KGPH Hangabehi Intensifkan Hubungan Legitimatif, Mulai Pimpin Tugas-tugas Adat di Luar Kraton
IMNEWS.ID – DUA tokoh generasi ketiga Sinuhun PB XII atau generasi muda Kraton Mataram Surakarta, putra mahkota KGPH Hangabehi dan KRMH Bimo Rantas Joyo Adilogo mulai menjalankan tugas pekerjaan adat di masing-masing bidang yang berbeda, yang kini sangat urgen untuk dilakukan kraton. KGPH Hangabehi akan semakin mengintensifkan kerja-kerja adat secara eksternal yang bersifat legitimatif dari sisi kepemimpinannya dan kelembagaan kraton, sementara KRMH Bimo Rantas harus memulai meningkatkan efektivitas pengelolaan Astana Pajimatan Imogiri dan meningkatkan penertiban layanan kunjungan ziarah yang agak kendor dalam satu dekade terakhir.
Munculnya dua tokoh penting dengan tugas jabatan sangat penting dan strategis bagi kraton, sangat meyakinkan bahwa proses regenerasi dan alih kepemimpinan sedang berlangsung. GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat sebagai pemimpin “Bebadan Kabinet 2004”, sangat cepat melakukan persiapan dan proses alih kepemimpinan di internal kraton. Selain menjadi kebutuhan mendesak, alih kepemimpinan perlu dilakukan sekarang karena banyak organ di otoritas kepemimpin internal kraton, rata-rata sudah di atas usia produktif dan mulai berkurang banyak jumlahnya.
Beberapa hal di atas adalah gambaran tentang tampilnya dua dari sejumlah generasi wayah-dalem atau generasi muda kraton, yang sudah definitif dipercaya mengemban tugas di bidang masing-masing, setidaknya mulai tahun 2023 ini. Selain itu, dari uraian di atas juga tampak sekali banyak kebutuhan mendesak yang harus diwujudkan kraton, agar kerja-kerja adat dalam rangka pelestarian seni budaya Jawa yang bersumber dari kraton serta upaya menjaga kelangsungan kraton memiliki kesinambungan yang jelas dan tegas. Di sisi lain, proses regenerasi itu sudah tidak bisa diundur atau ditawar lagi, mengingat SDM generasi kedua sudah semakin berkurang jumlah dan produktivitasnya.
Oleh sebab itu, mulai ditampilkannya putra mahkota KGPH Hangabehi memimpin utusan-dalem untuk membuka resmi dimulainya Sekaten Garebeg Mulud sebelum 2017 dan kembali dimulai tahuan 2023, merupakan proses regenerasi yang sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Proses menjadi pemimpin utusan-dalem itu harus terputus lima tahun lebih, karena kraton dilanda puncak prahara berupa “insiden mirip operasi militer” April 2017, dan kesinambungan penugasan itu baru kembali bisa dijalankan setelah ada “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” pada 17 Desember 2022.
Diselingi dengan pergantian nama dari KGPH Mangkubumi menjadi KGPH Hangabehi di bulan Desember 2022 lalu, sejak itu putra mahkota segera menjalankan berbagai tugas memimpin di dalam dan di luar kraton. Setelah kembali memimpin utusan-dalem yang memberi “dhawuh” untuk menabuh gamelan Sekaten peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW kali pertama, 22 September, KGPH Hangabehi juga mulai ditugasi menjaga potensi dukungan legitimatif di eksternal kraton. Rabu 4 Oktober, dia bersama sejumlah generasi muda dan sentana-dalem, hadir di puncak haul wafat Kyai Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
KGPH Hangabehi yang semakin sering mendampingi Sang Bibi, GKR Wandansari Koes Moertiyah untuk menjalankan upacara adat dan memimpinnya, juga ditugasi hadir di ritual religi haul Kyai R Abdul Gjalal I di pesantren Kalioso, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jumat (13/10). Bila jadwalnya tidak sama, tentu dia yang diminta menyampaikan “dawuh” bagi abdi-dalem jurusuranata untuk memimpin doa, yassinan, tahlil dan dzikir ritual “khol” ke-41 wafat “Kangjeng Ratu Ageng” Pradapaningrum di Bangsal Smarakata, persis pada malam ia ditugasi ke pesantren.
“Sakniki sampun wani, kersane mulai tampil bergaul kalian para kyai. La mosok, kula wong wedok, kok tampil neng panggung kalih para kyai. Kula wedok dhewe enten mriku, la nggih mboten pantes disawang. Yen pisan, pindho, merga kepeksa mboten napa-napa. Ning yen terus-terusan, lak nggih mboten pantes,” ujar Gusti Moeng dalam bahasa Jawa “krama madya” saat dimintai konfirmasi iMNews.id, kemarin, perihal penugasan kepada KGPH Hangabehi di pesantren Kalioso, beberapa waktu lalu. Penugasan itu, disebutkan akan terus berlanjut sedikit demi sedikit sebagai proses regenerasi.
Dan tugas mewakili Gusti Moeng yang diisyaratkan akan semakin tinggi intensitasnya ke depan itu, ternyata memberi dampak positif baik bagi pihak yang sedang menggelar haul Kyai R Abdul Djalal, maupun bagi diri KGPH Hangabehi dan tentu positif bagi Kraton Mataram Surakarta. Sebab, masyarakat adat di sekitar Masjid Kalioso dan juga sekitar seribu jamaah yang hadir malam itu, mulai mengenal sosok tokoh baru yang seterusnya diharapkan akan menyambung tali silaturahmi dengan Kraton Mataram Surakarta.
Masjid Kalioso, pesantren yang kemudian muncul, hutan lindung Krendhawahana dan hutan Jogopaten (Jagapaten-Red), Kali Cemoro (Cemara-Red), Watu Soye atau Watu Suci, tidak bisa dilepaskan dari kisah Kyai R Abdul Djalal I yang bernama kecil Bagus Murtodjo, merupakan trah darah-dalem Raja Mataram kedua, Sinuhun Hadi Prabu Hanyakrawati. Itu berarti, dua nama tersebut adalah leluhur Dinasti Mataram. Terlebih, beberapa tempat di atas, ternyata juga menjadi “habitat” Sinuhun PB IV yang suka berburu kijang, namun pernah hilang “bak ditelan bumi”, dan baru bisa diketemukan setelah Kyai R Abdul Djalal mencarinya.
“Itu merupakan sepenggal cerita dari kisah panjang lengkap tetapi ringkas, dalam riwayat yang saya bacakan di panggung haul Kyai R Abdul Djalal I, malam itu. Di situ, saya juga diminta memberi sambutan. Malam itu, di depan saya ada seribuan orang. Tetapi, sudah tidak grogi seperti saat diminta memberi sambutan di panggung haul Kyai Ageng Ngerang (iMNews.id, 5/10/2023). Di sana, jamaah yang hadir banyak sekali. Dan itu kali pertama yang memberi sambutan. Maka saya sempat grogi, karena Gusti Wandan hanya meminta saya mewakili. Eee, nggak tahunya memberi sambutan juga,” ujar KGPH Hangabehi menjawab iMNews.id, sebelumnya. (Won Poerwono-bersambung/i1).