Warga Kampung Kauman Sekitar Kagungan-dalem Masjid Agung Juga Berdatangan
SURAKARTA, iMNews.id – Pelan-pelan cahaya kebesaran Kraton Mataram Surakarta secara spiritual religi kembali memancar di sekitarnya. Cahaya kekuatan spiritual religi itu dipancarkan melalui kegiatan khataman Alqur’an yang digelar rutin tiap “malem Kemis Pon” atau malam Kamis Pon, yang semalam berlangsung di Bangsal Smarakata mulai pukul 20.00 WIB.
Cahaya spiritual religi Mataram Islam yang terpancar melalui kegiatan khataman yang diaktifkan kembali sejak awal 2023 itu, juga menyentuh warga sekitar kagungan-dalem Masjid Agung, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasarkliwon. Selain figur KRA Mustofa yang memang aktif sebagai abdi-dalem sejak lama, semalam tampak hadir dua tetangganya Rony (52) dan Unggul (54).
Seperti diketahui, Kraton Mataram Islam Surakarta Hadiningrat penerus Kraton Mataram yang didirikan Sinuhun Panembahan Senapati (1588-1601), Sinuhun Prabu Hanyakrawati (1601-1613) dan Sunuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma yang memulai Kraton Mataram menjadi Islam. Mataram Surakarta telah berjalan 200 tahun sebagai Kraton islam (1745-1945) hingga kini.
Seperti pernah disebutkan Gusti Moeng di berbagai kesempatan, termasuk khataman Alqur’an sebelumnya, kegiatan spiritual religi khataman Alqur’an masih berjalan pada zaman Sinuhun PB XII, karena dirinya juga ikut aktif melakukan khataman di Bangsal Keputren. Dulu, khataman diadakan di dua tempat, yaitu di kagungan Masjid Agung dan di dalam kraton.
Tetapi, sejak tahun 1980-an kegiatan ini semakin langka dan akhirnya vakum cukup lama. Akhirnya Gusti Moeng selaku pimpinan Bebadan Kabinet 2004 mengaktifkan lagi dan memulai kegiatan khataman awal tahun 2023. Kegiatan itu dilakukan beberapa saat setelah bisa kembali bekerja penuh di dalam kraton sejak 17 Desember 2022, karena 5 tahun lebih sejak 2017 “disingkirkan”.
Hingga semalam, khataman Alqur’an sudah berjalan dua tahun ini di Bangsal Smarakata, dan secara khusus dan terbatas pernah digelar di Bangsal Parasedya dan untuk mengawali ritual khol (haul) para tokoh leluhur Dinasti Mataram, misalnya Sinuhun PB X dan PB XII. Masyarakat dari luar kraton terutama warga Pakasa cabang dan pondok pesantren, silih-berganti hadir mengikuti.
Diangkatnya beberapa abdi-dalem “Kanca Kaji” dari kalangan Pakasa cabang terutama dari Pati, Kudus dan cabang Jepara yang kini total jumlahnya lebih dari 50-an orang, sangat memperkuat berbagai kegiatan spiritual religi untuk mengaksentuasi ciri Islam Kraton Mataram Surakarta. Tiap ritual khusus terutama “Garebeg”, sangat membutuhkan dukungan abdi-dalem “Kanca Kaji”.
Semalam, giliran abdi-dalem “Kanca Kaji” dari Pakasa Cabang Kudus yang hadir serombongan 7 orang sebagai utusan Ketua Pakasa Cabang Kudus, KRA Panembahan Didik Gilingwesi. Di dalam rombongan itu ada Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas (83), ibunda Ketua Pakasa Kudus, juga Nyi MT Indah Larasingtyas dan putrinya yang duduk di bangku SD kelas 6, Rinjani Didik Pinakawan (12).
Dalam khataman Alqur’an semalam, diawali “dhawuh ujub” yang disampaikan Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) kepada abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro untuk memimpin doa, tahlil, dzikir dan syahadat Quresh. Di antara seratusan peserta khataman, tampak Gusti Ayu (GKR Ayu Koes Indriyah), KRMH Saptonojati (sentana-dalem) dan dua wayah-dalem.
Dua warga Kalurahan Kauman seperti Rony dan Unggul peserta khataman yang sempat berbincang dengan iMNews.id semalam, mengaku masih asing bahkan tak begitu paham bangunan apa saja pengisi kraton. Walau tinggal di kampung yang lahir karena ada kraton dan Masjid Agung, diakui kurang paham ciri dan simbol Mataram Islam Surakarta dan peran/jasa Mataram Surakarta terhadap NKRI. (won-i1)