Memang Intinya pada Sinuhun dan Gusti Moeng, yang Lain Cukup Mendukung Saja
SURAKARTA, iMNews.id – Kabar tentang “perdamaian” antara Sinuhun PB XIII dengan Gusti Moeng yang diinisiasi RAy Herniatie Ariana Munasari peristiwanya terjadi Selasa lalu (iMNews.id, 3/1/2023), begitu cepat menyebar luas beberapa menit setelah konferensi pers digelar bersama antara Gusti Moeng dan RAy Herniatie Munari selaku penginisiasi pertemuan keduanya, Selasa sore itu. Cepatnya menyebar selain karena peran media massa terutama media sosial yang kini menjadi “mainstream”, termasuk yang disebarluaskan iMNews.id hingga mendapat tanggapan positif dari kalangan pengurus Pakasa cabang yang tersebar di berbagai daerah Jateng, DIY dan Jatim dalam waktu singkat.
Hari ketiga setelah perdamaian berlangsung, siang ini, iMNews.id berhasil menghimpun tanggapan yang berisi ucapan selamat, pesan, kesan dan harapan dari beberapa Ketua Pakasa Cabang dari Jateng dan Jatim dan perwakilan Pakasa Cabang Jogja. Ketua Pakasa Cabang Boyolali KRAT Surojo, Ketua Pakasa Cabang Klaten KP Probonagoro, Ketua Pakasa Cabang Pati KRAT Mulyadi Puspopustoko, Ketua Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) KRRA MN Gendut Wreksodiningrat dan Dr Purwadi sebagai wakil Pakasa Cabang Jogja, rata-rata bersuka-cita memberi ucapan selamat atau “mangayubgya” peristiwa perdamaian yang sudah lama diharap-harap dan ditunggu-tunggu itu.
Mereka bahkan memberi pesan, kesan dan harapan yang positif atas peristiwa “perdamaian” dan perkembangan yang juga terasa positif yang terdengar melalui berbagai platform pemberitaan sampai hari ketiga siang ini. Ucapan selamat dan gembira yang pertama disampaikan Ketua pakasa Cabang Boyolali KRAT Surojo yang berharap, dengan perdamaian itu keluarga akan rukun, utuh dan bersatu kembali. Karena kerukunan, keutuhan dan bersatunya keluarga, jelas menjadi daya dukung yang mendasar bagi eksistensi Kraton Mataram Surakarta Hadiningrat sebagai pusat peradaban dan budaya Jawa.
“Karena ini pertemuan inti keluarga. Tidak boleh dicampuri oleh orang luar. Terutama orang-orang yang dari luar trah darah dalem PB XII. Jadi, kerukunan dan utuhnya keluarga, akan menjadi dasar eksisteni Kraton Surakarta hadiningrat. Tidak hanya beserta kerabat dan masyarakat adat pendukungnya. Tetapi juga eksistensi seluruh bangunan fisik yang ada di dalamnya. Yang paling prinsip adalah, sebagai keluarga harus bisa bermusyawarah dari hati ke hati. saling memaafkan. Saling melupakan kesalahan di masa lampau, kembali menata kehidupan bersama untuk menatap masa depan yang lebih gemilang. Agar ‘kuncaraning Kraton Surakarta Hadiningrat’ tetap terjaga sepanjang zaman,” harap KRAT Surojo yang dihubungi iMNews.id, tadi pagi.
Di tempat terpisah, Ketua Pakasa Cabang Jepara KRA Bambang Setiawan Adiningrat dengan seluruh abdidalem warga cabang merasa sangat gembira dan bersukacita mendengar berita baik dari Kraton Mataram Surakarta tentang peristiwa “perdamaian” antara Sinuhun PB XIII dan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa dan Ketua Lembaga Dewan Adat. Menurutnya, “gurup rukun agawe santosa” dan selanjutnya diharapkan akan terus bersatu dan bekerja bersama untuk menata lembaran baru, guna melestarikan adat, tradisi dan budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta.
Harapan serupa juga datang dari Ketua Pakasa Cabang Pati KRAT Mulyadi Puspopustoko yang dihubungi iMNews.id di tempat terpisah tadi pagi. Dia menyatakan lega dan bersyukur Tuhan YME, bahwa silaturahmi kunjungan sowan Gusti Moeng kepada Sinuhun PB XIII yang menciptakan “perdamaian”, bisa menjadi tonggak awal kebangkitan Kraton Mataram Surakarta. Mewakili warga Pakasa pati dia berharap, agar Gusti Moeng dan Sinuhun PB XIII selalu diberi keselamatan, kesehatan, kebahagiaan dan kerukunan untuk mengemban tugas dan kewajiban menjaga kelangsungan Kraton Mataram Surakarta.
“Saya sangat terharu dan bahagia, mendengar kabar baik bertemunya kakak (Sinuhun PB XIII) dan adik (Gusti Moeng). Semoga kraton ke depan benar-benar bisa ‘hanjayeng bawana’, tetap berlandaskan tuntunan paugeran adat secara turun-temurun. Jangan sampai ada oknum-oknum yang membelokkan untuk kepentingan pribadi dan golongan, sehingga merusak tatatnan adat yang berlaku di kraton. Nilai-nilai adat (paugeran) peninggalan leluhur harus tetap dijaga dan dihormati. Itu adalah cara yang mudah dilakukan dan bisa menciptakan suasana yang nyaman, aman, ayem dan tentrem, selama tidak punya kepentingan yang ‘neko-neko’,” pinta KRRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” Kabupaten Ponorogo (Jatim) yang dihubungi terpisah, tadi siang.
.
Disebutkan kerabat trah Sinuhun PB VI yang berdomisili di Kabupaten Ponorogo itu, zaman keemasan Sinuhun PB X menjadi teladan yang baik untuk ditiru agar Kraton Mataram Surakarta tetap eksis dan berjaya sepanjang masa. Karena, PB X punya semboyan “Rum Kuncaraning bangsa, dumunung aneng budaya” yang menyadarkan setiap insan warga peradaban, agar selalu berupaya untuk mengedepankan upaya pelestarian budaya (Jawa) karena itu yang menjadi syarat terwujudnya keharuman nama bangsa dan negara. (won-i1)