PATI, iMNews.id – Masyarakat Kabupaten Pati ingin menunjukkan nama besar tokoh “Syeh Jangkung” (Saridin) kepada dunia melalui event ritual haul peringatan wafat tokoh itu. Karena, gelar event kirab budaya yang menjadi puncak acara haul ke-384 tokoh leluhur Dinasti Mataram di tahun 2025 ini, mendapat dukungan berbagai pihak dan elemen masyarakat setempat.
Dalam gelar kirab yang diikuti ratusan kelompok peserta dari berbagai elemen masyarakat khususnya Kecamatan Kayen, membuat heboh Desa Landhoh dan wilayah kecamatan hingga kabupaten. Karena, ritual haul digelar dalam beberapa hari dengan berbagai kegiatan yang puncaknya adalah kirab budaya dan ziarah yang tatacaranya dilakukan rombongan dari kraton.
Hasil perbincangan iMNews.id dengan KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) dan RT Mujiono (Sekretaris Yayasan) pengurus makam Syeh Jangkung di sela-sela ritual haul, Sabtu (11/1) kemarin, diperoleh gambaran kekuatan dasar penyelenggaraan event ritual religi itu terletak pada pengurus makam. Kekuatan berikutnya adalah Pakasa Cabang Pati.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2025/01/12asyehjangkung2-won-slo.jpg)
“Haul tahun ini mendapat dukungan masyarakat dari berbagai elemen dan pemerintah lebih besar dibanding tahun lalu. Salah satu contonya, ada keikutsertaan 15 truk sound ‘Horeg’. Mereka itu sepenuhnya sumbangan, sponsor. Makam Syeh Jangkung nomer dua setelah makam Syeh Mutamaqin (Kecamatan Kayen) dalam soal pendapatan dan pengelolaannya,” ujar RT Mujiono.
Disebutkan, makam Syeh Jangkung, tokoh leluhur Dinasti Mataram yang memperistri kakak kandung Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma itu, memang sudah dikenal luas dan diziarahi pendatang dari luar wilayah jauh sejak awal tahun 2000-an. Dalam pengelolaannya, yayasan memberi kemasan daya tarik berupa kirab dan tatacara ziarah (ganti langse) sesuai adat kraton.
Tak hanya tatacara ziarah dan ganti selambu yang sebelumnya sering dihadiri Gusti Moeng beserta beberapa saudaranya yang menambah daya tarik, Gusti Moeng juga sering hadir berada dalam kirab dan tampil di panggung yang dielu-elukan mirip artis. Selain berpidato, dia juga pernah membagikan kekancingan untuk para abdi-dalem warga Pakasa di atas panggung.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2025/01/12asyehjangkung3-won-slo.jpg)
Tetapi, kedatangan Gusti Moeng dan sejumlah cucu dan putri Sinuhun PB XII itu sudah sulit dilakukan sejak 17 Desember 2022, ketika bersama jajaran Bebadan Kabinet 2004 bisa kembali bekerja penuh di dalam kraton. Kesibukan mengurus kraton semakin banyak pekerjaan dan tugas, tetapi sejumlah saudaranya/pimpinan Bebadan banyak yang sudah mendahului tiada.
Seperti untuk memenuhi undangan ritual haul Syeh Jangkung, Sabtu (11/1) kemarin misalnya, Gusti Moeng tak bisa muncul kembali di event itu seperti dalam beberapa tahun sebelumnya. Karena, menjelang ritual tingalan juemengan yang jatuh 6 Februari nanti, tahapan adatnya sudah harus dilakukan sejak beberapa hari lalu, seperti jamasan dan ziarah ke Imogiri.
