Prajurit Kraton Mataram Surakarta Meriahkan Kirab Suran Agung yang Digelar Masyarakat Adat

  • Post author:
  • Post published:July 21, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Prajurit Kraton Mataram Surakarta Meriahkan Kirab Suran Agung yang Digelar Masyarakat Adat
INOVASI MODERN : Kekayaan seni budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta dan berkembang di Kota Madiun, mendapat sentuhan inovasi modern seperti desain kostum yang dikenakan kelompok peserta kirab budaya dalam kirab "Suran Agung" yang digelar masyarakat adat setempat, Minggu (21/7) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sebagai Salah Satu Agenda Kegiatan Kraton di Bulan Sura Tahun Je 1958

MADIUN, iMNews.id – Sekitar 50-an orang terdiri dari beberapa Bregada Prajurit Kraton Mataram Surakarta, ikut memeriahkan kirab budaya untuk memeriahkan datangnya bulan Sura Tahun Je 1958 yang digelar masyarakat adat di Kota Madiun (Jatim), Minggu (21/7) siang tadi. Kirab budaya yang diberi tema “Suran Agung”, dikuti ribuan peserta dari berbagai elemen masyarakat adat.

Tampilnya Bregada Prajurit Tamtama termasuk prajurit korsik drumband selain Bregada Prajurit Jayasura, Saragene dan Bregada Prajurit Jayeng Astra, berada di barisan paling depan untuk memandu langkah seluruh peserta kirab. Kirab diberangkatkan dari Asrama Haji Kota Madiun di Jalan Ring Road Barat dan berakhir di dalam kampung Kelurahan Ngegong yang jaraknya sekitar 2 KM.

Dalam rombongan prajurit yang mendukung kirab budaya itu, terdapat KPH Bimo Djoyo Adilogo sebagai pimpinan prajurit di kraton di bawah Kantor Pengageng Mandra Budaya. Meskipun selama kirab berlangsung, hanya ikut berjalan kaki untuk mengawal prajurit yang ditemani KRMH Boby Suryo Makimoyo yang sama-sama wayah-dalem Sinuhun PB XII atau generasi ketiga Raja itu.

Tampilnya para prajurit Kraton Mataram Surakarta dalam kirab walau singkat hanya sekitar 2 jam dari mulai berangkat sekitar pukul 09.00 WIB, tetapi sangat mewarnai jalannya kirab dan memberi edukasi yang positif terhadap masyarakat Kota Madiun yang ikut terlibat kirab maupun yang menyaksikan di sepanjang rute kirab, siang tadi.

PALING DEPAN : Kini, bernbagai elemen masyarakat Kota Madiun sudah “sadar posisi dan fungsi”, karena menempatkan beberapa Bregada Prajurit dan Korsik Drumband dari kraton menjadi pemandu kirab budaya yang digelar bertema “Suran Agung”, Minggu (21/7) siang tadi. Suatu saat kelak, pasti akan meningkat lebih dari itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kehadiran para prajurit Kraton Mataram Surakarta, selalu disebut oleh presenter yang berada di depannya bergerak dengan menumpang mobil bak terbuka yang membawa perangkat sound system keperluan kirab. Informasi yang berkesan “penerangan” itu walau singkat sudah cukup mengesankan, dari pada tidak sama sekali seperti ketika prajurit kraton tampil di daerah lain.

Seandainya petugas presenter memiliki referensi yang cukup soal  alasan kehadiran kraton dan sedikit latar-belakang sejarah tentang lahirnya Kota Madiun dan Kraton Mataram Surakarta, pasti akan lebih optimal hasil edukasi yang akan dicapai. Terutama yang bisa memberi memori kolektif masyarakat Madiun, bahwa keberadaan Kota Madiun dan sejumlah daerah lain karena ada kraton.

Meski begitu, kehadiran simbol-simbol lembaga Kraton Mataram Surakarta untuk kesekian kali di Kota Madiun di antaranya berupa beberapa Bregada Prajurit itu, akan memberi edukasi dan dikenal masyarakat yang menyaksikan, walau dari kadar yang sedikit. Dan tampilnya para prajurit di event itu, menjadi prakondisi acara yang akan dihadiri kraton di Madiun, Sabtu (27/7).

Dari agenda kegiatan yang sudah disusun “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta yang dikirim Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) kepada iMNews.id menyebutkan, Sabtu (27/7) nanti rombongan dari kraton yang dipimpin Gusti Moeng akan menghadiri sebuah acara yang digelar Pemkot setempat. Dalam acara itu, akan ada yang menerima gelar kekerabatan.

