Semakin Terbuka untuk Saling Melegitimasi, Berkembang Sambil Mencari Bentuk yang Pas
IMNEWS.ID – CONTOH-CONTOH format dan tatacara pengukuhan, penetapan dan pelantikan pengurus Pakasa cabang dari yang sudah pernah terjadi dalam beberapa tahun pada dekade terakhir, pantas dipandang sebagai sebuah dinamika dalam pertumbuhan dan perkembangan organisasi Pakasa yang sudah “new reborn” setelah kelahiran “pertama”, 92 tahun lalu.
Rentang waktu 92 tahun sejak lahir pada tanggal 29 November 1931 dan tidak sepenuhnya eksis sepanjang waktu hingga tahun 2023, adalah menjadi wajar jika banyak perubahan yang dihadapi. Pergantian zaman, corak dan gaya peradaban, rezim kekuasaan serta perkembangan “science, knowledge and technology” dalam rentang waktu itu, perlu disikapi dengan arif dan bijak.
Setidaknya, organisasi Pakasa memerlukan proses redefinisi atas eksistensi, bidang kegiatan dan tujuannya, karena semboyan dan semangat “Saraya, Setya dan Rumeksa” sebagai ciri bawaan sejak lahir, kini sudah berubah menjadi “Saraya, Setya dan Rumeksa Budaya Bangsa”. Ada satu hal yang ditandaskan sebagai landasan eksistensi, bidang kegiatan dan tujuannya.

Mengingat ada dinamika perubahan yang membuat Pakasa mencari bentuk dan tatacara yang pas dalam pertumbuhan dan perkembangannya, maka wajar-wajar saja kalau pemandangan upacara pengukuhan, penetapan dan pelantikan pengurus Pakasa cabang di tiap-tiap daerah, dari waktu ke waktu ada perbedaan dan perubahan.
Hal esensial yang paling penting dalam proses mencari bentuk tatacara dan format organisasi Pakasa yang tepat dan ideal sesuai bentuk “new reborn”-nya, adalah bagaimana organisasi Pakasa bisa sesuai dengan kebutuhannya sebagai organisasi yang hanya berkecimpung di bidang budaya dan pelestariannya, guna menjaga kelangsungan kraton dan menjaga peradaban.
Dan karena semboyan dan semangat Pakasa sudah “diamandemen” menjadi “Saraya, Setya lan Rumeksa Budaya Bangsa”, maka sangat tepat apabila profil dan eksistensi Pakasa kini dan di masa depan, tak hanya melestarikan budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta, tetapi juga menjadi elemen kekuatan kebhinekaan untuk menjaga ketahanan budaya bangsa.

Untuk itu, pengukuhan Pakasa Cabang Kabupaten Ngawi bisa menjadi titik awal untuk kemudian terus disempurnakan hingga mencapai sebuah format tatacara upacara dan bentuk pengembangan organisasi yang ideal dan tepat bagi Pakasa. Karena, Pakasa sebagai ormas di bidang budaya Jawa dan pelestariannya, tentu tidak sama dengan ormas lain apalagi organisasi sayap parpol.
Keberadaan organisasi Pakasa sampai di tingkat cabang dengan susunan kepengurusannya yang sampai di tingkat anak cabang (Ancab) di tiap-tiap kecamatan, adalah salah satu cara untuk menampung ekspresi yang menjadi salah satu ciri dari alam demokrasi. Karena, demokratisasi dalam kehidupan organisasi apapun termasuk Pakasa, merupakan sebuah kebutuhan mendasar.
Dan hal esensial serta urgen eksistensi Pakasa saat ini, tentu berkait dengan proses legitimasi yang kini sudah sangat terbuka dilakukan dua arah, baik untuk kebutuhan pelestarian budaya Jawa dan kelangsungan kraton, maupun kebutuhan pengayoman dan sumber pedoman serta edukasi bagi warga Pakasa campai di tingkat Ancab maupun warga peradaban secara luas.

Hal urgen dalam keperluan legitimasi itu, kini sudah terasa sangat dibutuhkan dan temperaturnya semakin meningkat pada saat proses alih kepemimpinan terjadi di Kraton Mataram Surakarta. Karena, kraton sudah tidak memiliki kedaulatan politik kekuasaan seperti sebelum 17 Agustus 1945, dan Pakasa-pun waktu itu juga bukan organisasi legitimator kekuasaan.
Karena mengingat keperluan itu, sambil tumbuh dan berkembang Pakasa juga bisa menjadi kekuatan legitimasi Kraton Mataram Surakarta, sekaligus juga kekuatan legitimasi untuk proses alih kepemimpinan yang sudah terjadi sekarang ini. Maka, setelah Pakasa Cabang Ngawi, cabang-cabang di daerah lainpun perlu didorong berkembang dan eksis di daerah masing-masing.
Ada tiga Pakasa cabang di tiga daerah berbeda yang kini sedang dalam persiapan pengukuhan, pelantikan dan penetapan kepengurusannya. Di antara tiga daerah itu, Pakasa Cabang (Kabupaten) Kudus membutuhkan pengesahan susunan kepengurusannya dan Pakasa Cabang (Kabupaten) Trenggalek butuh pengesahan ketua barunya, yaitu KRAT Seviola Ananda.

Pakasa Cabang Kudus yang kini dipercayakan kepada KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro sebagai “Plt” ketua, sudah mempersiapkan diri untuk menggelar upacara pengesahan kepengurusannya dari Pangarsa Pakasa Punjer. Ketika dihubungi, KRA Panembahan Didik mengaku sudah dibekali kopi AD/ART sebagai syarat untuk didaftarkan di Kesbangpol Pemkab Kudus.
“Sambil mempersiapkan segala-sesuatunya untuk menggelar upacara pengukuhan, kami akan konsultasi dengan Pakasa Punjer, untuk mencari waktu yang sama-sama longgar,” ujar KRA Panembahan Didik menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin. Dia juga berencana bekerjasama dengan kraton, karena di antara pengurus banyak yang ingin belajar di Sanggar Pasinaon Pambiwara.
Sementara itu, satu Pakasa cabang lagi yang akan lahir dari baru, yaitu dari Kabupaten Semarang. Tetapi, untuk ketiga cabang tersebut belum ada penentuan waktu kapan akan disahkan. Sedangkan Pakasa Cabang Ponorogo, mengundur rencana peringatan HUT-nya dari tanggal 14 Januari ke tanggal 24 Januari, agar Pangarsa Lembaga Dewan Adat dan Pangarsa Pakasa Punjer bisa hadir. (Won Poerwono-habis/i1).