Pakasa Kudus Mengurus Makam Bupati Tirtakusuma, Pakasa Jepara Akan Ikuti “Ngisis Ringgit”

  • Post author:
  • Post published:July 16, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Pakasa Kudus Mengurus Makam Bupati Tirtakusuma, Pakasa Jepara Akan Ikuti “Ngisis Ringgit”
TEROMPET KENANGAN : Terompet kuno kenangan peninggalan Mbah Glongsor yang "ketelisut" sekitar sebulan lalu, saat diperlihatkan KRA Panembahan Didik Gilingwesi pada kirab budaya membawa keliling terompet tersebut, tahun 2023 lalu. (foto : iMNewd.id/Dok)

KPH Adipati Sangkoyo Pimpin Utusan Kraton Hadiri Haul Kyai Ageng Katong

KUDUS, iMNews.id – Pengurus Pakasa Cabang Kudus semakin berkonsentrasi untuk mengurus makam tokoh leluhur Dinasti Mataram bernama Raden Adipati Tirtakusuma, yang bersemayam di Astana Pajimatan Rendeng Ekapraya, Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Makam Bupati Kudus pada zaman Sinuhun Amangkurat Jawi (1719-1727) itu, nyaris “tertimbun” untuk pemukiman.

Menurut KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus yang juga Ketua Pengurus Makam Mbah Glongsor, saat dimintai konfirmasi iMNews.id hingga tadi pagi menyebutkan pihaknya masih terus membahas beberapa hal berkait keberadaan makam Bupati Kudus Raden Adipati Tirtakusuma. Pusara Bupati Kudus itu, berada di kompleks makam Mbah Glongsor.

“Kami masih terus membahas dan mempertimbangkan berbagai langkah, agar tidak terlalu lama bisa menyelamatkan makam R Adipati Tirtakusuma yang juga tra darah-dalem Sunan Kudus (iMNews.id, 15/7). Karena, makam itu bagian dari sebidang tanah yang sudah dijual berganti-ganti pemilik dari ahli waris pertama RNgt Sulastri. Pemilik sekarang keluarga pak Gafur (alm)”.

“Dulu, tanah ahli waris keluarga Bupati R Adipati Tirtakusuma dan Mbah Glongsor itu, memanjang dari dalam kampung sampai ke pinggir jalan besar sekitar 1.500 meter persegi. Lalu dibagi tiga dan dijual kepada pihak lain. Yang paling utara atau di dalam, ada makamnya yang sekarang jatuh ke tangan keluarga pak Gafur (alm),” ujar KRA Panembahan Didik Gilingwesi.

SEDANG DIPERJUANGKAN : Dua pusara yang salah satunya semula disebut sebagai makam Mbah Glongsor, masih diziarahi para santri anggota Majlis Taklim pimpinan KRA Panembahan Didik Gilingwesi, beberapa saat setelah terompet Mbah Glongsor dinyatakan “ketelisut”. Belakangan, pusara itu diyakini makam R Adipati Tirtakusuma dan ayahnya. (foto : iMNewd.id/Dok)

Dari sebidang tanah seluas 500-an meter persegi yang di dalamnya masih terlihat ada tiga pusara makam tiga tokoh keluarga leluhur Dinasti Mataram, akan diupayakan untuk “diselamatkan”. Salah satu solusi yang akan diusulkan, adalah “tukar-guling” antara tanah makam yang sudah ditawarkan untuk dijual, untuk ditukar rumah milik KRA Panembahan Didik di dalam kota Kudus.

Kalau makam Mbah Glongsor atau KRT Prana Kusumadjati, R Adipati Tirtakusuma dan ayahandanya Arya Panyangkringan bisa diselamatkan, sebagian besar bangunan tembok hunian yang sudah menutup akan dibongkar. Cungkup makam akan dipugar dan dibangun pendapa yang terhubung ke cungkup, sedangkan sisanya untuk parkir dan sarana upacara adat haul atau ziarah.

Di tempat terpisah, Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA saat ditemui iMNews.id di sela-sela acara sarasehan “Jamu dan Lulur” di Bangsal Smarakata (iMNews.id, 14/7) membenarkan bahwa KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) secara lisan sudah memberitahukan keinginan warga Pakasa Jepara melihat “ngisis ringgit” dan ikut “ngelab berkah”.

“Iya, betul. Kanjeng (KRA) Bambang (S Adiningrat-Red) sudah menghubungi saya memberitahukan dan minta izin untuk mengikuti proses upacara adat ngisis ringgit. Bisa dan boleh. Nanti biar diatur oleh para petugasnya. Terutama yang menyangkut persyaratan adatnya. Karena, bagaimanapun (ngisis ringgit) itu upacara adat,” ujar Gusti Moeng menjawab iMNews.id, siang itu.

BERTEMU DI JUWANA : KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Jepara) mengenakan kostum “Manggala” kirab bertemu KRA Panembahan Didik (Ketua Pakasa Kudus), saat sama-sama hendak mendukung kirab budaya haul “Bupati Juwana 1-13” yang digelar bersama Pakasa Cabang (Kabupaten) Pati, beberapa tahun lalu. (foto : iMNewd.id/Dok)

Sementara itu, KRA Bambang yang dimintai konfirmasi secara terpisah juga menyatakan gembira, niat baik Pakasa Cabang Jepara untuk ikut melestarikan budaya Jawa dan beberapa upacara adat di kraton bisa diizinkan. Pakasa Cabang Jepara akan menjadi pengurus cabang pertama yang akan mendapat kesembangan “ngalab berkah” ritual “ngisis ringgit”, pada Anggara Kasih mendatang.

