Sejak 2007, Baru Tahun Ini Haul Ki Bagus Kuncung Dilengkapi Kirab Bersama Gusti Moeng

  • Post author:
  • Post published:January 12, 2024
  • Post category:Regional
  • Post comments:0 Comments
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Sejak 2007, Baru Tahun Ini Haul Ki Bagus Kuncung Dilengkapi Kirab Bersama Gusti Moeng
SANGAT RESPONSIF : Gusti Moeng merupakan salah seorang tokoh adat yang paling populer akhir-akhir ini. Dia responsif tetapi ramah ketika berhadapan dengan kamera, misalnya saat hendak berdoa di pusara Ki Bagus Kuncung di makam Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen, Rabu (11/1) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Walau Masih Kalah “Populer” dari Tokoh Terdekat, Tiap “Rejeb” Banyak Diziarahi.

PATI, iMNews.id – Sejak mendapat “pengayoman” dari Kraton Mataram Surakarta dan dibentuk kepengurusan secara legal di tahun 2007, baru di event haul tahun 2024 ini ritual peringatan wafat tokoh Ki Bagus Kuncung Haryo Mataram dilengkapi dengan prosesi kirab budaya yang menghadirkan Gusti Moeng sebagai “bintang tamunya”.

Prosesi kirab budaya itu digelar Kamis siang (11/1) kemarin, melibatkan warga masyarakat adat setempat yang juga anggota Pakasa Cabang Pati, Kades Jatiroto bersama pamong desa setempat, elemen Polsek dan Koramil Kayen, Kabupaten Pati, sejumlah pelajar yang tergabung dalam unit drumband serta rombongan utusan-dalem dari kraton yang dipimpin Gusti Moeng.

Karena jarak tempuh kirab lebih dari satu kilometer dan diberangkatkan tepat di tengah hari dengan sinar matahari yang terasa menyengat kulit, kirab dilakukan tidak dengan arak-arakan berjalan kaki, khususnya untuk rombongan “bintang tamu” dan para pengurus serta anggota Pakasa cabang yang menjadi petugas “among tamu”.

SEMPAT BERBINCANG : Menjalang doa dan dzikir dipanjatkan dalam rangka event ritual haul, Gusti Moeng sempat berdialog dengan Moh Eko Wahyudi (Kades Jatiroto) di dalam “cungkup” makam Ki Bagus Kuncung yang ada di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen, Rabu (11/1) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sekitar 50-an pelajar SMP yang tergabung dalam unit drumband tetap berjalan kaki paling depan memandu, sedangkan para panitia dan petugas “among tamu” dari pengurus Pakasa yang menyambut serta rombongan dari kraton, mengikuti di belakang dengan mobil dan sepur kelinci. Di belakang barisan prosesi, masyarakat setempat megikuti dengan motor hias sebagai bagian kirab.

Hanya sekitar 20 menit, prosesi kirab campuran antara jalan kaki dan berkendaraan itu tiba di kompleks makam Ki Bagus Kuncung Haryo Mataram yang berlokasi di wilayah Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati. Kirab diberangkatkan dari kediaman KRT Sukadi, salah seorang jurukunci makam yang juga pengusus Pakasa cabang yang tinggal di Dukuh Jabung, Desa Jatiroto.

Sampai di makam, para panitia yang standby langsung menyambut dan mempersilakan semua yang menjalankan upacara menuju “cungkup” makam Ki Bagus Kuncung Haryo Mataram, terutama Gusti Moeng dan rombongan dari kraton. Tuan rumah yang ikut berada di alam “cungkup”, antara lain KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) dan Muh Eko Wahyudi (Kades Jatiroto).

PARA PAMONG : Para pamong makam Ki Bagus Kuncung di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen, tampak KRAT Mulyadi Pupspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) dan KRT Sukadi (jurukunci/pengurus Pakasa) berada di dalam “cungkup” makam ketika Gusti Moeng hendak melakukan doa dan “nyekar” dalam ritual haul tokoh leluhur Dinasti Mataram, Rabu (11/1) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tahlil dan dzikir segera berkumandang dari dalam “cungkup”, dan ratusan warga serta peziarah juga megikuti dari luar cungkup yang duduk lesehan dengan alas deklit plastik dibawah tenda peneduh. Selesai ritual di dalam cungkup berukuran 3×4 meter itu, rombongan “bintang tamu” dan para panitia serta pengurus Pakasa dipersialakan naik di atas panggung, di sisi “cungkup”.

