Kraton Akan Mewisuda Lulusan Babaran 40, Kali Kedua Setelah “Insiden 17 Desember 2022”

  • Post author:
  • Post published:October 6, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Kraton Akan Mewisuda Lulusan Babaran 40, Kali Kedua Setelah “Insiden 17 Desember 2022”
BERSIAP DI HALAMAN : Para siswa yang akan "didadar" Sabtu (5/10) semalam, bersiap di halaman depan Bangsal Marcukunda, untuk bersiap masuk ke Bangsal Smarakata, tempat "pendadaran" tahap akhir belajar mereka di Sanggar pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebanyak 99 Siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara, “Didadar” Dalam Dua Malam

SURAKARTA, iMNews.id – Tidak lama lagi, Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta akan segera mewisuda siswa lulusan “babaran” (angkatan) ke-40 tahun 2024. Angkatan ini, akan mendapatkan kesempatan diwisuda kali kedua, setelah “Bebadan Kabinet 2004” bisa bekerja kembali sejak peristiwa “Insiden Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022.

Semalam, Sabtu (5/10), sebanyak 55 dari 65 siswa sanggar Punjer (pusat) di Kraton Mataram Surakarta mengikuti ujian atau pendadaran tahap akhir di Bangsal Smarakata. Sejumlah siswa itu “didadar” para “dwija” mereka dalam semalam mulai pukul 19.30 WIB, di antaranya tampak Gusti Moeng dan KPH Raditya Lintang Sasangka (Pangarsa Sanggar Pasinaon Pambiwara).

LAKU DHODHOK : Ada hal yang membedakan antara siswa Sanggar pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Srakarta dengan sanggar sejenis atau umum di luar kraton. Yaitu, pembelajaran “laku dhodhok” sebagai bagian tatacara adat di kraton, yang dipraktikkan para siswa saat hendak masuk ke tempat pendadaran, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Di “malam kedua”, Minggu (6/10) malam nanti, di tempat yang sama masih berlanjut “pendadaran” untuk tahap kedua yaitu sebanyak 44 siswa gabungan dari “pang-pang” atau cabang sanggar yang beroperasi di luar “punjer” (Kraton Mataram Surakarta). Yaitu yang ada di Kabupaten Tulung Agung, Kediri, Blitar, Kabupaten Malang (Jatim) dan Kota Semarang (Jateng).

“Pendadaran” di malam kedua juga akan dimulai sekitar pukul 19.30 WIB oleh semua “dwija” yang dimiliki sanggar. Menurut KPH Raditya Lintang Sasangka, peserta “pendadaran” dari “punjer” hanya 55 orang karena 10 orang dari jumlah awal yang mendaftar sebanyak 65 orang, dianggap mengundurkan diri karena tidak memenuhi tata-tertib belajar-mengajar sanggar.

KRAMA INGGIL: Setiap siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara diuji atau didadar pengetahuan/ketrampilan yang dimilikinya, yaitu “tumindak” atau praktik berpidato dalam Bahasa Jawa “krama inggil”. Khusus untuk praktik pidato dengan tema bebas diambil dari tatacara rangkaian upacara pernikahan, dinilai oleh sejumlah “dwija pendadar”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Jadi, yang semula 65 orang siswa yang mendaftar babaran 40. Tetapi yang mengikuti pendadaran hanya 55 orang. Sisanya tidak memenuhi kewajiban sebagai siswa alias tidak pernah datang mengikuti kegiatan belajar-mengajar, maka dianggap mengundurkan diri. Perlu juga kami laporkan, sanggar telah menerima bantuan hibah dari Pemkot Surakarta”.

“Bantuan hibah APBD itu senilai Rp 20 juta berujud barang yaitu laptop dan soundsystem seperti yang kita gunakan malam ini. Selain malam ini, besok malam masih berlanjut pendadaran tahap dua untuk siswa dari beberapa cabang, jumlahnya 44 orang,” ujar KPH Raditya yang menyampaikan sambutan tunggal dalam bahasa Jawa “krama inggil” lengkap dan luwes sekali.

TATA BUSANA : Satu tim “dwija pendadar” yang dipimpina KP Budayaningrat, secara khusus menguji penguasaan pengetahuan tentang tata busana Jawa untuk berbagai keperluan khususnya upacara adat perkawinan. Para siswa, diuju soal itu setelah ujian pidato dan pengetahuan lain di Bangsal Smarakata, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng (Ketua Yayasan Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta) selaku dwija yang “mendadar” semalam, tidak menyampaikan sambutannya baik selaku Pengageng Sasana Wilapa maupun Pangarsa Lembaga Dewan Adat. Dia duduk lesehan bersama para “dwija pendadar” lainnya yang formasinya semakin baik dan tepat untuk estetika dan etika budaya Jawa.

Tatacara ujian untuk para siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta, mungkin tidak seperti yang terjadi di sanggar sejenis atau kursus berbagai bidang pengetahuan/ketrampilan umum di luar kraton. Karena, ujian siswa sanggar di lingkungan kraton dimulai dengan berbaris dan memulai “laku dhodhok” menuju tempat ujian, Bangsal Smarakata.

DWIJA PENDADAR : Gusti Moeng mendapat hgiliran pertama sebagai “dwija pendadar” 55 siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara, tentang pengetahun di bidang sejarah, dalam tahap pertama “pendadaran” siswa “babaran” 40 di bangsal Smarakata, semalam. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sesampai di lantai bangsal, para siswa diarahkan untuk mengambil tempat duduk lesehan di sisi utara, lalu duduk menghadap para “pendadar” yang ada di seberang. Setelah itu, juru pambiwara yang mengatur upacara memanggil nama siswa satu-persatu untuk maju, berpidato dalam Bahasa Jawa krama inggil dengan mengambil tema tatacara di upacara pengantin.

Satu-persatu bergiliran maju dengan “laku dhodhok” pula, baik menuju mikropon maupun saat menuju meja “dwija pendadar” sesuai bidang masing-masing. Ada sekelompok “pendadar” jalannya praktik pidato, ada pula “pendadar” pengetahuan yang disampaikan dalam pidato, sejarah, bahasa, budaya Jawa, pengetahuan dan penggunaan gendhing, serta soal tata busana. (won-i1)