang mengundang semua elemen masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta itu, hanya berupa donga wilujengan, tahlil, dzikir, shalawat Sultanagungan dan syahadat Quresh. Seperti biasa, di sela-sela berlangsungnya ritual, akan disajikan musik religi “Laras Madya” atau Santiswaran dari kelompok abdi-dalem setempat. Kisah pindahnya kedhaton, akan dilukiskan dalam tembang macapat. (won-i1)