Ironi Surakarta, Justru Dipenuhi Nama-nama Tokoh “Pahlawan yang Tak Dikenal”  (seri 4 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:November 14, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:10 mins read
You are currently viewing Ironi Surakarta, Justru Dipenuhi Nama-nama Tokoh “Pahlawan yang Tak Dikenal”  (seri 4 – bersambung)
PALING DEPAN : Barisan paling depan para pelajar yang membawa bendera Merah-Putih ukuran kecil, mengawali kirab bentang bendera mengelilingi jalan lingkar dalam Baluwarti pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, Senin Legi, 28 Oktober 2024 lalu. Di belakangnya, para prajurit kraton yang mengaksentuasi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sinuhun PB X Pemilik Mobil Mercedes Benz Pertama di Asia dan Pemegang Saham Pabriknya

IMNEWS.ID – BERBICARA tentang Sumpah Pemuda yang dicanangkan pada 28 Oktober 1928, tak boleh mengesampingkan fakta dan data sejarah tentang eksistensi “negara” Mataram Surakarta yang punya otoritas atas wilayah 2/3 Pulau Jawa, saat itu. Bahkan, tak elok “meniadakan” nama tokoh besar Sinuhun PB X dengan keberhasilannya baik di “dalam” maupun “luar negeri”.

Keberhasilan di dalam “negeri” Mataram Surakarta, adalah puncak keberhasilan Sinuhun PB X dalam melakukan diplomasi kultural ke seluruh wilayah Nusantara, yang akhirnya disepakati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Dalam rangkaian diplomasi kultural itu, Raja yang dikenal paling kaya itu telah menyatukan sebuah calon bangsa yang kemudian terwadahi dalam NKRI.

Beberapa data sejarah penting penting di atas, diungkapkan GKR Wandansari Koes Moertiyah saat membaca teks sambutannya sebagai inspektur upacara di halaman Kamandungan, Senin Legi, 28 Oktober 2024 lalu. Disaksikan 500-an orang dari berbagai elemen di dalam dan luar kraton, fakta-fakta sejarah itu diungkap pada momentum upacara peringatan Sumpah Pemuda.  

JADI HARU : Dari awal iringan lagu-lagu kebangsaan seperti “Maju tak Gentar” dan “Halo-Halo Bandung” membuat suasana hingar-bingar penuh semangat. Tetapi berubah menjadi haru, hingga Gusti Moeng sampai hampir meneteskan air mata saat rekaman lagu Indonesia Pusaka dikumandangkan lewat sound system, Senin Legi pagi itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Secara eksplisit dan implisit, Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA yang akrab disapa Gusti Moeng itu mengurai soal sejarah peristiwa Sumpah Pemuda. Karena, banyak pihak yang tidak paham atau berusaha meniadakan fakta dan data bahwa Raja “negara” (monarki) Mataram Surakarta Sinuhun PB X (1893-1939), adalah salah satu tokoh sentral dan penting di situ.

Selain menyatukan tanah dan air yang didapat saat berkeliling Nusantara dari Pulau Ende ke Pulau Rote saat membangun “Tugu Lilin” di Penumping, Lawyan pada momentum Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, Sinuhun PB X telah melakukan komunikasi dan diplomasi kebangsaan ke berbagai belahan dunia, hingga membantu Dinasti Saud tegak meneruskan Kerajaan Arab Saudi.

Data dan fakta penting peran Sinuhun PB X dalam sejarah internasional ini, sempat disinggung tandas oleh KPH Edy Wirabhumi dalam acara “Dekrit LDA” di Sasana Handrawina, 8 Agusutus 2024 dan di kesempatan lain. Ketua Umum DPP MAKN ini menyebut, Mataram Surakarta sudah lebih dulu berkeliling dunia dan punya pengaruh besar sebelum para penjelajah dunia.

