Sebanyak 99 Siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara, “Didadar” Dalam Dua Malam
SURAKARTA, iMNews.id – Tidak lama lagi, Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta akan segera mewisuda siswa lulusan “babaran” (angkatan) ke-40 tahun 2024. Angkatan ini, akan mendapatkan kesempatan diwisuda kali kedua, setelah “Bebadan Kabinet 2004” bisa bekerja kembali sejak peristiwa “Insiden Gusti Moeng Kondur Ngedhaton” 17 Desember 2022.
Semalam, Sabtu (5/10), sebanyak 55 dari 65 siswa sanggar Punjer (pusat) di Kraton Mataram Surakarta mengikuti ujian atau pendadaran tahap akhir di Bangsal Smarakata. Sejumlah siswa itu “didadar” para “dwija” mereka dalam semalam mulai pukul 19.30 WIB, di antaranya tampak Gusti Moeng dan KPH Raditya Lintang Sasangka (Pangarsa Sanggar Pasinaon Pambiwara).

Di “malam kedua”, Minggu (6/10) malam nanti, di tempat yang sama masih berlanjut “pendadaran” untuk tahap kedua yaitu sebanyak 44 siswa gabungan dari “pang-pang” atau cabang sanggar yang beroperasi di luar “punjer” (Kraton Mataram Surakarta). Yaitu yang ada di Kabupaten Tulung Agung, Kediri, Blitar, Kabupaten Malang (Jatim) dan Kota Semarang (Jateng).
“Pendadaran” di malam kedua juga akan dimulai sekitar pukul 19.30 WIB oleh semua “dwija” yang dimiliki sanggar. Menurut KPH Raditya Lintang Sasangka, peserta “pendadaran” dari “punjer” hanya 55 orang karena 10 orang dari jumlah awal yang mendaftar sebanyak 65 orang, dianggap mengundurkan diri karena tidak memenuhi tata-tertib belajar-mengajar sanggar.

“Jadi, yang semula 65 orang siswa yang mendaftar babaran 40. Tetapi yang mengikuti pendadaran hanya 55 orang. Sisanya tidak memenuhi kewajiban sebagai siswa alias tidak pernah datang mengikuti kegiatan belajar-mengajar, maka dianggap mengundurkan diri. Perlu juga kami laporkan, sanggar telah menerima bantuan hibah dari Pemkot Surakarta”.
“Bantuan hibah APBD itu senilai Rp 20 juta berujud barang yaitu laptop dan soundsystem seperti yang kita gunakan malam ini. Selain malam ini, besok malam masih berlanjut pendadaran tahap dua untuk siswa dari beberapa cabang, jumlahnya 44 orang,” ujar KPH Raditya yang menyampaikan sambutan tunggal dalam bahasa Jawa “krama inggil” lengkap dan luwes sekali.

Gusti Moeng (Ketua Yayasan Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta) selaku dwija yang “mendadar” semalam, tidak menyampaikan sambutannya baik selaku Pengageng Sasana Wilapa maupun Pangarsa Lembaga Dewan Adat. Dia duduk lesehan bersama para “dwija pendadar” lainnya yang formasinya semakin baik dan tepat untuk estetika dan etika budaya Jawa.
Tatacara ujian untuk para siswa Sanggar Pasinaon Pambiwara Kraton Mataram Surakarta, mungkin tidak seperti yang terjadi di sanggar sejenis atau kursus berbagai bidang pengetahuan/ketrampilan umum di luar kraton. Karena, ujian siswa sanggar di lingkungan kraton dimulai dengan berbaris dan memulai “laku dhodhok” menuju tempat ujian, Bangsal Smarakata.

Sesampai di lantai bangsal, para siswa diarahkan untuk mengambil tempat duduk lesehan di sisi utara, lalu duduk menghadap para “pendadar” yang ada di seberang. Setelah itu, juru pambiwara yang mengatur upacara memanggil nama siswa satu-persatu untuk maju, berpidato dalam Bahasa Jawa krama inggil dengan mengambil tema tatacara di upacara pengantin.
Satu-persatu bergiliran maju dengan “laku dhodhok” pula, baik menuju mikropon maupun saat menuju meja “dwija pendadar” sesuai bidang masing-masing. Ada sekelompok “pendadar” jalannya praktik pidato, ada pula “pendadar” pengetahuan yang disampaikan dalam pidato, sejarah, bahasa, budaya Jawa, pengetahuan dan penggunaan gendhing, serta soal tata busana. (won-i1)