Kraton Mataram Surakarta Gelar Mahesa Lawung Kamis Siang

  • Post author:
  • Post published:November 21, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:3 mins read
Prosesi arak-arakan
ARAK-ARAKAN : Prosesi arak-arakan yang membawa kepala kerbau dan semua uba-rampe upacara adat Sesaji Mahesa Lawung, keluar dari gang Pawon Gandarasan menuju tempat upacara wilujengan nagari di Pendapa Sitinggil Lor, yang akan digelar lagi Kamis (24/11). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Didahului Wilujengan Nagari di Pendapa Sitinggil Lor

SURAKARTA, iMNews.id – Kraton Mataram Surakarta akan menggelar upacara adat “wilujengan nagari” Mahesa Lawung yang akan dilaksanakan Lembaga Dewan Adat (LDA) Kamis, 24/11/2022 dengan sebuah prosesi dari dapur umum Gandarasan menuju Pendapa Sitinggil Lor, dan berakhir di hutan lindung Krendhawahana, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Upacara adat ini melukiskan transisi dari Hindu ke Islam yang tercermin dari kalimat doa yang disampaikan dan simbol-simbolnya, untuk memohon keselamatan kepada Tuhan YME terhadap Kraton Mataram Surakarta dan seisinya, bangsa dan NKRI.

GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA melalui undangan yang sejak kemarin disebar kepada semua elemen dan kerabat menyebutkan, upacara adat “wilujengan nagari Mahesa Lawung” dimulai dengan doa di dapur umum kraton, Pawon Gandarasan yang diagendakan berlangsung pukul 08.00 WIB. Setelah itu, semua uba-rampe yang di antara kepala kerbau, akan diarak semua kerabat dan elemen yang hadir, dari Gandarasan menuju Pendapa Sitinggil Lor.

WILUJENGAN NAGARI : Doa wilujengan nagari Sesaji Mahesa Lawung digelar Kraton Mataram Surakarta di Pendapa Sitinggil Lor dan setelah itu diangkut dengan berbagai jenis kendaraan menuju Krendawahana. Upacara seperti itu akan dilaksanakan LDA, Kamis (24/11).
(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sesampai di Pendapa Sitinggil Lor, pisowanan diharapkan sudah siap untuk memulai doa bersama “Wilujengan Nagari Mahesa Lawung” yang akan dipimpin abdidalem jurusuranata yang biasanya dilakukan MNg Irawan Wijaya Pujodiprojo atau MNg Ifa Hamidi Pujodiprojo. Doa wilujengan ini, pada mulanya diadakan Sinuhun PB II setelah 100 hari hari mendirikan “nagari” Mataram Surakarta atau mengganti nama Desa Sala pada 20 Februari 1745 atau 17 Sura Tahun Je 1670, menjadi “nagari” Surakarta Hadiningrat.

Selai doa di Sitinggil Lor, semua uba-rampe termasuk kepala kerbau dibawa dengan angkutan mobil/bus menuju hutan lindung Krendawahana yang ada di Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar yang diikuti semua yang hadir dalam pisowanan itu. Dalam sebuah upacara di punden berundak yang ada di tengah hutan lindung, upacara digelar di batas utara kraton secara spiritual kebatinan, dan kepala kerbau ditanam di dalam tanah, beserta semua jenis yang hanya layak dimakan makhluk yang tidak kasat mata. (won-i1)