Ritual “ngisis ringgit” yang akan digelar pada weton Selasa Kliwon atau Anggara Kasih, 6 Agustus mendatang, belum bisa diketahui kotak wayang yang mana yang akan dikeluarkan di “gedhong” Sasana Handrawina. Selain itu, pengurus Pakasa Cabang Jepara dan Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA, juga perlu merundingkan jumlah ideal yang bisa diizinkan “ngalab berkah”.

Pakasa Cabang Jepara, sebelumnya mengundang empat prajurit senior dari Kraton Mataram Surakarta untuk berbagi pengalaman dan ketrampilan soal penguasaan instrumen lagu-lagu/musik khas iringan baris prajurit kraton, yang salah satunya sering dikenal dengan lagu “Baris Terik Tempe”. Pengetahuan dan ketrampilan itu ditularkan kepada anggota Korsik Drumband Sura Praja Jepara.

Walau prajurit kraton terutama Tamtama dan Korsik Drumbandnnya sering diundang untuk keperluan berbagai upacara adat di sejumlah daerah, tetapi baru kali pertama diundang secara khusus oleh Pakasa Jepara, 29 Juni lalu. Karena, Pakasa Jepara punya aset unik dan khas berupa prajurit, dan perlu menambah pengetahuan dan ketrampilan soal musik dan aba-aba khas kraton.

EMBRIYO MUSEUM : KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) memperkenalkan ruang penyimpanan koleksi berbagai jenis karya “Tosan-Aji” yang disebut sebagai “embriyo” dan modal untuk mewujudkan rencananya kelak, membangun “Museum Keris” di wilayah Kabupaten Jepara. (foto : iMNewd.id/Won Poerwono)

Selain dua Pakasa cabang yang sedang mempersiapkan agenda kegiatan masing-masing, semalam “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta mengutus rombongan sentana-dalem yang dipimpin KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo ke Kabupeten Grobogan. Utusan-dalem yang mewakili Gusti Moeng itu untuk menghadiri ritual haul di makam Kyai Ageng Katong di Desa Katong.

Kyai Ageng Katong yang masih keluarga Ki Ageng Tarub dan Ki Ageng Sela lokasi makamnya tidak begitu jauh satu sama lain, atau hanya tetangga kecamatan di Kabupaten Grobogan. Makam Ki Ageng Sela di Desa Selo, makam Ki Ageng Tarub di Desa Tarub di Kecamatan Tawangharjo. Sementara makam Kyai Ageng Katong yang semalam menggelar haul, ada di Desa Katong, Kecamatan Toroh.

“Iya. semalam kami diutus Pangarsa LDA/Pengageng Sasana Wilapa mewakili beliau untuk hadir di upacara haul Kyai Ageng Katong. Ada sejumlah sentana dan abdi-dalem dalam rombongan utusan-dalem. Yang nyepuhi sebagai pimpinan rombongan, KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo (Pengageng Karti Praja),” sebut KRMH Saptonojati, anggota rombongan yang dihubungi iMNews.id, tadi.

Makam Kyai Ageng Katong yang menjadi salah satu tokoh leluhur Dinasti Mataram di antara sejumlah tokoh leluhur yang lokasi makamnya tersebar di Kabupaten Grobogan, Pati, Jepara, Kudus dan wilayah lain sepanjang pegunungan kapur utara, tercatat tiap tahun menggelar ritual haul yang selalu mengundang perwakilan Kraton Mataram Surakarta sebagai lembaga yang mengayominya.

DENGAN DOA : Para sentana-dalem dan abdi-dalem yang dipimpin KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo selaku utusan-dalem Bebadan Kabinet 2004, mengawali dengan doa saat hadir pada ritual haul Kyai Ageng Katong yang digelar pengurus makam dengan Pakasa setempat di lokasi makam Desa Katong, Kecamatan Toroh, Senin (15/6) malam. (foto : iMNewd.id/Dok)

Sebelum tahun 2017, Bebadan Kabinet 2004 yang dipimpin Gusti Moeng sudah memberi perhatian khusus kepada makam-makam para leluhur Dinasti Mataram di sejumlah kabupaten itu, melalui masing-masing pengurus Pakasa cabang. Terutama ketika menggelar ritual haul wafat tokoh yang bersangkutan, karena sering didukung dengan barisan prajurit kraton untuk kirab yang mengawali.

Dalam catatan iMNews.id, dukungan Kraton Mataram Surakarta untuk menyemarakkan ritual haul melalui ataraksi kirab yang dipandu prajurit kraton, selam 2017 hingga akhir 2022 cukup intensif dilakukan Gusti Moeng, bahkan ketika tiga saudara perempuan dan tokoh-tokoh penting lain “Bebadan Kabinet 2004” seperti GPH Nur Cahyaningrat masih hidup. (won-i1).