Gelar Pahlawan untuk Ratu Kalinyamat, Juga Layak Didukung
IMNEWS.ID – SOSOK tokoh leluhur Dinasti Mataram yang dikenal dengan nama Ratu Kalinyamat yang muncul di saat-saat terakhir zaman Kraton Demak (abad 15), mulai muncul ke permukaan kali pertama pada event “Gelar Budaya” di Jakarta yang diinisiasi Kemendikbud, sekitar tahun 2014. Waktu berselang cukup panjang, dan baru akhir-akhir ini iMNews.id kembali menangkap sinyal informasi tentang nama besar seorang tokoh penting khususnya bagi masyarakat Kabupaten Jepara, yang kini diusulkan mendapatkan gelar “Pahlawan Nasional”.
Kraton Mataram Surakarta yang belum lama menggelar ritual religi khol-15 Sinuhun PB XII yang dilaksanakan Lembaga Dewan Adat selaku penanggungjawab acara, memang terfokus pada inti upacara adat yang mengambil momentum di saat bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan ydi “Bulan Pahlawan”. Tema kepahlawan jelas sangat kental menjadi misi utama, “core message” bahkan “hot issue”, karena sosok Sinuhun PB XII memang sangat layak untuk mendapatkan anugerah tertinggi di jajaran tokoh “Negarawan” atau “Bapak Bangsa” itu.
Walau beberapa “hot issue” lainnya misalnya tentang upaya pengembalian status Provinsi DIS dan keinginan kembali “bekerja” di dalam kraton sudah tercakup dalam “core message” (iMNews.id, 13-19/11/2022), tetapi sepertinya masih ada yang terlupakan atau terlewatkan untuk dimunculkan dan diperkenalkan, ikut didukung dan didoakan. Namun, tiga “hot issue” yang sudah berhasil dikirim dalam “core message” rupanya dianggap sudah cukup, mengingat porsi pesan yang bisa disampaikan melalui ritual khol-15 Sinuhun PB XII itu dirasa sudah banyak, yang mungkin saja tidak bisa sepenuhnya tersimpan secara utuh di memori para komunikan.
Tetapi, sebagai sebuah pengisi dan penerus peradaban masyarakat adat pelestari budaya Jawa dan peradaban Mataram, seluruh warganya sangat tepat bila diedukasi untuk bisa mengenal semua tokoh leluhur peradaban, walau kini baru dikenal dan sudah dalam posisi tersekat-sekat oleh letak wilayah geografis yang bernama provinsi dan kabupaten. Karena, peradaban Jawa dan Mataram harus terikat erat dalam relasi kultural, emosional dan historikal yang tak bisa dibatasi ruang provinsi, kabupaten bahkan wilayah negara, mengingat warganya punya kebebasan mencari penghidupan di mana saja.
Oleh sebab itu, edukasi tentang peran, dedikasi (jasa-jasa) dan reputasi (pestasi) semua tokoh leluhur peradaban Mataram/Jawa, perlu diperkenalkan/diberikan secara efektif bila perlu secara masif, turun-temurun dari generasi ke generasi, termasuk bagaimana mengedukasi tentang ketokohan sosok Ratu Kalinyamat, yang kini juga sedang diusulkan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Keberadaan organisasi Pakasa cabang sampai di tingkat anak-cabang, harus menjadi tangan panjang sekaligus jembatan untuk mengedukasi/transfer pengetahuan sekaligus kekuatan untuk menembus sekat ruang geografis kewilayahan.
“Sebagai warga Pakasa Jepara, kami sangat bangga memiliki Pahlawan Nasional Ratu Kalinyamat setelah RA Kartini. Kami tentu juga sangat bangga dengan kepahlawanan Sinuhun PB XII dan semua tokoh pahlawan dari leluhur Mataram. Sebagai warga bangsa NKRI, kami juga bangga terhadap kepahlawanan sejumlah tokoh di Nusantara ini. Walau Pakasa Cabang Jepara baru berdiri beberapa tahun, kami menyerukan kepada warga Pakasa untuk bersama segenap elemen masyarakat Jepara, ikut mendorong pemerintah RI segera menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ratu Kalinyamat. Kami juga wajib berdoa dan ikut mendorong agar Sinuhun PB XII, segera dianugerahi gelar Pahlawan Nasional,” harap KRA Bambang Setiawan Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara yang dihubungi iMNews.id, kemarin.
Doa dan harapan serupa juga datang dari Ketua Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) KRRA MN Gendut Wreksodiningrat bersama para anggotanya, meskipun diakui belum banyak mendapatkan informasi tentang ketokohan Ratu Kalinyamat. KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) sebagai tetangga dekat Kabupaten Jepara, jelas sangat mendukung dan berharap gelar Pahlawan Nasional segera diberikan kepada Ratu Kalinyamat, dan tentunya Sinuhun PB XII. Begitu pula doa dan harapan Ketua Pakasa Cabang Grobogan, Pakasa Cabang Trenggalek (Jatim) dan Pakasa Cabang Nganjuk (Jatim) yang dihubungi secara terpisah.
Dalam keperluan seperti permohonan gelar Pahlawan Nasional tersebut, menjadi contoh yang baik untuk dijadikan agenda kajian dalam kegiatan-kegiatan Pakasa ke depan tentu saja harus dikoordinasi oleh Pengurus Pakasa Pusat. Upacara adat yang digelar di Kraton Mataram Surakarta dan organisasi Pakasa di tingkat cabang, bisa menjadi instrumen sosial budaya untuk menyebarkan informasi tentang berbagai hal secara efektif dan efisien. Misalnya edukasi tentang sejarah leluhur Mataram, tentang pelestarian budaya Jawa, tentang membangun dukungan dalam rangka memuliakan para tokoh leluhur Mataram, yang tentu saja bisa dilakukan ketika masing-masing Pakasa cabang menggelar upacara adatnya, yang patut didukung bersama oleh cabang-cabang lain sesuai motto, “Setya, Saraya dan Rumeksa”. (Won Poerwono-habis/i1)