Kemarin, KP Siswanto Adiningrat (Wakil Pengageng Sasana Wilapa), diutus hadir mewakili di upacara puncak ritual haul di lapangan Desa Landoh, kecamatan Kayen. Dalam sambutannya, KP Siswanto menyampaikan permohonan maaf Gusti Moeng yang tidak bisa hadir dan menyebutkan bahwa tatacara ziarah haul Syeh Jangkung dilakukan sesuai adat Kraton Mataram Surakarta.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2025/01/12asyehjangkung4-won-slo.jpg)
Dalam rombongan dari kraton sebanyak 17 orang itu, LP Siswato disertai dua sentana-dalem yaitu KRMH Saptonodiningrat dan KPP Bambang Kartiko, sentana-garap KP Husodonagoro dan sejumlah abdi-dalem. Selain KRAT Mulyadi Puspopustoko sebagai Ketua Pakasa Pati yang juga “diundang” di acara itu, hadir dua Pakasa cabang tetangga masing-masing bersama rombongan.
Dua Pakasa tetangga itu, adalah cabang Kudus yang dipimpin langsung ketuanya, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro dan Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin langsung ketuanya, KP Bambang S Adiningrat. KRA Panembahan Didik membawa 30-an anggota rombongan menjadi peserta kirab, tetapi Pakasa Cabang Jepara hadir tanpa bregada prajurit dan tidak ikut kirab.
Kirab budaya menjadi daya tarik luar biasa event ritual haul tokoh suami Dyah Retno Djinoli itu, meskipun para peserta kirab tidak identik para peziarah makam. Meski begitu, di sela-sela kesibukan kirab berlangsung, apalagi dihebohkan suara 15 truk sound “Horeg” yang benar-benar memekakkan telinga itu, kegiatan ziarah datang silih-berganti dalam jumlah besar.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2025/01/12asyehjangkung5-won-slo.jpg)
Upacara puncak haul Syeh Jangkung, kemarin tampak terbagi menjadi dua, antara kegiatan ziarah yang diiserta doa, tahlil dan dzikir yang diikuti sebagian besar panitia dan undangan. Kemudian kegiatan kirab diikuti para peserta dari berbagai elemen masyarakat secara terpisah, yang sempat dilepas oleh para pejabat dan rombongan dari kraton sebelum berziarah.
Di dalam upacara, didahului dengan serah-terima uba-rampe ganti selambu dari H Saimun selaku Ketua panitia sekaligus Ketua Yayasan Makam Syeh Jangkung. Dialah yang memimpin doa sebelum uba-rampe selambu diserahkan kepada Kades Landoh, Agus Supriyanto SH, bahkan memimpin doa, dzikir dan tahlil saat berlangsung ziarah di makam Syeh Jangkung.
Di atas panggung, sang pembawa acara masih berulang-ulang menyebut nama GKR Wandansari Koes Moertiyah dan Pj Bupati Pati, walaupun kedua tokoh itu tidak kelihatan di panggung alias tidak hadir. Sebab itu, selain KP Siswanto dan Kades Agus Supriyanto, sambutan lain hanya dari Endah Murwati dari Disporawisata Pemkab Pati yang membacakan sambutan PJ Bupati.
![](https://imnews.id/wp-content/uploads/2025/01/12asyehjangkung6-won-slo.jpg)
Di atas panggung itu, Endah Murwati juga mewakili Pemkab Pati menyerahkan cinderamata kepada Gusti Moeng yang dititipkan kepada KP Siswanto Adiningrat. Begitu upacara selesai, semua jenis “gunungan” yang jumlahnya belasan buah dan berisi aneka macam makanan dan hasil bumi, dibawa ke jalan untuk membentuk barisan, yang kemudian dilepas Kades Landoh.
Suasana haul Syeh Jangkung memang benar-benar heboh dalam beberapa dan pada puncaknya, Sabtu siang (11/1) itu. Selain lokasi makam dan lapangan sebagai start kirab di tengah kampung padat dan gang-gangnya sempit, para pedagang yang mencari rezeki di pasar malam haul juga menyita ruang rute kirab, bahkan harus berdesak-desak dengan penonton dan lalu-lintas.
Peneliti sejarah dari Lokantara, Dr Purwadi (Ketua Pusat) menyebutkan, Syeh Jangkung Saridin adalah tokoh penting bagi Kraton Mataram Islam saat Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma jumeneng nata (1613-1645). Selain sebagai suami kakaknya, Dyah Retno Djinoli, Syeh Jangkung adalah tokoh penasihat Raja atau “paranpara nata” di Ibu Kota Mataram, yaitu Plered. (won-i1)