Prajurit Dikerahkan Kerjabhakti di Sekitar Pendapa Magangan
SURAKARTA, iMNews.id – Hari kedua setelah terjadi pertemuan dan kesepakatan damai antara Sinuhun PB XIII dan Gusti Moeng selaku adik kandung dan pejabat bebadan Pengageng Sasana Wilapa, Selasa (3/1/2023), sama-sama melakukan agenda memenuhi undangan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming di rumah dinas Loji Gandrung, jalan Slamet Riyadi yang masuk Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan. Undangan itu antara lain untuk bertemu dan saling bersilaturahmi setelah “kedua pihak” menyatakan berdamai, karena Wali Kota sebelumnya menyatakan akan membicarakan soal bantuan renovasi di Kraton Mataram Surakarta dengan syarat apabila “kedua pihak” itu sudah berdamai dan rukun kembali.
“Iya, ini saya sedang menunggu kesiapan Sinuhun, untuk bersama-sama berangkat ke Loji Gandrung. Yang jelas, intinya harus ada saya dan Sinuhun, serta para pendamping. Termasuk mbak Herni (RAy Herniatie Munasari). Beliau kita ajak untuk menjadi saksi kalau masih ditanyakan soal perdamaian itu,” ujar Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id sekitar pukul 12.00 WIB, yang segera bergegas keluar dari Bangsal Smarakata, karena rombongan yang menjemput Sinuhun sudah tiba di Topengan Kori Kamandungan Kraton Mataram Surakarta, siang tadi.
Kepergian Gusti Moeng dan Sinuhun dengan rombongan yang diangkut dengan tiga mobil, sudah ditunggu Wali Kota Surakarta Gibran di rumah dinasnya, Loji Gandrung. Sekitar pukul 12.15 rombongan satu mobil hitam dan dua mobil putih tiba di halaman Loji Gandrung, dan begitu semua sudah bersiap di luar, termasuk Sinuhun yang berada di atas kursi roda, Wali Kota Gibran segera berjalan mendekat untuk menyambut dan bersalaman, kemudian diikuti pejabat unsur Forkopimda di antaranya Kapolresta Kombes Iwan Saktiadi dan Dandim 0735 Surakarta Letkol (Inf) Devy Kristiono.
Meski Gusti Moeng dan Sinuhun memenuhi undangan ke Loji gandrung, agenda kegiatan di kraton tetap berjalan seperti yang sudah diarahkan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa. Di antaranya, sejak pagi sekitar pukul 08.00 WIB diadakan kerja bhakti di titik lokasi sekitar Pendapa Magangan, karena lokasi itu dijadikan gudang untuk menyimpan barang-barang bekas di antaranya sirap kayu jati yang dilepas dari beberapa bangunan yang direnovasi sampai detik-detik terakhir insiden “mirip operasi militer” berlangsung pada 15 April 2017.
Ribuan keping sirap bekas itu, justru ditumpuk di pinggir sekeliling Pendapa Magangan yang sudah direnovasi sebelum 2017, padahal lantai pendapa ditutup dengan marmer super dari Tulungagung (Jatim). Bangunan pendapa itu termasuk baru, karena bangunan lama tinggal beberapa “saka guru” yang merupakan puing-puing sisa bangunan dari Kraton Mataram saat berIbu-Kota di Kartasura, tetapi hancur oleh aksi pemberontakan Mas Garendi atau Sunan Kuning. Di sekitar Pendapa Magangan, selain dibersihkan karena rumput dan semak sudah yang lebat dan tinggi, juga karena ada satu lokasi yang digunakan untuk kandang enam ekor mahesa kagungandalem Kiai Slamet.
“Kagungandalem mahesa sudah dikembalikan ke kandang permanen Alun-alun Kidul. Tadinya jumlah enam ekor, tetapi meninggal seekor dan dikubur di utara Pendapa Magangan. Kelima kagungandalem mahesa itu langsung dikembalikan Sabtu sore saat Gusti Wandan (Gusti Moeng-Red) bisa masuk kraton (iMNews.id, 17/12/2022). Keenamnya dipaksa untuk menjalankan tugas pada kirab pusaka menyambut 1 Sura 2022 lalu. Padahal, saat itu sedang dalam pengobatan karena terserang penyakit kuku dan mulut. Yang jelas, ada perlakuan tidak hormat dengan menjadikan lingkungan Pendapa Magangan sebagai kandang mahesa,” tandas KPP Wijoyo Adiningrat, seusai mengikuti kerjabhakti di kompleks kantor Pengageng Kasentanan atau Kusuma Wandawa. (won-i1)