KAMANDUNGAN BERGEMA : Kembalinya bendera simbol Sang Dwi Warna Gula-Klapa sehabis dibentang dan dikirabkan keliling lingkar Baluwarti dan digulung bersama-sama secara estafet, dibarengi dengan koor lagu-lagu kebangsaaan dan perjuangan diiringi rekaman tape, membuat halaman Kamandungan, Senin Legi pagi itu bergema. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Bila dicermati dan dianalisis beberapa fakta dan data sejarah yang diungkap kedua tokoh itu, menjadi semakin jelas bahwa Sinuhun PB X memang benar-benar tokoh Raja yang besar, punya peran penting bagi Bangsa Indonesia dan dunia. Sinuhun “ingkang Minulya dan ingkang Wicaksana” ini sangat pantas dinobatkan sebagai Pahalawan Nasional karena jasa-jasanya.

Oleh sebab itu tidak salah, kalau Pahlawan Nasional dari Mataram Surakarta ini sudah dikenal mendunia sejak menjelang abad 19. Sinuhun PB X adalah pemilik mobil Mercedes Benz pertama di Asia, karena dia menjadi “pemegang saham” pabrik mobil bergengsi kelas dunia itu. Sebuah rekor prestasi yang belum bisa terpecahkan oleh para tokoh nasional setelahnya.

Sinuhun PB X tak hanya membawa kebesaran untuk dirinya sendiri, tetapi layak dipandang telah membawa kebesaran “negara” (monarki) Mataram Surakarta dikenal mendunia sejak saat itu. Dia juga Raja yang telah menyempurnakan dedikasi dan reputasi para Raja pendahulu/leluhurnya, yang mempunyai cirikhas pada ruang prestasi, situasi dan kondisi yang berbeda.

Maka dari itu, kebesaran nama dan prestasi Sinuhun PB X ini, tentu memberi imbas pengaruh secara langsung terhadap ketokohan dua generasi penerusnya. Karena, setelah membangun landasan dan fundamen serta “karpet merah” untuk mewujudkan sebuah wadah bangsa, Sinuhun PB XI meneruskan dengan melengkapi “isi bangunan” sebuah bangsa dan negara melalui BPUPK.

Tak hanya sidang-sidang yang produknya mempersiapkan bentuk negara dan “pilar-pilar” yang dibutuhkan untuk “bangunan” Bangsa Indonesia dan NKRI, di masa Sinuhun PB XI banyak lahir organisasi-organisasi sebagai cikal-bakal tananan baru dunia yang demokrasi. Di ujung proses persiapan panjang itu, Sinuhun PB XII yang mengeksekusi pada 17 Agusutus 1945.

Analisis ke depan atas prestasi Sinuhun PB X, telah mengangkat dedikasi dan prestasi Sinuhun PB XI dan Sinuhun PB XII. Seandainya tidak ada fakta yang menyebut setelah Sinuhun PB XII nyaris tak ada yang bisa disebut sebagai “prestasinya”, itu tidak masalah. Karena, jasa dan prestasi Sinuhun PB X dan rentetan tokoh pendahulunya sudah luar biasa.

PENUH HARU : Sejumlah tokoh Bebadan Kabinet 2004 seperti Gusti Moeng, Gusti Ayu apalagi KPH Edy Wirabhumi, tampak penuh haru mencium simbol Sang Dwi Warana Gula-Klapa yang digulung kembali setelah dibentang keliling Baluwarti. Karena, Gula-Klapa “diwariskan” Mataram Surakarta untuk bangsa dan NKRI. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Jasa dan prestasi itu bukan sekadar informasi atau teori kosong, tetapi sudah ada dan nyata serta masih bisa dilihat dan dinikmati sampai sekarang ini. Oleh sebab itu, tentu tidak elok untuk mengakui dan menghormati jasa dan prestasi Sinuhun PB X bila tidak menengok jasa dan prestasi Sinuhun PB II, PB III, PB IV, PB V dan Sinuhun PB VI apalagi Sultan Agung.

