Senat FT UST Jogja, Siang Tadi Memasukkan Permohonan Melalui Dinsos Pemkot Surakarta
SURAKARTA, iMNews.id – Almarhum Sinuhun (SISKS) Paku Buwana (PB) XII yang berdinas di di TNI (dulu ABRI-Red) dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Letjen TNI Purn-Red), kini sedang dalam proses pengusulan sebagai “Pahlawan Nasional”. Sebuah tim dari Senat Fakultas Teknik (FT) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Jogja, mendapat kepercayaan untuk mengurus itu.
Pagi tadi sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan senat terdiri 15 orang yang dipimpin Dekan Fakultas Teknik (FT) Dr Ir Iskandar Yasin ST MIT CIPM IPM ASEAN Eng langsung datang ke kantor Dinas Sosial Pemkot Surakarta. Kedatangannya untuk menyerahkan berkas permohonan berisi segala persyaratan yang diperlukan untuk keperluan penganugerahan gelar “Pahlawan Nasional”.
“Pengusulannya harus melalui pemerintah daerah setempat, maka kami tadi mendaftarkan dan memasukkan permohonan ke Kantor Dinas Sosial Pemkot Surakarta. Karena, syaratnya harus melalui Pemkot. Seterusnya, berkas itu akan diverifikasi di tingkat Pemprov untuk kemudian masuk ke Kemensos yang memverifikasi, menyidangkan dan menetapkan gelar itu”.

“Kami tim pengusul sudah siap untuk melakukan paparan soal latar-belakang tokoh yang kami usulkan. Setelah kami pelajari, pokoknya luar biasa dedikasi dan jasa-jasa Sinuhun PB XII ini, beserta Kraton Surakarta yang beliau pimpin (1945-2004). Beliau tidak hanya berjasa besar saat lahirnya NKRI, tetapi mengawal perjalanan RI dari awal,” tegas Dr Iskandar.
Penjelasan soal proses pendaftaran dan latar-belakang yang menjadi alasan Sinuhun PB XII itu diusulkan sebagai Pahlawan nasional, disampaikan Dr Iskandar Yasin ketika menjawab pertanyaan beberapa awak media dalam konferensi pers yang digela rdi eks Kantor PB XI, sing tadi. Hal tersebut juga diungkapkan saat melapor Gusti Moeng, seusai dari memasukkan berkas ke Pemkot.
Rombongan datang di kraton sehabis memasukkan berkas permohonan ke Pemkot Surakarta sekitar pukul 11.00 WIB, Selasa (6/5) siang tadi, untuk melapor kepada Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa dan Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA). Ini sesuai dengan agenda perjalanan yang sudah disepakati saat beraudiensi minta doa restu Gusti Moeng di kraton, Senin siang (5/5).

Begitu diterima Gusti Moeng dan jajaran Bebadan Kabinet 2004 dan beberapa tokoh wayah-dalem di eks Kantor Sinuhun PB XI, siang tadi, atas nama pimpinan rombongan Senat FT UST, Dr Iskandar Yasin melaporkan perjalanan tugasnya mendaftarkan dan memasukkan permohonan beserta semua persyaratan Pahlawan Nasional untuk Sinuhun PB XII, melalui Kantor Dinsos Surakarta.
Dalam perbincangan saat melapor Gusti Moeng, Dr Iskandar yang mengaku kagum setelah mempelajari latar-belakang dan perjalanan Sinuhun PB XII serta Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin. Secara spontan ia mengungkapkan begitu besar pengorbanan PB XII pada NKRI, karena sebelumnya dirinya termasuk tidak pernah menyangka akibat minimnya informasi yang didapat.
Dalam perbincangan itu, Gusti Moeng menyatakan sebelumnya tidak pernah ada yang mengusulkan ayahandanya itu sebagai “Pahlawan Nasional”. Walau tidak ada yang “peduli” untuk mengusulkan, baginya dan lembaga kraton, Sinuhun PB XII sudah diakui sebagai “Pahlawan besar”. Meski begitu, kira-kira satu dekade lalu, pernah ada seminar di Jogja ke arah pengusulan.

“Sinuhun PB XII, tidak hanya menjadi ‘kepala negara’ bersama ‘negara’ (kraton) pertama yang mengakui Kemerdekaan RI. Tetapi beliau juga rela berkorban, tetap konsisten untuk mengawal jalannya republik baru (NKRI). Di situlah jasa-jasa besar beliau. Ada 250-an ekor kuda diberikan kepada Jenderal Soedirman untuk ‘bergerilya’ memimpin pasukan”.
“Belum terhitung senjata yang disumbangkan kraton untuk pasukan yang dipimpin Panglima Besar itu. Belum lagi, mobil yang disumbangkan untuk keperluan laskar pasukan. Kalau ada patung Jenderal Besar Soedirman menunggang kuda, itu termasuk mengabadikan kuda sumbangan kraton. Dedikasi dan kerelaan beliau berkorban. Saya sampai merinding riwayat beliau,” ujarnya.
Konsistensi Sinuhun PB XII setelah “rela menggabungkan” wilayah kedaulatan “negara” Mataram Surakarta ke dalam NKRI, lanjut Dr Iskandar dan Gusti Moeng bergantian, juga mengawal republik yang abru lahir hingga Perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, September-Desember 1949. KMB terjadi, karena Belanda dan beberapa negara anggota PBB protes.

“Belanda protes karena masih punya urusan kontrak sewa lahan jangka-panjang dengan ‘negara’ Mataram Surakarta. Kok tiba-tiba ada negara Republik Indonesia lahir? Maka, Sinuhun hadir di KMB, bertanda-tangan untuk meyakinkan pengakuannya atas Kemerdekaan RI. Beliau bahkan berkorban, menjual perhiasan sepenampan penuh, untuk membiayai 300 orang delegasi RI di KMB.
Ada wartawan yang menanyakan kenapa senat fakultas teknik yang menggelar seminar untuk mendapatkan nota akademis sebagai syarat usulan gelar Pahlawan Nasional itu, karena biasanya dilakukan senat fakultas ilmu sosial-politik?. Menurut Iskandar Yasin, senat apapaun bisa melakukan itu, tetapi FT UST punya kajian tentang nilai-nilai kapujanggan karya kraton.
Dari wawancara itu, ditegaskan kembali adanya fakta bahwa Sinuhun PB XII telah mendapatkan penghargaan “Bitang Gerilya” dan pangkat tertinggi sampai akhir berdinas di TNI, yaitu Letnan Jenderal TNI, di atas yang didapat di atas Sri Sultan HB IX, KGPAA Mangkunagara VIII dan KGPAA Paku Alam. Dr Purwadi mengakui, sulit mendapatkan pengusul seperti Senat FT UST itu. (won-i1)