Dua Tokoh Generasi Muda Kraton Mataram Surakarta, Mulai Jalankan Tugas Kerja-kerja Adat (seri 2 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:October 17, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Dua Tokoh Generasi Muda Kraton Mataram Surakarta, Mulai Jalankan Tugas Kerja-kerja Adat (seri 2 – bersambung)
DIDAHULUI ZIARAH : Sebelum ditetapkan dan dilantik menjadi "Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan" Imogiri dll, KRMH Bimo Rantas Djoyo Adilogo berziarah ke makam leluhur Mataram Surakarta, di antaranya Sinuhun PB XII dan ibundanya, Minggu siang (15/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Suasana Haru Warnai Pelantikan KRMH Bimo (46) Menjadi “Bupati Juru-Kunci Astana Imogiri”

IMNEWS.ID – SUASANA haru ikut mewarnai jalannya “tetepan” atau pelantikan KRMH Bimo Rantas Djoyo Adilogo sebagai “Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan Imogiri” yang digelar Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat di kantor “Kadipaten” (kabupaten) astana, Imogiri, Kecamatan Kasihan, Bantul (DIY), Minggu siang (15/10/2023). Pengageng Karti Praja KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo yang mendampinginya, mendekap erat KRMH Bimo cukup lama dengan tampak berkaca-kaca hendak meneteskan air mata, saat memberi ucapan selamat atas pemberian tugas dan kepercayaan kepada pejabat “Bupati” baru itu.

Belum terungkap mengapa salah seorang sesepuh di Kraton Mataram Surakarta itu sampai begitu ekspresif mengungkapkan rasa haru kepada KRMH Bimo yang sudah yatim-piatu itu. Ekspresi demikian tentu mempengaruhi sejumlah tokoh lain yang menjadi saksi peristiwa perdana di kompleks kantor “Kadipaten Juru-Kunci Astana Pajimatan Imogiri” sejak adanya “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton”, 17 Desember 2022. Karena, Gusti Moeng, Gusti Ayu, putra mahkota KGPH Hangabehi dan sejumlah generasi wayah-dalem lainnya, juga ikut menampakkan raut muka haru dan trenyuh.

MEMBACAKAN KEKANCINGAN : Gusti Moeng dibantu Gusti Ayu, membacakan kalimat SK atau “Kekancingan” di hadapan KRMH Bimo yang didampingi dua sesepuh kraton, pada upacara pelantikan “Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan” Imogiri dll di pendapa Kadipaten Imogiri, Minggu siang (15/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kembalinya GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng bekerja penuh dalam kapasitas dan otoritasnya sebagai Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, telah mengukir sejarah mengukir sejarah yang melengkapi perjalanan Kraton Mataram Surakarta, terutama sejak “Bebadan Kabinet 2004” bekerja, terputus lima tahun sejak 2017 dan bisa mengurusi Astana Pajimatan Imogiri secara maksimal secara definitif mulai 2023 ini. Sejarah baru juga ditoreh untuk Mataram Surakarta, karena wayah-dalem yang lahir dari GKR Galuh Kencana (almh), ditetapkan sebagai Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan Imogiri, mulai 15 Oktober 2023.

Selain suasana haru, peristiwa bersejarah itu sekaligus juga membuat lega serta bahagia semua kerabat dan masyarakat adat Kabupaten Imogiri yang ikut menjadi saksi di pendapa kadipaten, Minggu siang (15/10). Ada sekitar 70-an abdi-dalem juru-kunci astana yang sejak 2017 tidak terurus dengan baik, akibat ada peristiwa “insiden mirip operasi militer” di kraton tahun 2017, yang secara langsung maupun tidak, telah “ikut menelantarkan” situasi dan kondisi Astana Pajimatan Imogiri dan beberapa lokasi makam leluhur Dinasti Mataram yang ada di sekitarnya, yaitu Kutha Gedhe dan beberapa makam lain di wilayah DIY.

TAMPAK SIAP : KRMH Bimo Rantas Djoyo Adilogo tampak siap mengemban tugas dan amanah sebagai “Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan” Imogiri dll, dalam sebuah upacara yang digelar Pengageng sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat di Pendapa Kadipaten Imogiri, Minggu siang (15/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Saya siap menjalankan tugas. Saya menyampaikan terimakasih kepada Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat, yang telah memberi kepercayaan kepada kami. Ini tugas sekaligus amanah dari Allah SWT dan mengemban dhawuh, pesan/harapan para leluhur agar saya meneruskan tugas untuk menjaga dan memelihara makam leluhur serta paugeran adat tatacara berziarah di sini. Saya belum punya rencana kerja, karena tugas ini juga mendadak diberikan kepada saya. Untuk bertugas di sini, juga belum bisa saya tentukan. Tetapi setidaknya seminggu dua kali, Senin dan Kamis, saya bisa berkantor di sini,” ujar KRMH Bimo menjawab pertanyaan iMNews.id seusai pelantikan, Minggu (15/10) siang.

