Pakasa Cabang Klaten, Sambut Gusti Ayu di Candi Untoroyono
SURAKARTA, iMNews.id – Kegiatan religi khataman Alqur’an kembali digelar untuk kesekian kalinya di Bangsal Smarakata, Rabu malam (18/10), sebagai tradisi rutin yang mulai diaktifkan kembali sejak Gusti Moeng bekerja penuh selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat mulai 17 Desember 2022. Tradisi kegiatan religi yang sebelum 1945 selalu dilakukan di beberapa masjid milik Kraton Mataram Surakarta, sempat vakum cukup lama karena berubahnya situasi dan kondisi sejak NKRI lahir di satu sisi dan posisi kraton penerus Mataram Islam tak bisa menjalankan tugas sebagaimana mestinya di sisi lain.
Seperti sering diungkapkan GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng di berbagai kesempatan pertemuan khususnya di internal kraton, tradisi khataman Alqur’an sebagai cirikhas dan simbol Mataram Islam sangat perlu diaktifkan kembali. Meskipun, pelaksanaannya tidak seluas di beberapa masjid kagungan-dalem dan di lingkungan keluarga di dalam kraton serta diikuti banyak orang, setelah 17 Desember 2022 itu kegiatan religi ini digelar rutin di Bangsal Smarakata, tiap Rabu malam. Namun, pesertanya justru semakin banyak karena didukung para santri, ulama dan warga Pakasa cabang yang datang bergiliran.
Semalam, Rabu (18/10), khataman Alqur’an digelar dan mendapat dukungan warga Pakasa Cabang Pati dan Cabang Kabupaten Kudus serta para santri dan ulama dari wilayah yang dekat dengan kraton, misalnya dari Salatiga. Ketua Pakasa Cabang Pati, KRAT Mulyadi Puspopustoko yang dihubungi iMNews.id menyebutkan, semalam dirinya membawa rombongan 14 orang terdiri dari juru-kunci makam, santri dan ulama. Sedangkan Plt Ketua Pakasa Cabang Kudus KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro di tempat terpisah menyebutkan, dirinya terpaksa meminta izin tidak bisa sowan, tetapi mengirim utusan sebanyak 4 orang.
“Mohon maaf, saya terpaksa tidak jadi sowan mengikuti khataman Alqur’an. Padahal, semula saya sudah berharap-harap akan bisa sowan dengan rombongan. Ketika persiapan mau berangkat, (Rabu, 18/10) pagi kemarin, menantu saya masuk rumah sakit di Ungaran, opname. Saya kebagian tugas momong cucu. Saya terpaksa tidak bisa bersama rombongan warga Pakasa dari Kudus. Ada 5 orang perwakilan dari Kudus yang ikut sowan khataman. Muda-mudahan saya bisa ikut sowan pada kesempatan yang akan datang,” ujar KRA Panembahan Didik menjawab pertanyaan iMNews.id, semalam.
Menurut KRAT Mulyadi, warga Pakasa Cabang Pati yang sudah beberapa kali hadir pada pisowanan khataman Alqur’an yang digelar kraton, merupakan kepercayaan dan kehormatan bagi Pakasa cabang. Selain itu, dia merasakan ada tanggung-jawab moral mengemban amanat untuk merawat makam salah seorang tokoh leluhur Dinasti Mataram, yaitu Kyai Ageng Ngerang I di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana. Ini yang dianggap berkait dengan kisah salah seorang putra-dalem Sinuhun PB X yang bernama GPH Priyambada, yang meninggalkan kraton di saat banyak terjadi “teror penculikan” terhadap para bangsawan kraton antara 1945-1948, sehingga tokoh itu menetap dan memiliki keturunan yang menyebar di Kota Semarang dan Kabupaten Pati.
Sementara itu, salah seorang abdi-dalem ‘Kanca Kaji” dari Kabupaten Ponorogo (Jatim) yang ikut sowan pada khataman Alqur’an itu, KRT Ahmad Faruq Reksobudoyo yang dihubungi terpisah pagi tadi menyebutkan, dari 12 abdi-dalem “Kanca Kaji” yang tinggal di beberapa daerah, semalam hanya bisa sowan 5 orang. Tetapi, dari data pisowanan yang dia dapat menyebutkan, selain rombongan Pakasa Cabang Pati sebanyak 15 orang abdi-dalem ulama, ada 10 orang sentana-dalem PB IX dan PB X, 7 orang abdi-dalem juru-kunci Astana Kyai Ageng Butuh, Gedongan, Plupuh, Sragen, 21 orang santri dan ulama dari Ponpes Kyai Mojo, Baderan, Klaten.
“Yang dari Pakasa Kudus adalah abdi-dalem ulama trah Sunan Kudus. Dari Ponpes Al Hikmah Gatak (Sukoharjo) pimpinan KRT KH Mifthul Huda Diponingrat MAg mengirim ‘kanca kaji’ dan santri 15 orang. Abdi-dalem Ketib Pengulon Kauman (Surakarta) 6 orang. dari Ponpes Al Mustaqim, Susukan, Salatigamengirim 60 santri. Dan KRA Madyo Hadinagoro yang memimpin khataman, juga membawa rombongan 10 orang. Lainnya dari beberapa daerah di Solo Raya,” ujar KRT Ahmad Faruq MFil-I yang dibenarkan Yemy Triana, abdi-dalem staf kantor Pengageng Sasana Wilapa yang dihubungi secara terpisah, tadi pagi.
KRT Ahmad Faruq yang pernah dipercaya sebagai koordinator penerbitan “Kur’an Jawa” beberapa waktu lalu, juga memiliki pandangan selain diaktifkannya kembali kegiatan religi khataman Alqur’an. Dosen di “STAIN” KH Muahammad Besari Ponorogo ini menyebut, bahwa abdi-dalem “Kanca Kaji” menjadi bagian dari abdi-dalem ulama di Kraton Mataram Surakarta, karena punya tugas “ngancani Sang Aji” atau Sang Raja, saat diperlukan pada ritual-ritual raja yang pada Sinuhun Paku Buwana di masa lalu, yang selalu menggunakan Masjid Pudyasana karena berada di kawasan inti kedhaton atau kawasan inti sakral kraton.
Oleh sebab itu, lanjutnya, upacara adat apa saja di kraton yang menjadi cirikhas Mataram Islam terutama Sekaten Garebeg Mulud, seharusnya seorang Sinuhun (bersama istri) meneladani dengan melakukan sholat di kagungan-dalem Masjid Agung. Dia berharap, putra mahkota KGPH Hangabehi sebagai calon pemimpin masa depan, diyakini akan kembali meneladani sifat-sifat para leluhur dinasti yang taat pada paugeran adat dan agama. Dan melihat persiapan-persiapan yang sudah dilakukan sejak sekarang ini, diyakini Kraton Mataram Surakarta akan memiliki masa depan cerah dengan simbol-simbol kebesaran Mataram Islam.
Sementara itu, Pakasa Cabang Klaten yang selama ini rajin mengirim utusan untuk tugas “tugur” dan lebih sibuk mengurus taman batas kraton di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, kemarin mendapat kunjungan GKR Ayu Koes Indriyah di Dusun Nayan, Desa Kalangan, Kecamatan Pedan. Kedatangan adik bungsu Gusti Moeng itu untuk mengunjungi Candi Untoroyono dan berdoa di situ, yang didampingi sejumlah pengurus Pakasa cabang, terutama “pengikut setia” Bendahara cabang, KRA Haryanto Budoyoningrat. Candi tersebut sudah selesai direnovasi tahun 2007, dan dikabarkan lebih tua dari Candi Prambanan. (won-i1).