Juga “Nyekar” Pusara di Astana Pajimatan Kyai Ageng Wot Sinom
PATI, iMNews.id – Putra mahkota KGPH Hangabehi menghadiri pengajian akbar dalam rangka puncak ritual religi haul wafat Kyai Ageng Ngerang, di Astana Pajimatan Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Rabu (4/10) siang kemarin. Menjadi utusan-dalem Kraton Mataram Surakarta sekaligus mewakili Lembaga Dewan Adat, di juga menyampaikan sambutan di acara yang disaksikan lebih dari 5 ribu orang itu. Hadir memberi sambutan yang diteruskan dengan ziarah/nyekar, beberapa saat sebelumnya dilakukan di kompleks makam Kyai Ageng Wot Sinom di Desa Sinom Widodo, Kecamatan Tambakromo.
“Saya di sini, selaku utusan-dalem Kraton Mataram Surakarta dan mewakili Lembaga Dewan Adat. Manyampaikan terima-kasih telah diundang, sebagai upaya menyambung tali silaturahmi. Kraton sangat mendukung ritual tradisi haul eyang Kyai Ageng Ngerang, untuk terus dilestarikan. Saya juga ikut berdoa, semoga tradisi ini terus lestari, memberi banyak manfaat bagi masyarakat di sini dan para peziarah. Semoga masyarakat di sini selalu diberi keselamatan, diberi rezeki melimpah dan berbagai manfaat untuk kesejahteraan masyarakat secara luas,” demikian kurang lebih sambutan KGPH Hangabehi yang disampaikan dalam Bahasa Jawa “krama inggil”.
Sambutan singkat di depan lebih dari 5 ribu jamaah yang mengikuti puncak ritual religi haul eyang Kyai Ageng Ngerang itu, kurang lebih sama dengan yang disampaikan di acara yang sama yang digelar panitia haul wafat Kyai Ageng Wot Sinom di Astana Pajimatan Desa Sinom Widodo, Kecamatan Tambakromo, mulai pukul 10.00 WIB. Tetapi, panggung tempat menggelar ritual haul Kyai Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana yang berlangsung seusai haul di Desa Sinom Widodo, berukuran besar dan dipasang di ujung tambak udang yang mengering dekat kompleks makam.
Di acara haul Kyai Ageng Ngerang, sebelum dan setelah sambutan putra mahkota KGPH Hangabehi sudah didahului oleh beberapa ustadz yang memberi tausyiyah dalam pengajian akbar yang diberikan, di antaranya oleh KH Syarif Rahmad dan Camat Juwana KRT Sunaryo Hadinagoro juga memberi sambutan mewakili Pemkab Pati. Camat Juwana dalam sambutannya menyebutkan, Plt Bupati setempat sudah datang lebih awal ke lokasi pengajian akbar puncak haul, lalu meninggalkan tempat untuk menghadiri acara lain. Pesan yang penting untuk diperhatikan para jamaah yang hadir, agar etap menjaga ketenangan menjelang Pemilu 2024.
Usai pembukaan pengajian akbar, KGPH Hangabehi meninggalkan panggung untuk menuju sungkup makam Kyai Ageng Ngerang yang lokasinya sekitar 100 meter di sebelah barat panggung. Tetapi untuk sampai cungkup makam, tidak mudah dilakukan, karena harus melewati lokasi yang sudah dipenuhi jamaah yang mau duduk “nglesot” di atas tanah beralaskan selembar kertas atau plastik. Lebih dari 5 ribu jamaah duduk “lesehan” menyebar di sekitar panggung, yaitu halaman mushola, jalan menuju sawah, jalan menuju kompleks makam dan areal makam Astana Pajimatan Desa Trimulyo yang siang itu hampir rata tertutup manusia.
Sejak datang, KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang Pati bersama beberapa pengurus cabang menyambut dan mendampingi rombongan dari Kraton Mataram Surakarta yang terdiri dari korsik Bregada Prajurit Tamtama, ibu-ibu Putri Narpa Wandawa dan sejumlah kerabat sentana yang mengawal KGPH Hangabehi. Baik saat kirab budaya dari kediaman Ketua Pakasa Cabang menuju panggung, maupun selepas acara pembukaan pengajian akbar hingga ziarah/nyekar di kompleks makam. Kehadiran KGPH Hangabehi untuk kali pertama di acara haul di makam itu, mungkin baru kali pertama karena sebelumnya berita yang tersebar akan dilakukan GKR Wandansari Koes Moertiyah.
Seperti diketahui, Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat yang akrab disapa Gusti Moeng itu, sebelumnya sudah cukup lama hadir rutin tiap tahun di acara ritual haul, baik di makam Kyai Ageng Wot Sinom maupun di makam Kyai Ageng Ngerang. Tetapi, karena berbagai kesibukan dan proses regenerasi yang sudah seharusnya berjalan, putra mahkota KGPH Hangabehi ditunjuk untuk menjadi pimpinan utusan-dalem dan mewakili Gusti Moeng. Karena hampir setiap tahun muncul, masyarakat di dua lokasi itu selalu mengelu-elukannya seperti “Artis Ibu Kota”, bahkan sering tampil di mobil bak terbuka, ikut kirab dan diarak menuju tempat upacara.
“Wah, saya baru kemarin itu dipaksa mewakili beliau (Gusti Moeng-Red), baik mewakili Lembaga Dewan Adat maupun menjadi utusan-dalem mewakili kraton. Isi pesannya hanya hadir mewakili, tetapi dalam susunan acara saya harus pidato memberi sambutan. Sebenarnya, enggak apa-apa, saya bisa. Tetapi, ya agak grogi juga menghadapi jemaah ribuan orang, tersebar di tempat yang luas, nyaris penuh manusia. Tetapi, saya senang melihat antusiasme masyarakat yang berusaha mempertahankan eksistensi adat, dengan menggelar tahlil dan dzikir untuk para leluhur, untuk menjaga budaya tetap langgeng,” ungkap KGPH Hangabehi saat dimintai tanggapannya, kemarin.
Di tempat terpisah, selaku Ketua Pakasa Cabang Pati yang juga juru-kunci makam Kyai Ageng Ngerang mengaku senang dan bangga ritual haul makam sejumlah tokoh di wilayah Kabupaten Pati khususnya di makam Kyai Wot Sinom dan Kyai Ageng Ngerang bisa kembali terselenggara dengan nyaman selepas pandemi Corana. Meskipun, banyak kekurangan di sana-sani yang bisa membuat kurang nyaman bagi rombongan tamu dari Kraton Mataram Surakarta, karena dirinya yang “terbatas bersuara” di kepanitiaan. Dengan berakhirnya haul di dua makam, ritual di seluruh makam di Pati tahun 2023 ini berakhir.
KRAT Mulyadi menyebut, Pakasa Cabang Kudus juga akan menggelar perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW seperti yang menjadi tema gelar haul di makam Kyi Wot Sinom dan Kyai Ageng Ngerang, yaitu perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW. Rencana itu dibenarkan KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro selaku (Plt) Ketua Pakasa Cabang Kudus, ketika dimintai konfirmasi iMNews.id di tempat terpisah, semalam. Acara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW digelar Minggu siang (8/10) mulai pukul 14.00 WIB di Lembah Pedangkungan Majelis Taklim, di Desa Singocandi RT 04/RW 01, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Minggu pagi (8/10). (won-i1).