Kehadiran 80-an Anggota Bregada Prajurit Nguntara Praja Pakasa Jepara, Jadi Pesona Menarik
PATI, iMNews.id – Ritual haul wafatnya “Bupati Juwana” ke 1-13 dari keluarga besar trah “Mangkoedipoeran” yang setelah 1945 masuk dalam wilayah di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati yang digelar Yayasan Suro Wikromo di makam Desa Bajomulyo, Minggu siang (5/5), memberikan pemandangan dan pesona menarik dengan hadirnya peserta tamu.
Dua peserta tamu yaitu rombongan dari Pakasa Cabang Jepara dan cabang Kudus, memberi keragaman warna cirikhas dan simbol masing-masing daerah, yang berkembang dari budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Mengingat, Pati, Jepara dan Kudus adalah “Tiga Serangkai” eks wilayah Mataram hingga Surakarta, bahkan sebelumnya.
“Tiga Serangkai” Pakasa cabang di wilayah Gunung Muria, untuk mengekspresikan nama besar tiga tokoh leluhur Dinasti Mataram yaitu Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Juru Martani. Tetapi, tiga cabang Pakasa Pati, Kudus dan Jepara ini, juga sulit dipisahkan dari sejarah keberadaan Sunan Kalijaga dari (Kabupaten) Demak.
Pesona daya tarik yang datang dari dua Pakasa cabang di wilayah Gunung Muria itu, adalah kehadiran 20-an rombongan warga Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin “ketuanya”, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro. Rombongan Pakasa dari wilayah sebaran pengaruh Sunan Kudus dan Sunan Muria ini, tampil dengan simbol cirikhas “payung bersusun”.
Atribut simbol yang sangat khas Pakasa Cabang Kudus itu, selalu menyatu dalam barisan kirabnya di setiap diundang kirab budaya haul di wilayah Kabupaten Pati, di acara HUT Pakasa Punjer di Kraton Mataram Surakarta, maupun di wilayahnya sendiri, Kabupaten Kudus, saat menggelar berbagai acara adat, misalnya ritual “Mapag Wulan Siyam”.
Pakasa Cabang Kudus selalu hadir dengan rombongan dan selalu siap untuk mengikuti kirab berjalan kaki, sesuai yang direncanakan pihak penyelenggara haul. Pakasa Kudus disebutkan KRA Panembahan Didik, paling banyak hadir di wilayah Pakasa Cabang Kabupaten Pati, karena punya kegiatan ritual haul paling banyak di antara “Tiga Serangkai”.
Perihal ritual haul wafat “Bupati Juwana 1-13” itu sendiri, menurut KRAT Mulyadi Puspopustoko, acara ini sebenarnya sesuai jadwal akan digelar sekitar seminggu menjelang “hari coblosan” Pemilu 2024 yang terlaksana 14 Februari lalu. Tetapi untuk menghindari ekses negatif yang mungkin timbul, ditunda Minggu (5/5) lalu.
“Sebenarnya, sesuai jadwal ya menjelang coblosan Pemilu kemarin. Tetapi baru dilaksanakan Minggu (5/5) kemarin. Jadi, tertunda beberapa bulan karena ada saran dan pertimbangan berbagai pihak khususnya aparat keamanan. Itu masuk akal. Tetapi ini bukan hajad Pakasa cabang. Kami hanya membantu panitia,” ujar KRAT Mulyadi, kemarin.
Menurutnya, ritual haul “Bupati Juwana 1-13” sudah beberapa kali diadakan dalam rangka memenuhi adat tradisi keluarga besar masyarakat adat trah. Tetapi, acara ini juga berpotensi menjadi destinasi wisata spiritual religi, yang bisa mendatangkan berbagai manfaat bagi masyarakat Kabupaten Pati, khususnya secara ekonomi.
Kehadiran peserta kirab tamu yang paling memiliki pesona daya tarik, adalah saat 80-an anggota pasukan Bregada Prajurit Nguntara Praja dan Korsik Drumband Sura Praja Pakasa Jepara tampil beraksi dan memandu langkah semua peserta kirab. Barisan prajurit yang dipimpin KRA Bambang S Adiningrat selaku “Manggala” ini, sungguh menawan.
Penampilan komposisi warna-warni kostum para prajurit, ditambah lagu-lahu bertema iringan prajurit kraton, jelas sangat memberi nuansa berbeda dari sejenis kirab yang sebelumnya digelar tanpa sentuhan Bregada Prajurit Pakasa Cabang Jepara. Perpaduan antara simbol-simbol Pakasa Pati (tuan rumah), Kudus dan Jepara, mirip “sebuah taman”.
Kehadiran rombongan Pakasa Jepara dan Kudus memperkuat barisan kirab ritual haul “Bupati Juwana 1-13”, adalah kali kedua sejak tahun lalu. Yang pertama, kirab digelar malam hari sehingga masyarakat yang menonton luar biasa. Yang kedua ini, meski digelar Minggu siang (5/5), pengunjung yang menyaksikan lebih sedikit dibanding sebelumnya.
Pemandangan sebuah “taman” yang berisi aneka ragam dan warna bunga yang melukiskan keindahan penampilan Pakasa Cabang Jepara, cabang Kudus dan cabang tuan rumah, sungguh menjadi replika “taman Bhineka Tunggal Ika” yang menjadi simbol dan cirikhas bangsa yang tersebar di wilayah Nusantara ini.
“Kami Pakasa Jepara ingin ikut mangayubagya kirab budaya dalam rangka haul di Juwana ini. Pakasa Jepara sudah beberapa kali hadir di wilayah Pakasa Pati, untuk memeriahkan ritual haul yang menggelar kirab budaya. Ini sekaligus menjadi cara terbaik untuk mengedukasi generasi muda,” ujar KRA Bambang S Adiningrat.
Hal yang disebutnya sebagai cara mengedukasi generasi muda itu, selain hampir 100 persen pendukung Bregada Prajuritnya adalah usia muda, ia juga melibatkan kedua putrinya untuk ikut berjalan menyusuri rute kirab sepanjang 5 KM. Keduanya juga berkostum dan mengawal “Sang Manggala” dalam kirab haul “Bupati Juwana 1-13” itu.
Di antara 20-an cabang yang tersebar di Provinsi Jateng dan Jatim yang dimiliki Pakasa Punjer, hanya Pakasa Cabang Jepara yang memiliki potensi khusus dan khas Kabupaten Jepara. Bregada Prajurit Nguntara Praja dan Korsik Drumband Sura Praja Pakasa Jepara, memperkaya warna ketika bergabung dengan prajurit kraton di berbagai upacara adat.(won-i1).