Bersiap Hadiri Syawalan yang Digelar Pakasa Punjer di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa
KUDUS, iMNews.id – Pakasa Cabang Kudus menggelar acara rutin tiap datang hari raya Lebaran, yaitu halal-bihalal, selama dua hari berturut-turut, dalam dua sesi yaitu pagi dan malam. Acara dilaturahmi sambil “bermaaf-maafan” itu sampai digelar dalam 4 kali, karena tempat yang dimiliki tidak cukup menampung undangan ketika menghendaki bisa selesai tuntas dalam sekali gelar.
“Karena tempatnya yang ada hanya cukup menampung seratusan orang, maka halal-bihalal kami adakan sampai 4 kali dalam dua hari, pagi dan malam. Itu saja masih saya batasi, untuk satu keluarga kami minta diwakili 3 orang. Mengingat tempat dan jumlah undangan, kami pisah-pisahkan kelompoknya,” ujar KRA Panembahan Didik Gilingwesi, selaku “Plt” Ketua Pakasa Kudus.
“Pelaksana tugas” (Plt) Ketua Pakasa Cabang Kudus yang dimintai konfirmasi iMNews.id, siang tadi, selebihnya mengungkapkan, sebenarnya halal-bihalal langsung dimulai sehabis shalat Idhul Fitri, Rabu (10/4) lalu. Kesempatan silaturahmi “bermaaf-maafan” pertama itu dilakukan bersama keluarga besar trah-keturunan Sunan Kudus yang dihadiri lebih dari 100 orang.
Halal-bihalal kedua digelar Senin malam (15/4) di kediaman “Lembah Pedangkungan”, Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, khusus untuk kalangan anggota Pakasa cabang. Ada sekitar 100-an warga dan unsur pengurus Pakasa yang hadir dalam acara “halal-bihalal” yang disebut KRA Panembahan Didik, justru berasal dari wilayah etnik Jawa itu.
“Jadi, acara halal-bihalal yang kami gelar dalam beberapa kali sejak selesai Shalat Ied kemarin ini, sebenarnya sudah tradisi tiap tahun di tempat saya. Dalam dua tahun ini, ada perkembangan. Karena jumlahnya banyak, tempat dan biayanya terbatas, maka kami bagi menjadi beberapa kali pelaksanaan. Karena ada Pakasa Cabang Kudus, isi acaranya juga berkembang”.
“Yaitu, tausyiyahnya berisi memberi pemahaman tentang asal-usul halal-bihalal dan maknya. Sekaligus, menjadi kesempatan yang baik untuk menjelaskan tentang budaya Jawa. Karena, halal-bihalal yang isinya bermaaf-maafan seperti ini, di negara Arab sana tidak ada. Itu karena ada budaya Jawa yang sudah menjadi tradisi, dan ditiru saudara kita di luar Jawa,” ujar KRA Panembahan.
Setelah Senin malam (15/4) warga Pakasa, Selasa pagi (16/4) tadi halal-nihalal dilanjutkan di tempat yang sama khusus untuk satu anggota Majlis Taklim yang dihadiri 124 orang. Sedangkan untuk dua Majlis Taklim sisanya, akan diundang pada Senin malam (22/4) dan Selasa pagi (23/4), juga di tempat yang sama, kediaman di “Lembah Pedangkungan”.
Disebutkan, isi acaranya juga sama, tausyiyah sebagai pengisinya yang diberikan langsung oleh KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, selaku guru, Kyai, pimpinan tiga Majlis Taklim sekaligus “Plt” Ketua Pakasa Cabang Kudus. Melalui kesempatan halal-bihalal, menurutnya justru leluasa untuk menjelaskan hubungan antara budaya Jawa dan Islam.
Karena, lanjutnya, banyak juga di antara para santri dan warga Pakasa yang belum paham tentang kalimat “Minal Aidin, Wal Faizin”. Banyak yang menganggap, kalimat itu artinya “memberi maaf dan mohon maaf”, padahal makna sebenarnya adalah kembali ke “fitrah” atau “kosong” atau “bersih” atau kurang lebih maknanya tak ada noda dosa.
“Saya sendiri tidak tahu, mulai kapan istilah halal-bihalal itu muncul. Tetapi, kebiasaan bersilaturahmi dan saling memaafkan itu tepat sekali atau luwes sekali bagi orang Jawa. Saya yakin itu bugaya Jawa. Karena, cara bermaaf-maafannya diserta sungkeman yang tidak dikenal bangsa lain, atau bahkan saudara-saudara kita di luar Jawa, sebelumnya”.
“Dalam acara halal-bihalal, juga saling mendoakan, agar amal ibadah kita diterima Allah SWT. Kalau tradisi sungkeman itu, saya pernah mendengar dari kakek saya, katanya dimulai sejak KGPAA Mangkunagoro I. Sungkeman itu dilakukan para sentana dan abdi-dalem kepada Pengageng Pura (KGPAA Mangkunagoro I), yang ditiru hingga sekarang,” jelas KRA Panembahan Didik.
Menurutnya, banyak-sedikitnya yang diundang tergantung ketersediaan biaya untuk konsumsi, karena katering yang dipesan di saat Lebaran, biasanya tarif/harganya dinaikkan hingga fantastik. Tetapi, kondisi KRA Panembahan Didik yang sedang dalam pemulihan dan ingin cepat bisa kembali berjalan kaki tanpa kursi roda, juga menjadi alasan untuk membatasi yang hadir.
Keinginan “Plt” Ketua Pakasa Cabang Kudus untuk cepat sembuh dan pulih kembali dari cedera punggung yang diderita dalam sekitar 5 bulan ini, karena berharap bisa “sowan” ke Kraton Mataram Surakarta saat digelar ritual “Gaerbeg Besar” atau Idhul Adha, sekitar sebulan mendatang. Tetapi, dia juga bersiap hadir pada acara halal-bihalal yang digelar Pakasa Punjer.
Dengan undangan yang disebar melalui grup WA Pakasa cabang, Pakasa Punjer akan menggelar halal-bihalal di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Jumat (19/4) mulai pukul 13.30 WIB. Yang diundang adalah sentana, abdi-dalem terbatas dan pengurus Pakasa cabang yang sekaligus untuk memperingati usia 6 tahun komunitas “Istana Mataram”.
Sementara itu, KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) mengabarkan kepada iMNews.id, dirinya bersama beberapa unsur pengurus cabang habis melakukan silaturahmi ke beberapa “Petinggi” (Kepala Desa) di wilayah sekretariat Pakasa berada, dan tetangga desa di wilayah Kecamatan Tahunan. Selain itu, agenda acara halal-bihalal lainnya menunggu giliran. (won-i1).