Pakasa Wajib Jadikan FSBKN (MAKN) dan FKN (FKIKN) Referensi Penting

  • Post author:
  • Post published:December 23, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Pakasa Wajib Jadikan FSBKN (MAKN) dan FKN (FKIKN) Referensi Penting
DEMI FSBKN : Baliho yang terpampang di dekat pilar gerbang Gapura Gladag itu, sudah menunjukkan bagaimana posisi penting Kraton Mataram Surakarta yang selama ini dipercaya menjadi salah satu "sesepuh" 58 kerajaan anggota MAKN maupun FKIKN, yang harus didukung HUT ke-93 Pakasa, demi kemeriahan event FSBKN. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena Menjadi Elemen di Era Baru Kraton Mataram Surakarta

IMNEWS.ID – PERISTIWA sejarah bertemunya Pakasa dengan DPP MAKN dalam event peringatan HUT ke-93 dan Festival Seni Budaya Kraton Nusantara (FSBKN) 2024, sudah berlalu dan menjadi kenangan baik. Bahkan kenangan penting bagi warga Pakasa cabang yang terlibat dalam beberapa acara selama dua hari, 14-15 Desember, baik kirab budaya, dinner dan pentas seni.

“Perkenalan” yang tiba-tiba terjadi antara keduanya (iMNews.id, 22/12), tentu sangat bervariasi pengalaman yang didapat kalangan warga Pakasa cabang. Begitu pula, berbagai hal tentang FSBKN dan MAKN yang bisa dipahami oleh kalangan warga Pakasa cabang, yang tentu sangat bervariasi pula, dan patut dijadikan modal untuk mencari tahu lebih banyak tentang itu.

LEBIH LUAS : Di Sumenep Madura yang memiliki masyarakat adat Kadipaten, pernah digelar event lebih luas dari FSBKN, karena melibatkan masyarakat adat negara-negara di Asia. Event itu dihadiri Jokowi, Presiden RI di tahun 2018. Upaya “pengaburan” posisi kraton itu perlu dipahami warga Pakasa. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Melalui berbagai kesempatan, GKR Wandansari Koes Moertiyah (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) sudah menegaskan, Pakasa akan berpotensi menjadi elemen penting pada posisi perjalanan Kraton Mataram Surakarta di masa depan. Maka Pakasa wajib memahami lembaga MAKN dan FKIKN dan aktivitas masing-masing yaitu, FSBKN dan FKN yang lebih dulu eksis sejak 1994.

Selain menjadi pengalaman yang baik, event itu harus menjadi awal bagi warga Pakasa cabang untuk mengenal lebih dalam dan luas tentang lembaga masyarakat adat lain yang dimiliki kerajaan-kerajaan anggota MAKN atau FKIKN. Bahkan, ke depan referensi soal kerajaan anggota MAKN/FKIKN dan berbagai kegiatan seni/budayanya termasuk FSBKN/FN wajib dimiliki Pakasa.

ERA REFORMASI : Di awal era reformasi di tahun 2002, Festival Kraton Nusantara digelar FKIKN di Kutai Kartanegara (Kaltim), yang dihadiri banyak kerajaan peserta dengan kekuatan kontingen luar biasa, termasuk Kraton Mataram Surakarta. Seandainya Pakasa cabang sudah sekuat sekarang, pasti akan memberi sejarah berbeda. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Referensi tentang kekayaan lembaga masyarakat adat di Nusantara itu, wajib dimiliki warga Pakasa. Tak ubahnya, sebagai warga bangsa di NKRI yang mengenal baik dan jelas latar belakang sejarah nenek-moyangnya di Nusantara ini. Sebagai pengetahuan umumpun akan menguntungkan, apalagi dipahami sebagai referensi bagi warga masyarakat adat Mataram Surakarta.

Pentingnya pemahaman soal sejarah keberadaan masyarakat adat di luar Mataram Surakarta itu, karena Pakasa di abad ini menjadi generasi Pakasa “reborn” yang punya wajah baru yang punya fundamental Budaya Jawa. Pakasa masa kini, perlu banyak juga memahami hal-hal tentang masyarakat adat lain, baik wajah tradisionalnya maupun sikapnya menghadapi modernitas.

DUA TAHUN SEKALI : Sampai di FKN Bima (NTB) tahun 2014, festival digelar dua tahun sekali tetapi sudah banyak usulan untuk digelar tiap tahun. Setelah lewat jauh, baru kini terasa FKN atau FSBKN sulit diikuti Kraton Mataram Surakarta tanpa keterlibatan Pakasa cabang. Terlebih 10 atau 20 tahun lagi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kraton Mataram Surakarta yang kini sudah menata diri menghadapi perubahan fundamental, terutama ketersediaan SDM daya dukung legitimasinya. Maka ke depan jelas akan mengalami kekurangan SDM dalam setiap kegiatannya, termasuk di ajang FSBKN dan FKN. Kedua event ini memang baru saja memulai bergerak setelah pandemi Corona, dan akan tetap terus bergerak dinamis.