Dari atas panggung itu, secara bergiliran memberi pidato sambutan yang dimulai dari tuan rumah, Moh Eko Wahyudi selaku Kades Jatiroto dan ditutup sambutan Gusti Moeng selaku Pangarsa Lembaga Dewan Adat. Dalam sambutan, Pengageng Sasana Wilapa yang punya nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu menguraikan awal kehadirannya di makam itu, tahun 2007.

“Saya pertama kali datang ke sini di tahun 2007. Karena, masyarakat adat yang merawat makam ini datang ke kraton untuk menjadi pengayom pengurus makam yang sudah dibentuk. Dan, karena makam berada di Desa Jatiroto, maka kami titipkan makam ini untuk dijaga bersama-sama. Agar, siapapun yang datang berziarah, mengikuti tatacara aturan yang ditentukan pengurus”.

IKUT BERDOA : Seorang wanita warga masyarakat setempat, bersama para peziarah mengikuti doa wilujengan yang dipandu dari atas panggung, tempat Gusti Moeng dan rombongan serta panitia menutup rangkaian acara ritual haul wafat Ki Bagus Kuncung yang digelar di kompleks makam di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen, Rabu (11/1) kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Di dalam pengurus, pengayomnya Bupati. Jadi, segala keperluan di luar ziarah, ya harus izin Bupati. Ke bawahnya, ya minta izin pak Kades. Karena, juga ada di dalam kepengurusan. Kalau berziarah, tidak seenaknya. Harus mengikuti aturan adat di sini. Makam ini harus dijaga bersama. Kharomahnya untuk kemakmuran dan kemaslahatan bersama,” tandas Gusti Moeng.

Dalam kesempatan itu disebutkan, Ki Bagus Kuncung adalah bagian dari keluarga besar leluhur Dinasti Mataram, meskipun tidak secara langsung menurunkan para raja khususnya di Dinasti Mataram. Tokoh yang masih cucu Kyai Ageng Henis itu, adalah utusan dari raja pertama Kraton Mataram, Panembahan Senapati yang ditugaskan di wilayah Pati.

Ki Bagus Kuncung Haryo Mataram dimakamkan berdekatan dengan sejumlah tokoh leluhur Dinasti Mataram yang banyak terdapat di Kabupaten Pati yaitu Kyai dan Nyai Ageng Ngerang, Kyai Wot Sinom, Ki Penjawi, Sunan Prawoto, Pangeran Benawa II dan sebagainya. Juga beberapa tokoh yang dimakamkan di Kabupaten Jepara, Grobogan dan Kudus juga Demak.

IKUT MEMBAGIKAN : Sudah menjadi tradisi masyarakat adat saat menggelar ritual haul wafat Ki Bagus Kuncung di Desa Jatiroto, Kecamatan Kayen, Rabu (11/1) kemarin, diakhiri dengan membagi-bagikan nasi kuning, ayam ingkung dan lauk-pauk yang habis didoakan, kepada warga yang sudah menunggunya. Gusti Moeng juga ikut sibuk membagikan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Melihat jalannya upacara yang dikreasi dengan kirab budaya, apalagi menghadirkan “bintang tamu” dari Kraton Mataram Surakarta terutama Gusti Moeng, terkesan belum berpengalaman seperti yang dilakukan panitia ritual haul Kyai Ageng Wotsinom di Desa Sinom Widodo, Kecamatan Tambakromo, apalagi yang dilakukan panitia Kyai Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana.

Di sisi lain, melihat jumlahnya, pengunjung yang berziarah di makam Ki Bagus Kuncung saat berlangsung ritual haul yang digelar tiga hari (9-11/1) yang puncaknya digelar dalam format pengajian akbar dan tahlil, semalam, juga belum sebanyak pengunjung haul yang digelar Kyai Ageng Ngerang yang rata-rata mencapi dua ribu orang/hari selama lima hari event digelar.

“Di sini, peziarah paling banyak di bulan Rejeb. Kalau Sura atau Ruwah, ya ada, tapi tidak banyak. Kami berterima kasih kepada Gusti Moeng dan rombongan dari kraton, yang sudah kersa ngrawuhi acara khol ini. Kami mohon maaf atas segala kekurangan saat menyambut rombongan. Mudah-mudahan, tahun depan (Gusti Moeng) bisa rawuh lagi,” ujar KRT Sukadi. (won -i1).

Leave a Reply