DIDUKUNG PONOROGO : Dukungan Kabupaten Ponorogo baik dalam simbol seni reog yang menampilkan sejumlah dhadhak merak dan penari jaranan serta simbol kaitan masyarakat adat, sangat menghidupkan warna kirab budaya yang digelar Kota Madiun yang sedang menggelar “Suran Agung, Minggu (21/7) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Itu jadwal agenda kegiatan kita setelah kirab pusaka menyambut 1 Sura Tahun 1958 Je kemarin itu. Ada beberapa yang sudah tersusun lebih dulu, dan ada dua acara susulan. Mulainya Selasa (23/7) nanti, upacara adat Donga Wilujengan Pengetamn Hadeging Nagari Mataram Surakarta Hadiningrat. Tepat tanggal 17 Sura di gedhong Sasana Handrawina”.

“Tetapi dimulai pukul 19.00 WIB. Sesudah donga wilujengan, tahlil, dzikir, shalawat Sultanagungan, baru dilanjutkan dengan upacara wisuda untuk penyerahan gelar kekerabatan. Jumlah partisara kekancingan gelar kekerabatan sesuai permohonan yang masuk, ada sekitar 100 nama dari berbagai daerah di Jateng dan Jatim,” ujar Gusti Moeng dan KRT Darpo di tempat terpisah.

KRT Darpa Aswantodipuro adalah staf kantor Pengageng Sasana Wilapa yang bertugas sebagai salah satu staf produksi partisara kekancingan gelar kekerabatan. Dia seharusnya ikut mengawal prajurit ke Kota Madiun sebagai koordinator lapangan (Korlap), siang tadi, tetapi karena sibuk dalam mempercepat proses produksi kekancingan, harus lembur dan tidak bisa ikut ke Madiun.

Setelah acara di dalam kraton Selasa malam itu, berlanjut agenda kegiatan Rabu malam tanggal 24/7 di Desa Malangan, Pengging, Boyolali untuk menghadiri acara dalam rangka bulan Sura. Setelah ini, baru agenda acara di Kota Madiun (Jatim) yang sudah “dihangatkan” dengan kegiatan kirab budaya yang didukung prajurit kraton siang tadi.

PARA PEJABAT : Kehadiran pra prajurit dari Kraton Mataram Surakarta yang memandu jalannya kirab budaya “Suran Agung”, disambut para tamu undangan pejabat penting di Kota Madiun saat tiba di panggung kehormatan yang menjadi finish kirab budaya yang digelar Minggu (21/7) siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Namun, sebelum Sabtu (27/7) ada jadwal susulan acara di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten dalam rangka bulan Sura, Jumat (26/7). Setelah Kota Madiun disambung acara di Desa Ngaringan, Kabupaten Grobogan, yaitu upacara adat haul seorang tokoh leluhur Dinasti Mataram di sana yang akan digelar Minggu (28/7).

Setelah itu, Gusti Moeng akan memimpin upacara adat jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum di Desa Paseban, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal, Kamis (1/8). Rombongan dari kraton yang juga dipimpin langsung GKR Wandansari Koes Moertiyah itu, ada sejumlah anggota dari beberapa Bregada Prajurit yang akan memandu prosesi kirab.

Selesai jamasan dan ziarah makam Sinuhun Amangkurat I atau pengganti Sultan Agung Hanyakrakusuma itu, berlanjut dengan acara yang diagendakan pada Minggu, tanggal 4 Agustus di Juwangi, Kabupaten Boyolali yang menggelar haul tokoh leluhur Dinasti Mataram. KRAy Tasik Wulan, istri permaisuri Sinuhun PB VI, berasal dari keluarga ulama sebuah masjid di Juwangi.

Kemudian Kamis, 8 Agustus, Gusti Moeng akan memimpin upacara adat haul wafat Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma yang direncanakan berlangsung di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Upacara adat ini direncanakan kurang lebih seperti yang digelar tahun lalu, yaitu melibatkan masyarakat adat dan tokoh agama dari berbagai daerah di wilayah Pakasa cabang.

SEDANG BERATRAKSI : Satu persatu dhadhak-merak dimainkan para seniman barong atau pembarong, dengan beratraksi di depan panggung kehormatan para tamu pejabat penting di Kota Madiun, Minggu (21/7) siang tadi. Berbagai elemen peserta kirab, berada di belakang para prajurit kraton yang memandu kirab dan disambut paling awal. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sementara itu, di beberapa Pakasa cabang kini juga sedang sibuk menggelar dan mendukung kegiatan upacara adat dalam berbagai ekspresi dalam memaknai bulan Sura Tahun 1958 Je atau Muharam Tahun Baru 1446 Hijriyah. Di antaranya adalah Pakasa Cabang Jepara yang mengerahkan pasukannya sebanyak 130-an prajurit dan warga cabang, untuk mendukung kirab budaya Grebeg Suro.

Grebeg Suro Margo Langit yang digelar masyarakat adat Desa Bangsri, Kecamatan Tahunan, Sabtu (20/7) kemarin adalah bagian dari beberapa agenda ritual selama Sura yang didukung Pakasa Cabang Jepara. Selain itu, masyarakat adat di Kabupaten Pati dan Desa Kuthuk, Kabupaten Kudus, juga menggelar ritual haul 3 hari berturut-turut yang didukung penuh Pakasa Cabang Kudus. (won-i1)