Kekurangan SDM itu, karena generasi kerabat sentana terutama sentana-dalem trah darah-dalem yang semakin berkurang jumlahnya karena faktor usia. Juga kalangan wayah-dalem yang karena berbagai alasan, terkesan tidak tertarik untuk ikut bergabung bersama-sama menjalankan tugas adat pelestarian Budaya Jawa untuk kelangsungan lembaga kratonnya.

WADAH PENGABDIAN : Prajurit Kraton Mataram Surakarta saat megikuti kirab FKN di Cirebon (Jabar) tahun 2017, menjadi wadah pengabdian yang selalu terbuka bagi kalangan abdi-dalem, baik langsung atau melalui Pakasa cabang. Kehadiran prajurit yang terlatih di basecamp-nya di kraton, sangat diperlukan kraton dan masyarakat umum. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebagai ilustrasi, kira-kira dalam 30 tahun terakhir ini, kraton telah megalami penurunan jumlah SDM di berbagai elemen daya dukung legitimatif dalam berbagai level strata adat yang ada. Karena, di hampir semua kantor “Bebadan” dan elemen yang dimiliki kraton, sebelumnya digerakkan dan dipimpin oleh para sentana dan putra-putri-dalem Sinuhun.

Sebab itu, untuk kebutuhan FKN atau FSBKN, semua SDM yang diperlukan bisa dicukupi oleh kantor Bebadan dan berbagai elemen yang ada. Misalnya kerabat sentana untuk keperluan kirab dan kepanitiaan, Sanggar Pawiyatan Beksa dan Kantor Mandra Budaya untuk mencukupi kebutuhan penyaji acara kesenian dan kirab, begitu pula Sanggar Pasinaon Pambiwara.

MIRIP ARTIS : FKN yang digelar di Pangakalan Bun (Kalteng) 2016, adalah bagian perjalanan lembaga masyarakat adat yang terhimpun dalam FKIKN. Selain menampilkan letak posisi kekuatan kebhinekaan bangsa, event itu sebagai ekspresi untuk mendapatkan hak-haknya sebagai pendiri NKRI. Hal-hal seperti ini wajib dipahami Pakasa. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tetapi situasi dan kondisi telah berubah, yang tanda-tandanya sudah terasa sebelum 2017, tetapi meningkat tekanannya dalam 5 tahun, akibat “Bebadan Kabinet 2004” disingkirkan melalui peristiwa “insiden mirip operasi militer April 2017”. Sekitar 10 tokoh penting “gugur” terutama selama 2017-2022, yang membuat organ-organ penting di kraton terasa “lumpuh”.

Dalam situasi tertekan di luar kraton selama 5 tahun lebih, tak terasa ada kebutuhan tiba-tiba yang sulit bisa dipenuhi setelah peristiwa “Insiden Gusti Moeng Kondur Ngedhaton”, 17 Desember 2022. Yaitu kebutuhan SDM di berbagai upacara adat, termasuk event haul tokoh leluhur Dinasti Mataram yang bermunculan di berbagai daerah, juga kebutuhan HUT Pakasa sendiri.

MENGAMBIL POSISI : Para prajurit Kraton Mataram Surakarta saat bersiap di kompleks Benteng Van Der Capelen, Kabupaten Tanah Datar (Sumbar) pada FKN 2018. Pada saat itu, potensi kekuatan kraton termasuk elemen prajurit, sudah goyah karena bersama “Bebadan Kabinet 2004” menjadi korban “insiden mirip operasi militer 2017”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Terlepas kebutuhan SDM yang dimaksud hanya untuk keperluan HUT organisasinya sendiri, tetapi kalau Pakasa tak punya cabang dan warga sebanyak sekarang, mungkin peringatan HUT Pakasa cukup digelar dengan kenduri wilujengan, selesai dalam sejam. Tetapi, karena faktanya Pakasa cabang sudah banyak terbentuk, HUT ke-93 bisa terwujud meriah, dukungan melimpah.

Kraton Mataram Surakarta yang masih berwajah sebagai Mataram Islam yang menjunjung supremasi paugeran adat dengan fundamental Budaya Jawa, kini menghadapi tantangan perubahan besar. Tantangan itu mungkin harus merubah wajah seperti yang sudah dilakukan Pakasa, juga perubahan cara bersikap dan cara-cara bermitra sebagai sama-sama bagian dari NKRI. (Won Poerwono-i1)