KRMH Bimo Rantas Djoyo Adilogo adalah anak pertama GKR Galuh Kencana (almh) dengan suami pertama, Silvanus, pejabat Gubernur Kalimantan Barat yang meninggal antara di tahun 1980-1990-an. Salah seorang wayah-dalem ini, memiliki semangat yang tidak jauh dengan lingkungan habitatnya, yaitu menguasai seni tari dan selalu aktif dalam upaya pelestarian seni budaya khususnya di bidang tari. Sejak “Bebadan Kabinet 2004” terbentuk, dia dipercaya menjadi “Manggala” pasukan Bregada Prajurit Kraton, yang sering memimpin pasukan di berbagai event, baik di lingkungan kraton maupun di luar kraton semisal festival Kraton Nusantara (FKN).

UCAPAN PUTRA MAHKOTA : Pejabat “Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan” Imogiri dll, KRMH Bimo Rantas Djoyo Adilogo mendapat ucapan selamat dan dukungan dari putra mahkota KGPH Hangabehi, seusai upacara pelantikan di Pendapa Kadipaten Imogiri, Minggu siang (15/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Dalam sambutan pelantikannya, Gusti Moeng membeberkan bahwa sejak peristiwa “insiden mirip operasi milter 2017” Astana Pajimatan sudah mulai kendor pengawasan dan kedisiplinan serta ketertibannya, terutama yang menyangkut tatacara perziarahan dan paugeran adat mekanisme presedur pemakaman tokoh di situ. Terlebih setelah KPH Suryonagoro, pejabat Bupati Juru Kunci yang lama meninggal pada tahun 2019, pengawasan ketertiban dan kedisiplinan para abdi-dalem nyaris tak terurus walau ada Sinuhun Suryo Partono (PB XIII-Red) dan para pengikutnya menyatakan menjadi otoritas penuh selama 2017-2022.

Karena itu, pengangkatan dan pelantikan KRMH Bimo dianggap sangat tepat karena paugeran adat atau konstitusi tidak tertulis yang sudah berlaku turun-temurun sejak Sultan Agung Prabu Hanyakrakusumo, jabatan “Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan” setinggi-tingginya wayah-dalem. Oleh sebab itu Gusti Moeng menegaskan, Astana Pajimatan Imogiri yang selama lima tahun lebih hanya jadi “sambilan” atau “samben” seorang pangeran (GPH), selain sangat tidak tepat dari sisi kedudukan dan pangkat, tatacara aturan mekanisme prosedur pemakaman dan perziarahan terkesan tidak diabaikan sehingga membuat kacau.

DARI PARA ABDI-DALEM : Ucapan selamat juga diberikan langsung para abdi-dalem termasuk juru-kunci kepada KRMH Bimo selaku pejabat “Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan” Imogiri dll yang baru, seusai upacara pelantikan di Pendapa Kadipaten Imogiri, Minggu siang (15/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Mudah-mudahan, penyimpangan-penyimpangan aturan yang selama ini terjadi bisa diakhiri dengan hadirnya KRMH Bimo Rantas Djoyo Adilogo. Mudah-mudahan, astana pajimatan para leluhur ini tidak jadi tempat jag-jagan dan praktik sikap tidak hormat lainnya. Sejak dulu, kalau yang berziarah wanita, ya harus mengikuti tatacara adat dalam berbuasana. Bersanggul dan dodotan. Kalau lelaku, ya berbusana adat lengkap. Dari dulu demikian, bukan mulai sekarang. Saya sempat menegur peziarah yang mengaku kerabat, tetapi tidak mau melakukan tatacara berbusana adat untuk sowan ke sini. Hal-hal begini, mulai sekarang harus ditertibkan,” ujar Gusti Moeng saat memberi ilustrasi dalam sambutan pelantikan.

Penetapan dan pelantikan KRHM Bimo menjadi “”Bupati Juru-Kunci Astana Pajimatan” Imogiri dan beberapa lokasi makam lain di kawasan Jogja, secara simbolis ditandai dengan pembacaan surat keputusan (SK) atau “kekancingan” lalu penyerahan SK tersebut dari Gusti Moeng kepada yang bersangkutan. Setelah itu, ucapan selamat diberikan semua yang hadir dan menudukungnya, termasuk para abdi-dalem juru-kunci, termasuk KGPH Hangabehi, GKR Ayu Koes Indriyah, KPH Edy Wirabhumi, para sentana-dalam seperti KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo, para wayah-dalem seperti KRMH Suryo Manikmoyo, BRAy Arum dan ucapan selamat para Ketua Pakasa cabang dari beberapa daerah. (Won Poerwono-bersambung/i1).