Event HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN Menjadi Catatan Sejarah, Eksperimen yang Berisiko (seri 5 – habis)

  • Post author:
  • Post published:December 22, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Event HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN Menjadi Catatan Sejarah, Eksperimen yang Berisiko (seri 5 – habis)
"PARA BUPATI" : Deretan figur Ketua Pakasa Cabang dari Kabupaten Pacitan, Kudus, Ponorogo, Jepara, Malang, Banjarnegara dan Pakasa Cabang Kabupaten Pati, dalam busana kebesaran "Bupati Manca" sikepan ageng dodot, saat "diperkenalkan" dengan utusan anggota MAKN pada kirab budaya HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN 2024, Sabtu (14/12). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Warga Pakasa Perlu Mendapat Edukasi Tentang Sejarah Kerajaan Anggota MAKN/FKIKN

IMNEWS.ID – TERLEPAS dari segala kekurangannya, “perkenalan” warga Pakasa cabang dari berbagai daerah dengan para kontingen kerajaan anggota DPP MAKN menjadi kesempatan dan hal penting. Mungkin tak disadari sepenuhnya oleh Kraton Mataram Surakarta dan para anggota MAKN lainnya, bahwa Pakasa dan MAKN sama-sama penting untuk memahami eksistensinya.

Bagi kalangan kerajaan anggota MAKN, keberadaan Pakasa penting dipahami karena Kraton Mataram Surakarta adalah satu di antara sedikit atau bahkan satu-satunya kerajaan yang memiliki pilar daya dukung legitimatif. Elemen daya dukung ini bahkan sudah disiapkan menjadi salah satu pilar penjaga kelangsungan kraton dan peradaban/budayanya yaitu Budaya Jawa.

WARGA PAKASA : KPHA Sangkoso Mangunkusumo (Pengageng Karti Praja) mewisuda 200-an abdi-dalem yang sebagian besar warga Pakasa cabang dari berbagai daerah. Wisuda juga ditandai pengalungan samir oleh KPP Haryo Sinawung Waluyoputro di Bangsal Smarakata pagi sebelum kirab HUT Pakasa dan FSBKN, Sabtu (14/12). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Penjelasan berikutnya, untuk perjalanan sejarah jauh ke depan Kraton Mataram Surakarta sudah punya jaminan. Yaitu sisi ketersediaan elemen penerus, penjaga dan pemelihara paugeran adat dan pelestarian Budaya Jawa, sebagai modal kelangsungan kraton. Mengingat, jumlah elemen sentana-dalem dan keluarga inti Raja (Sinuhun) yang terus menyusut, dan makin berkurang.

Pemahaman soal Pakasa sebagai elemen kraton penting dimiliki kalangan anggota MAKN, agar bisa belajar dan meniru cara menjaga kelangsungan kerajaannya. Karena sudah diketahui, potensi proses hilangnya jejak eksistensi 250-an kerajaan yang pernah ada di Nusantara, antara lain karena masing-masing tidak memiliki elemen penjaga kelangsungannya macam Pakasa.

SUASANA DINNER : Suasana dinner dan welcome party yang digelar Ketua Umum DPP MAKN dan Kraton Mataram Surakarta di gedhong Sasana Handrawina, bisa menjadi sarana “pengenalan” para utusan anggota MAKN kepada sejumlah ketua Pakasa cabang yang diundang hadir di acara itu, Sabtu (14/12) malam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebaliknya, warga Pakasa yang jumlah kepengurusan cabang dan warganya semakin berkembang pesat dan meningkat, penting memahami eksistensi kerajaan anggota MAKN, baik sebagai pengetahuan umum maupun tentang kebhinekaan bangsa di NKRI ini. Edukasi dan sosialisasi tentang itu perlu bagi Pakasa, ketika Pangarsa Pakasa Punjer masih menjabat Ketua Umum DPP MAKN.

Warga Pakasa secara umum kini masih sangat butuh bimbingan dan edukasi tentang bergorganisasi, kerja adat untuk tugas-tugas menjaga kelangsungan kraton dan kerja kreatif di bidang pelestarian Budaya Jawa. Tetapi, akan sangat bermanfaat jika memiliki pengetahuan umum tentang eksistensi dan cirikhas masyarakat adat lain anggota DPP MAKN.

BEGITU KAYA : Sejumlah bregada prajurit yang dimiliki Kraton Mataram Surakarta ketika baru bertemu penampilan 34 unit Reog dari Pakasa Ngawi, Ponorogo, Magetan dan cabang Sukoharjo saja, sudah begitu kaya warna yang memancarkan estetika eksotik. Apalagi, HUT Pakasa ke-93 ini bertemu FSBKN utusan 58 anggota DPP MAKN. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Puncak peringatan HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN DPP MAKN tahun 2024 yang baru saja lewat, memang terkesan menjadi ajang “perkenalan” yang mendadak dan belum tentu akan bisa terulang dalam waktu dekat. Karena, jumlah anggota MAKN ada 58 kerajaan yang bersepakat menggelar FSBKN rutin tiap tahun, walau tak bisa berjalan lancar karena ada pandemi Corona.