Itu masih belum cukup, karena masih ada sederet nama tokoh penting yang ikut berjasa dan berprestasi atas nama “negara” Mataram Surakarta dan nama besar dirinya. Sebut saja Kraton Majapahit, Kraton Demak dan Kraton Pajang yang menyelamatkan simbol-simbol kebesaran Sang Dwi Warna Gula-Klapa sebagai identitas Mataram yang kini diwarisi bangsa dalam wadah NKRI.

Kraton Mataram pertama (baru) yang didirikan Sinuhun Panembahan Senapati, tak hanya menyelamatkan simbol-simbol Gula-Klapa yang menjadi cirikhas peristiwa Sumpah Pemuda, tetapi juga telah berjasa dan berprestasi membangun simbol-simbol dasar Mataram dan embriyo konstitusi paugeran adat. Raja Mataram ke-2 Sinuhun Prabu Hanyakrawati memperkuat landasan itu.

MENGIKAT GULUNGAN : Gusti Moeng mendapat kesempatan untuk mengikat erat gulungan bendera simbol Sang Dwi Warna Gula-Klapa, yang digulung kembali setelah dibentang dan dikirabkan sepanjang jalan lingkar dalam Baluwarti, Seni Legi, 28 Oktober 2024 pagi itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, adalah Pahlawan Nasional yang berjasa dan berprestasi menajamkan rumusan konstitusi paugeran adat Mataram, hasil menyarikan proses akulturasi antara Islam dan Jawa. Dan oleh Raja Besar ini, Kraton Mataram menjadi kraton Islam yang bisa memberi tuntunan rakyatnya tentang pedoman baku secara turun-temurun.

Kalender itu sangat lengkap, detil dan rinci yang mungkin paling lengkap dan paling rinci di antara kalender yang berlaku di dunia ini. Salah satu jasa dan prestasi seperti inilah yang dipersembahkan Sinuhun Sultan Agung, yang kemudian dirawat para pewarisnya saat “negara” Mataram berIbu Kota di Kartasura dan pindah ke Surakarta Hadiningrat.

Sinuhun PB II memang banyak belajar dari pendahulunya, terutama Sinuhun Sultan Agung dan ayahandanya Sinuhun Amangkurat IV (Jawi). Tetapi, ilmu pengetahuannya yang didapat dari studi banding ke berbagai negara di Eropa dan Timur-Tengah, bisa diemplementasikan dan dikolaborasikan saat membangun Ibu Kota baru “negara” Mataram Islam yaitu di Surakarta.

MENDAPAT PERHATIAN : Peristiwa bentang bendera Merah-Putih simbol Sang Dwi Warna Gula-Klapa warisan Kraton Majapahit yang dirawat Kraton Mataram Surakarta pada peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024 lalu, mendapat perhatian beberapa insan media walau pemerintah dan sebagian besar bangsa ini tidak peduli. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sinuhun PB II yang energinya tercurah pada proses boyong kedhaton dan terutama membangun Ibu Kota baru bagi “negara” (monarki) Mataram Islam, tak banyak menikmati sukses karya-karyanya. Karena, “Bapak Pendiri” Mataram Surakarta dan “Bapak Pendiri Kota Surakarta” itu wafat di tahun 1749, kira-kira empat tahun setelah Mataram Surakarta berjalan.

Oleh penggantinya, Sinuhun PB III, fondasi bangunan infrastruktur Ibu Kota “negara” Mataram Surakarta yang sudah banyak terwujud, menjadi tugas dan kewajibannyalah untuk meneruskan, menuntaskan dan melengkapi. Tetapi, “Bapak Perdamaian” ini juga harus mengakiri karyanya karena wafat di tahun 1788, walau baru Masjid Agung yang paling dahulu bisa dimanfaatkan.

Sampai Sinuhun PB IV tampil menggantikan (1788-1820), jasa dan prestasi dua pendahulunya baru bisa dituntaskan, terutama bangunan kagungan-dalem Masjid Agung, yang menjadi fasilitas paling urgen bagi rakyatnya. Selama 32 tahun bertahta, adalah waktu yang sangat panjang untuk berkaya dan memang banyak sekali karya “tangible” dan “intangible” pada masanya. (Won Poerwono – bersambung/i1).