Karena MAKN terbentuk tahun 2018 dan belum bisa rutin menggelar FSBKN akibat pandemi, maka diperlukan waktu lumayan panjang Kraton Mataram Surakarta kembali mendapat giliran menjadi tuan rumah untuk menggelar event itu. Itu berarti, juga masih menunggu waktu panjang Pakasa dengan event HUT-nya, bisa kembali bertemu FSBKN dan para kontingen anggota MAKN.

TIADA DUANYA : Sajian sangat menarik dan tiada duanya tari Jaranan atau Jathilan pada HUT ke-93 Pakasa dan FSBKN 2024, Sabtu (14/12), karena elemen penting kesenian tradisional Reog Ponorogo selain Bojang dan Ganong itu, disajikan secara terpisah para penari wanita cantik secara massal sebagai hasil transformasi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tetapi, tidak menjadi tuan rumah penyelenggara bukan berarti sulit bisa bertemu kembali dengan para kontingen MAKN. Karena, dalam giliran FSBKN berikut di kerajaan lain, atau bahkan event Festival Kraton Nusantara (FKN) bisa kembali digelar rutin tiap tahun, masih ada kesempatan bagi warga Pakasa secara terbatas bisa bertemu kembali dengan anggota MAKN.

Dalam FSBKN yang digelar kerajaan anggota MAKN atau atau FKN yang digelar FKIKN yang sudah berlalu, Kraton Mataram Surakarta masih didukung elemen-elemen yang ada seperti Sanggar Pawiyatan Beksa. Tetapi, ke depan sangat mungkin terbuka kesempatan bagi warga Pakasa menjadi bagian kontingen, selain elemen Sangar Pawiyatan Beksa, kerabat dan sebagainya.

Tetapi sekali lagi, karena jumlah anggota MAKN ada 58 kerajaan yang hampir sama dengan jumlah FKIKN, maka giliran menjadi tuan rumah penyelenggara FSBKN atau FKN akan datang sedikitnya 50 tahun bagi setiap anggota. Itu karena keduanya sudah bersepakat menggelar event FSBKN dan FKN rutin tiap tahun, yang tentu bisa dipekirakan kapan bisa bertemu HUT Pakasa.

Namun, edukasi dan sosialisasi pengetahuan tentang identitas dan cirikhas kerajaan-kerajaan anggota MAKN menjadi kebutuhan Pakasa sebagai salah satu elemen Kraton Mataram Surakarta. Bahkan, hal itu penting untuk dipahami elemen-elemen lain Putri Narpa Wandawa, Sanggar Pasinaon Pambiwara, Sanggar Paes-Tata Busana, Sanggar Pawiyatan Beksa dan sebagainya.

MENYAMBUT TAMU : Musik religi “Laras Madya” yang sajian grup “Ngesti Swara” (Pakasa Polokarto Cabang Sukoharjo), tampil dengan busana adat khasnya di Bangsal Smarakata, Sabtu malam (14/12). Musik itu menjadi identitas sekaligus sambutan kraton Mataram Islam saat menerima utusan para anggota MAKN pada dinner FSBKN 2024. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Jadi, tak perlu menunggu event gabungan HUT Pakasa dan FSBKN kembali digelar Kraton Mataram Surakarta sebagai tuan rumahnya, karena kesempatan itu akan terwujud sedikitnya 50 tahun lagi. Tetapi, belajar mengenal dan memahami, bisa dilakukan di luar itu, mumpung Gusti Moeng menjabat Sekjen FKIKN dan KPH Edy Wirabhumi menjabat Ketua UMUM DPP MAKN.

Selain perlu bekal pengetahuan tentang kerajaan anggota MAKN atau FKIKN dan yang lain di luar itu, termasuk identitas dan ciri-khasnya, kalangan warga Pakasa cabang perlu semakin terarah mengurus organisasi, pengembangan dan kegiatan inti sesuai tujuan visi dan misinya. Kegiatan peringatan HUT Pakasa tahun 2025, sebaiknya lebih fokus dan lebih berkualitas.

SARANA SOSIALISASI : Pentas wayang kulit yang disajikan bersama oleh Pakasa Cabang Ngawi dan Pakasa Cabang Jepara, Sabtu (14/12) malam, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengedukasi berbagai hal mengenai MAKN dan identitas para anggotanya dan “perkenalannya” dengan Pakasa dari berbagai cabang pada HUT ke-93 dan FSBKN 2024 itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kalau beberapa ketua Pakasa cabang menginginkan mengevaluasi pelaksanaan event gabungan HUT Pakasa dan FSBKN itu, untuk keperluan peringatan HUT ke-94 Pakasa tahun 2025, evaluasinya beda lagi. Yaitu potensi “over heat” milik kalangan Pakasa cabang yang tidak bisa tersalurkan secara baik, agar persiapan dan modal yang dikumpulkan setimpal dengan ouputnya.

Oleh sebab itu, HUT ke-94 Pakasa di tahun depan harus lebih berkualitas dibanding tahun 2024 ini, karena konsentrasinya tidak terpecah seperti yang baru saja lewat. Semua Pakasa cabang bisa berpartisipasi maksimal tanpa hiasan atraksi sandera “kekancingan”, potensi kesenian cabang bisa terakomodasi dengan baik dan tersalurkan secara proporsional. (Won Poerwono-habis/i1)